tag:blogger.com,1999:blog-59094741082239516002024-03-13T18:03:38.016+08:00MA'RIFATULLAHAhlussunnah wal Jamaah, Asyairah wal MaturidiahIr. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.comBlogger118125tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-11716425996040956572011-04-22T08:40:00.000+08:002011-04-22T08:40:20.929+08:00Wasiat Syeikh Abdullah Fahim<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0iHxMJS4O2BG8beUDwneijgSPsvRd6lPgMwOV_nt8ZMJPP_Zaap7efW-OtSjy90qKXjqGIcQ4NOCaAeAkkxuDutjV2bRz5Gjb40WGsLLighx_V2SVkoplpgBx93-cM5XD3ylGVkZaQIY/s1600/wasiat+syeikh+abdullah+fahim.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0iHxMJS4O2BG8beUDwneijgSPsvRd6lPgMwOV_nt8ZMJPP_Zaap7efW-OtSjy90qKXjqGIcQ4NOCaAeAkkxuDutjV2bRz5Gjb40WGsLLighx_V2SVkoplpgBx93-cM5XD3ylGVkZaQIY/s400/wasiat+syeikh+abdullah+fahim.jpg" width="307" /></a></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-44567443094560167842011-04-06T13:02:00.000+08:002011-04-06T13:02:57.329+08:00MAJLIS SAMBUTAN MAULIDURRASUL DAN HAUL SYEIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyw2xAcqGum5buWCls-5gnvvY-vXqZhi0AqOyf_Eyqai56mD0dkS5i2UTqIG8g8OwOBd6dLyhQ4AuDM33spfnhxfYssTSuE2zqi2OhJ4nHL0UHhdrNm069QpiBSG3hjfcm-BaGNvfSxi8/s1600/Maulud2011.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyw2xAcqGum5buWCls-5gnvvY-vXqZhi0AqOyf_Eyqai56mD0dkS5i2UTqIG8g8OwOBd6dLyhQ4AuDM33spfnhxfYssTSuE2zqi2OhJ4nHL0UHhdrNm069QpiBSG3hjfcm-BaGNvfSxi8/s400/Maulud2011.jpg" width="400" /></a></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-43846888667347782742011-03-16T10:58:00.000+08:002011-03-16T10:58:58.841+08:00SYEIKH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN MUHAMMAD ILYAS<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: teal;">Mursyid Sederhana dan Penyayang Santri Miskin</span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: teal;"> </span><span style="color: #ff9900;"></span></span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"> <span style="clear: left; float: left; font-size: small; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img align="left" border="0" height="320" src="http://www.nu.or.id/tfiles/Image/news/id/news141225274783.jpg" width="240" /> Purwokerto adalah ibukota kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa. Purwokerto merupakan salah satu pusat perdagangan dan pendidikan di kawasan selatan Jawa Tengah. <br />
<br />
Sementara kabupaten Banyumas sendiri merupakan sebuah kawasan kebudayaan yang memiliki ciri khas tertentu di antara keanekaragaman budaya Jawa yang disebut sebagai budaya Banyumasan. Ciri khas ini ditandai dengan kekhasan dialek bahasa, citra seni dan tipologi masyarakatnya.<br />
<br />
Bentang alam wilayah banyumasan berupa dataran tinggi dan pegunungan serta lembah-lembah dengan bentangan sungai-sungai yang menjamin kelangsungan pertanian dengan irigasi tradisional. kondisi yang demikian membenarkan kenyataan kesuburan wilayah ini <em>(gemah ripah loh jinawi). <br />
<br />
</em>Dulunya, kawasan ini adalah tempat penyingkiran para pengikut Pangeran Diponegoro setelah perlawanan mereka dipatahkan oleh Kompeni Belanda. Maka tidak aneh, bila hingga masa kini masih terdapat banyak sekali keluarga-keluarga yang memiliki silsilah hingga Pangeran Diponegoro dan para tokoh pengikutnya. <br />
<br />
Keluarga-keluarga keturunan Pangeran Diponegoro dan tokoh-tokohnya yang telah menyingkir dari pusat kerajaan Matararam waktu itu, kemudian menurunkan para pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh ulama hingga saat ini. <br />
<br />
Salah satu dari sekian banyak tokoh ulama keturunan Pangeran Diponegoro di kawasan Banyumas ini adalah Syekh Abdul Malik bin Muhammad Ilyas, Mursyid Thariqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah dan Thariqoh Syadzaliyah di Jawa Tengah. <br />
<br />
<em><strong>Silsilah dan Pendidikan<br />
</strong></em>Sudah menjadi tradisi di kawasan Banyumasan kala itu, apabila ada seorang ibu hendak melahirkan, maka dihamparkanlah tikar di atas lantai sebagai tempat bersalin. Suatu saat ada seorang ibu yang telah mempersiapkan persalinannya sesuai tradisi tersebut, namun rupanya sang bayi tidak juga kunjung terlahir. Melihat hal ini, maka sang suami segera memerintahkan istrinya untuk pindah ke tempat tidur dan menjalani persalinan di atas ranjang saja. Tak berapa lama terlahirlah seorang bayi mungil yang kemudian dinamakan Muhammad Ash'ad, artinya Muhammad yang naik (dari tikar ke tempat tidur). Peristiwa ini terjadi di Kedung Paruk Purwokerto, pada hari Jum'at, tanggal 3 Rajab tahun 1294 H. (1881 M.) Nama lengkapnya adalah Muhammad Ash'ad bin Muhammad Ilyas. Kelak bayi mungil ini lebih dikenal sebagai Syeikh Muhammad Abdul Malik Kedung Paruk Purwokerto.<br />
<br />
Beliau merupakan keturunan Pangeran Diponegoro berdasarkan ”Surat Kekancingan” (semacam surat pernyataan kelahiran) dari pustaka Kraton Yogyakarta dengan rincian Muhammad Ash’ad, Abdul Malik bin Muhammad Ilyas bin Raden Mas Haji Ali Dipowongso bin HPA. Diponegoro II bin HPA. Diponegoro I (Abdul Hamid) bin Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III Yogyakarta. Nama Abdul Malik diperoleh dari sang ayah ketika mengajaknya menunaikan ibadah haji bersama.<br />
<br />
Sejak kecil, Abdul Malik memperoleh pengasuhan dan pendidikan secara langsung dari kedua orang tuanya. Setelah belajar al-Qur'an kepada ayahnya, Abdul Malik diperintahkan untuk melanjutkan pendidikannya kepada Kyai Abu bakar bin Haji Yahya Ngasinan, Kebasen, Banyumas.<br />
<br />
Selain itu, ia juga memperoleh pendidikan dan pengasuhan dari saudara-saudaranya yang berada di Sokaraja,sebuah kecamatan di sebelah timur Purwokerto. Di Sokaraja ini terdapat saudara Abdul Malik yang bernama Kyai Muhammad Affandi, seorang ulama sekaligus saudagar kaya raya. Memiliki beberapa kapal haji yang dipergunakan untuk perjalanan menuju Tanah Suci.<br />
<br />
Ketika menginjak usia 18 tahun, Abdul Malik dikirim ke Tanah Suci untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai didiplin ilmu agama, seperti Tafsir, Ulumul Qur'an, Hadits, Fiqih, Tasawuf dan lain-lain. Pada tahun 1327 H. Abdul Malik pulang ke kampung halaman setelah kurang lebih 15 tahun belajar di Tanah Haram. Selanjutnya ia berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang sudah sepuh (lanjut usia). Lima tahun kemudian (1333 H.) ayahandanya (Muhammad Ilyas) meninggal dalam usia 170 tahun dan dimakamkan di Sokaraja.<br />
<br />
Sepeninggal ayahnya, Abdul Malik muda berkeinginan melakukan perjalanan ke daerah-daerah sekitar Banyumas, seperti Semarang, Pekalongan, Yogyakarta dengan berjalan kaki. Perjalanan ini diakhiri tepat pada seratus hari wafatnya sang ayah. Abdul Malik kemudian tinggal dan menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Sejak saat ini, ia kemudian lebih dikenal sebagai Syeikh Abdul Malik Kedung Paruk.<br />
<br />
<strong><em>Guru-Guru<br />
</em></strong>Syeikh Abdul Malik mempunyai banyak guru, baik selama belajar di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Di antara guru-gurunya adalah Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at-Tirmisi al-Jawi, Sayyid Umar as-Syatha' dan Sayyid Muhammad Syatha', keduanya merupakan ulama besar Makkah dan Imam Masjidil Haram dan Sayyid Alwi Syihab bin Shalih bin Aqil bin Yahya.<br />
<br />
Sebelum berangkat ke tanah Suci, Syeikh Abdul Malik sempat berguru kepada Kyai Muhammad Sholeh bin Umar Darat Semarang, Sayyid Habib Ahmad Fad'aq (seorang ulama besar yang berusia cukup panjang, wafat dalam usia 141 tahun), Habib 'Aththas Abu Bakar al-Atthas; Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Surabaya; Sayyid Habib Abdullah bin Muhsin Al-Atthas Bogor. <br />
<br />
Sanad Thoriqah Naqsabandiyah Kholidiyah diperolehnya secara langsung dari sang ayah, Syaikh Muhammad Ilyas; sedangkan sanad Thoriqah Sadzaliyah didapatkannya dari Sayyid Ahmad Nahrawi Al-Makki (Mekkah).<br />
<br />
Selama bermukim di Makkah, Syeikh Abdul Malik diangkat oleh pemerintah Arab Saudi sebagai Wakil Mufti Madzhab Syafi'i, diberi kesempatan untuk mengajar berbagai ilmu agama termasuk, tafsir dan <em>qira'ah sab'ah</em>. Sempat menerima kehormatan berupa rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes.<br />
<br />
Menurut beberapa santrinya, Syekh Abdul Malik sebenarnya tinggal di Makkah selama kurang lebih 35 tahun, tetapi tidak dalam suatu waktu. Di samping belajar di tanah Suci selama 15 tahun, ia juga seringkali membimbing jamaah haji Indonesia asal Banyumas, bekerjasama dengan Syeikh Mathar Makkah. Aktivitas ini dilakukan dalam waktu yang relatif lama, jadi sebenarnya, masa 35 tahun itu tidaklah mutlak.<br />
<br />
<strong><em>Perjuangan Fisik</em></strong><br />
Adalah tidak benar, jika para ulama ahli tasawuf disebut sebagai para pemalas, bodoh, kumal dan mengabaikan urusan-urusan duniawi. Meski tidak berpakaian Necis, namun mereka senantiasa tanggap terhadap berbagai kejadian yang ada di sekitarnya. Ketika zaman bergolak dalam revolusi fisik untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing, para ulama ahli Thoriqoh senyatanya juga turut berjuang dalam satu tarikan nafas demi memerdekakan bangsanya.<br />
<br />
Pada masa-masa sulit zaman penjajahan Belanda dan Jepang, Syeikh Abdul Malik senantiasa gigih berdakwah. Karena aktivitasnya ini, maka ia pun menjadi salah satu target penangkapan tentara-tentara kolonial. Mereka sangat khawatir pada pengaruh dakwahnya yang mempengaruhi rakyat Indonesia untuk memberontak terhadap penjajah. Menghadapi situasi seperti ini, ia justru meleburkan diri dalam laskar-laskar rakyat. Sebagaimana Pangeran Diponegoro, leluhurnya yang berbaur bersama rakyat untuk menentang penjajahan Belanda, maka ia pun senantiasa menyuntikkan semangat perjuangan terhadap para gerilyawan di perbukitan Gunung Slamet.<br />
<br />
Pada masa Gestapu, Syeikh Abdul Malik juga sempat ditahan oleh PKI. Bersamanya, ditangkap pula Habib Hasyim al-Quthban Yogyakarta, ketika sedang bepergian menuju daerah Bumiayu Brebes untuk memberikan ilmu kekebalan atau kesaktian kepada para laskar pemuda Islam. Dalam tahanan ini, Habib Hasyim al-Quthban mengalami shock dan akhirnya meninggal, sedangkan Syekh Abdul Malik masih hidup dan akhirnya dibebaskan.<br />
<br />
<strong><em>Kepribadian<br />
</em></strong>Dalam hidupnya, Syeikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca al-Qur’an dan Shalawat. Dikenal sebagai ulama yang mempunyai berkepribadian sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian akhlakul karimah. Maka amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.<br />
<br />
Syeikh Abdul Malik adalah pribadi yang sangat sederhana, santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahim kepada murid-muridnya, terutama kepada mereka yang miskin atau sedang mengalami kesulitan hidup. Santri-santri yang biasa dikunjunginya ini, selain mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, dukuh waluh, Bojong, juga sanri-santri lain yang tinggal di tempat jauh.<br />
<br />
Setiap hari Selasa pagi, dengan bersepeda, naik becak atau dokar, Syeikh Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian, sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan. Acara ini merupakan forum silaturrahim bagi para pengikut Thoriqah Naqsyabandiyah Kholidiyah Kedung paruk yang diisi dengan pengajian dan <em>tawajjuhan. <br />
<br />
</em>Syeikh Abdul Malik juga dikenal memiliki hubungan baik dengan para ulama dan habaib, Bahkan dianggap sebagai guru bagi mereka, seperti KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Soleh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bafaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi (Brani, Probolinggo), dan lain-lain.<br />
<br />
Termasuk di antara para ulama yang sering berkunjung ke kediaman Syeikh Abdul Malik ini adalah Syeikh Ma’shum (Lasem, Rembang) yang sering mengaji kitab Ibnu Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik sebagai tabarruk (meminta barakah) kepadanya. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH Kholil (Sirampog, Brebes), KH Anshori (Linggapura, Brebes), KH Nuh (Pageraji, Banyumas). Para ulama ini merupakan kiai-kiai yang hafal Al-Qur’an, namun tetap belajar ilmu al-Qur’an kepada Syeikh Muhammad Abdul Malik Kedung Paruk.<br />
<br />
Sementara itu, murid-murid langsung dari Syeikh Abdul Malik di antaranya adalah KH Abdul Qadir, Kiai Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor (mursyid Thoriqah Naqsabandiyah Kholidiyah), KH Sahlan (Pekalongan), Drs. Ali Abu Bakar Bashalah (Yogyakarta), KH Hisyam Zaini (Jakarta), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Ma’shum (Purwokerto) dan lain-lain.<br />
<br />
Selain, menularkan ilmunya kepada santri-santi yang kemudian menjadi ulama dan pemimpin umat, Syeikh Abdul Malik juga memiliki santri-santri dari berbagai kalangan, seperti Haji Hambali Kudus, seorang pedagang yang dermawan dan tidak pernah rugi dalam aktivitas dagangnya dan Kyai Abdul Hadi Klaten, seorang penjudi yang kemudian bertaubat dan menjadi hamba Allah yang shaleh dan gemar beribadah.<br />
<br />
<em><strong>Keluarga <br />
</strong></em>Syeikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas menikahi tiga orang istri, dua di antaranya dikaruniai keturunan. Istri <em>pertamanya </em>adalah Nyai Hajjah Warsiti binti Abu Bakar yang lebih dikenal dengan nama Mbah Johar. Seorang wanita terpandang, puteri gurunya, K Abu Bakar bin H Yahya Kelewedi Ngasinan, Kebasen. Istri pertama ini kemudian dicerai setelah dikaruniai seorang anak lelaki bernama Ahmad Busyairi (wafat tahun 1953, pada usia sekitar 30 tahun).<br />
<br />
Ada sebuah cerita unik tentang putera pertamanya ini. Ahmad Busyairi adalah seorang pemuda yang meninggal dunia sebelum sempat menikah. Suatu hari Syeikh Abdul Malik berkata padanya, ”Nak, besok kamu menikah di surga saja ya?” Mendengar ayahnya bertutur demikian, muka Busyairi terlihat ceria dan hatinya merasa sangat gembira. Beberapa waktu kemudian, ia meninggal sebelum berkesempatan menikah.<br />
<br />
Istri <em>kedua</em> Syeikh Abdul Malik adalah Mbah Mrenek, seorang janda kaya raya dari desa Mrenek, Maos Cilacap. Pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Istimewanya, suatu hari Syeikh Abdul Malik hendak menceraikannya, namun Mbah Mrenek berkata, ”Pak Kyai, meskipun Panjenengan (Anda) tidak lagi menyukai saya, tapi tolong jangan ceraikan saya. Yang penting saya diakui menjadi istri Anda, dunia dan akhirat.” Mendengar permintaan ini, Syeikh Abdul Malik pun tidak jadi menceraikannya.<br />
<br />
Sedangkan istri <em>ketiga-nya </em>adalah Nyai Hj. Siti Khasanah, seorang wanita cantik dan shalihah, tetangganya sendiri. Pernikahan ini, dikaruniai seorang anak perempuan bernama Hj. Siti Khairiyyah yang wafat empat tahun sepeninggal Syekh Abdul Malik. Dari puterinya inilah nasab Syeikh Abdul Malik diteruskan.<br />
<br />
<strong><em>Pesan dan Berpulang</em></strong><br />
Salah seorang cucu Syeikh Abdul Malik mengatakan, ada tiga pesan dan wasiat yang disampaikan Beliau kepada cucu-cucunya. <em>Pertama, </em>jangan meninggalkan shalat. Tegakkan shalat sebagaimana telah dicontohkan Rasululah SAW. Lakukan shalat fardhu pada waktunya secara berjama'ah. Perbanyak shalat sunnah serta ajarkan kepada para generasi penerus sedini mungkin.<br />
<br />
<em>Kedua, </em>jangan tinggalkan membaca al-Qur'an. Baca dan pelajari setiap hari serta ajarkan sendiri sedini mungkin kepada anak-anak. Sebarkan al-Qur'an di mana pun berada. Jadikan sebagai pedoman hidup dan lantunkan dengan suara merdu. Hormati orang-orang yang hafal al-Qur'an dan <em>qari'-qari'ah </em>serta muliakan tempat-tempat pelestariannya.<br />
<br />
<em>Ketiga, </em>jangan tinggalkan membaca shalawat, baca dan amalkan setiap hari. Contoh dan teladani kehidupan Rasulullah SAW serta tegakkanlah sunnah-sunnahnya. Sebarkan bacaan shalawat Rasulullah, selamatkan dan sebarluaskan ajarannya.<br />
<br />
Pada hari Kamis, 21 Jumadil Akhir 1400 H. yang bertepatan dengan 17 April 1980 M. sekitar pukul 18.30 WIB (malam Jum’at), Syekh Abdul Malik meminta izin kepada istrinya untuk melakukan shalat Isya' dan masuk ke dalam kamar khalwat-nya. Tiga puluh menit kemudian, salah seorang cucunya mengetuk kamar tersebut, namun tidak ada jawaban. Setelah pintu dibuka, rupanya sang mursyid telah berbaring dengan posisi kepala di utara dan kaki di selatan, tanpa sehela nafas pun berhembus. Syeikh Abdul Malik kemudian dimakamkan pada hari Jum’at, selepas shalat Ashar di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto</span> </div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-63736870089527113662011-03-08T08:48:00.001+08:002011-03-08T08:53:20.111+08:00KH MUHAMMAD ISHOMUDDIN HADZIK - GUS ISHOM<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: #ff9900;"></span><img align="left" border="0" src="http://www.nu.or.id/tfiles/Image/news/id/news141264665516.jpg" />Muhammad Ishomuddin Hadzik atau yang biasa di panggil Gus Ishom merupakan cucu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dari pasangan Chodidjah Hasyim–Muhammad Hadzik Mahbub. Lahir di Kediri, 18 Juli 1965 M dan selanjutnya sejak kecil akrab dipanggil Gus Ishom. <br />
<br />
Sejak kecil, Ishom telah diperkenalkan kepada kehidupan pesantren yang sarat dengan pendidikan agama. Pada usia yang tergolong anak-anak, Ishom telah menunjukkan ketertarikan kepada ilmu-ilmu agama. Pada usia 7 tahun, setiap bulan Ramadhan, Ishom kecil selalu melakukan tarawih dimasjid Pondok Pesantren Tebuireng dan selalu berada dibelakang imam. <br />
<br />
Di luar bulan Ramadhan, Ishom kecil juga shalat maghrib berjamaah dimasjid Pondok Pesantren Tebuireng dan selalu berada dibelakang imam. Pada saat itu, shalat jamaah sering dipimpin oleh KH. Muhammad Idris Kamali, menantu Hadratus SSyeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Setiap selesai berdoa’ tak lupa kyai Idris demikian panggilan sehari-hari, selalu meniup kening Ishom kecil sambil diiringi dengan doa barakah.<br />
<br />
Pada waktu bersekolah di SDN Cukir I, sosok Ishom kecil telah menonjol di antara teman-temannya. Dari segi pelajaran, nilai yang didapat selalu diatas teman-temannya. Pada saat memasuki bangku sekolah lanjutan, Ishom yang telah beranjak remaja, memilih pagi hari untuk bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng dan siang harinya di SMP A. Wahid Hasyim. <br />
<br />
Setelah lulus Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng, Ishom memutuskan untuk menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Di bawah bimbingan langsung KH. Mahrus Aly, Gus Ishom yang telah beranjak remaja semakin mendapat bekal ilmu agama dan kitab kuning semaikin banyak. <br />
<br />
Ketertarikannya kepada kitab kuning ditambah riyadhah yang kuat, membuatnya semakin lancar dalam menuntut ilmu. Otak yang cerdas, pikiran yang cemerlang menjadikannya mudah dalam memahami tentang suatu hal. Gus Ishom menghabiskan waktu 11 tahun menimba ilmu di pondok pesantrten Lirboyo Kediri, termasuk ketika menjadi santri kilat Ramadhan diberbagai pesantren lainnya.<br />
<br />
Tahun 1991, Gus Ishom pulang kembali ke Tebuireng untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari selama nyantri di Pondok Pesantren Liboyo Kediri serta pesantren lainnya. Sikap rendah hati, alim, tidak neko-neko membuat Gus Ishom banyak mendapat simpati masyarakat sekitar walaupun baru pulang dari pondok pesantren. <br />
<br />
Kealimannya dalam hal kitab kuning, membuat Gus Ishom bersentuhan langsung dengan karya sang kakek Hadratus Syeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Beberapa kitab karya Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari diterbitkan dan dibacanya pada bulan Ramadhan di Masjid Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang diikuti oleh ribuan peserta sehingga kitab-kitab karya Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dikenal oleh masyarakat luas. <br />
<br />
Selain telah menerbitkan sebagian kitab karya kakeknya, Gus Ishom juga menulis beberapa kitab yaitu : 1. Audhohul Bayan Fi Ma Yata’allq Bi Wadhoifir Ramadhan. 2. Miftahul Falah Fi Ahaditsin Nikah. 3. Irsyadul Mukminin.<br />
<br />
Tidak hanya dalam urusan ilmu agama, gus Ishom cukup memahami tentang masalah sosial, budaya serta politik. Cukup sering tulisannya menghiasi berbagai halaman media massa semisal harian Surya, Jawa Pos, Republika dan lain-lain. Pengalaman menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jombang, merupakan bukti ketajamannya di dunia kiprah politiknya. <br />
<br />
Selain menulis kitab dan beberapa artikel di media massa, Gus Ishom juga merupakan seorang muballigh yang handal. Lisan yang fasih, bahasa yang lugas serta ilmu yang tinggi, membuat setiap ceramah yang disampaikan olehnya selalu menarik untuk disimak. Tidak banyak orang bisa menulis kitab, artikel, cerpen dan berpidato. Gus Ishom merupakan sosok serba bisa yang diharapkan menjadi kader NU yang mumpuni.<br />
<br />
Pada akhir tahun 2002, ketika bulan ramadhan gus Ishom mengalami sakit pada bagian betis yang diduga oleh dokter sebagai gejala asam urat akut. Berbagai pengobatan dilakukan, akan tetapi tidak membawa hasil. Akhirnya ketika sakit yang semakin parah, gus Ishom dirujuk ke Surabaya dan disanalah diketahui bahwa gus Ishom menderita kanker yang tergolong langka dan telah mencapai stadium III. Pengobatan melalui kemoterapi dan berbagai upaya alternatif telah dilakukan. Akan tetapi Sang Maha Kuasa, Allah Robbul ‘Alamiin memiliki kehendak lain. <br />
<br />
Seperti terkena hallintar, pandangan mata ini berkaca-kaca, seakan tak percaya, tatkla mendengar wafatnya KH Ishomuddin Hadizq (Gus Ishom). Hari sabtu, 26 Juli 2003, tepat pukul 06.30 WIB, beliau dipanggil ke pangkuan Sang Ilahi. Sosok kiai muda yang begitu anggun mempesona. Seorang “darah biru” keturunan Kiai Moh Hasyim Asy’ari (pendiri dan Ra’is Akbar NU) dari putrinya Hj Khodijah.<br />
<br />
Gus Ishom yang lahir pada 18 Juli 1965 (genap berusia 37) adalah salah satu dari cucu KH Hasyim yang mewarisi kewibawaaan, keilmuan, kedewasaan, kematangan, kesabaran, keanggunan, dan keajaiban Sang Kakek. Gaya bicaranya yang “khas”, penuh humor, perilaku yang tawadlu’, ikhlas, penuh senyum (mencerminkan kedalaman spritual dan kekuatan pribadinya), selalu dinantikan para santri, lebih-lebih saat Ramadlan tiba. Seluruh halaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dijubeli oleh ribuan santri, baik yang berada di Pondok Pesantren Tebuireng sendiri ataupun pondok sekitarnya, Seblak, Pacul Gowang, Khuffadz, Mu’allimat-Darul Falah Cukir, dan lain-lain. Semuanya ingin mendengarkan wejangan-wejangan Gus Ishom,menyimak, merenungkan, menghayati dan mengamalkannya.<b><i></i></b></span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i style="color: blue;">Sumber : Website Rasmi Nahdlatul Ulama (NU)</i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-46572683627867588522011-02-28T08:53:00.000+08:002011-02-28T08:53:26.865+08:00KH ABDUL WAHID HASYIM<div class="separator" style="clear: both; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: small;"><img align="left" border="0" height="320" src="http://www.nu.or.id/tfiles/Image/news/id/news141298622493.jpg" width="231" /></span></div><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">KH. Abdul Wahid Hasyim</b> adalah putra kelima dari pasangan <i style="color: red;"><b>KH. Hasyim Asy’ari</b></i> dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara ini lahir pada hari Jumat legi, Rabiul Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang ramai dengan pengajian.<br />
<br />
Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung hingga <b style="color: #38761d;">Joko Tingkir</b>, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak. Sedangkan dari pihak ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan MAtaram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng.<br />
<br />
Kesepuluh putra KH. Hasyim Asy’ari itu adalah Hannah, Khairiyah, Aisyah, Izzah, Abdul Wahid, A. Khaliq, Abdul Karim, Ubaidillah, Masrurah, dan Muhammad Yusuf. Sementara itu, dengan Nyai Masrurah KH. Hasyim Asy’ari dikaruniai empat putera, yakni Abdul Kadir, Fatimah, Khodijah dan Ya’kub.<br />
</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><u><span style="font-size: large;"><b style="color: blue;"><i>Mondok Hanya Beberapa Hari</i></b></span></u></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i><br />
</i></b>Abdul Wahid mempunyai otak sangat cerdas. Pada usia kanak-kanak ia sudah pandai membaca al-Qur’an, dan bahkan sudah khatam al-Qur’an ketika masih berusia tujuh tahun. Selain mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, Abdul Wahid juga belajar di bangku Madrasah Salafiyah di Pesantren Tebuireng. Pada usia 12 tahun, setamat dari Madrasah, ia sudah membantu ayahnya mengajar adik-adik dan anak-anak seusianya.<br />
<br />
Sebagai anak tokoh, Abdul Wahid tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah Pemerintah Hindia Belanda. Ia lebih banyak belajar secara otodidak. Selain belajar di Madrasah, ia juga banyak mempelajari sendiri kitab-kitab dan buku berbahasa Arab. Abdul Wahid mendalami syair-syair berbahasa Arab dan hafal di luar kepala, selain menguasai maknanya dengan baik.<br />
<br />
Pada usia 13 tahun ia dikirim ke Pondok Siwalan, Panji, sebuah pesantren tua di Sidoarjo. Ternyata di sana ia hanya bertahan sebulan. Dari Siwalan ia pindah ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Lagi-lagi ia di pesantren ini mondok dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa hari saja. Dengan berpindah-pindah pondok dan nyantri hanya dalam hitungan hari itu, seolah-olah yang diperlukan Abdul Wahid hanyalah keberkatan dari sang guru, bukan ilmunya. Soal ilmu, demikian mungkin ia berpikir, bisa dipelajari di mana saja dan dengan cara apa saja. Tapi soal memperoleh berkah, adalah masalah lain, harus berhubungan dengan kyai. Inilah yang sepertinya menjadi pertimbangan utama dari Abdul Wahid ketika itu.<br />
<br />
Sepulang dari Lirboyo, Abdul Wahid tidak meneruskan belajarnya di pesantren lain, tetapi memilih tinggal di rumah. Oleh ayahnya pilihan tinggal di rumah dibiarkan saja, toh Abdul Wahid bisa menentukan sendiri bagaimana harus belajar. Benar juga, selama berada di rumah semangat belajarnya tidak pernah padam, terutama belajar secara otodidak. Meskipun tidak sekolah di lembaga pendidikan umum milik pemerintah Hindia Belanda, pada usia 15 tahun ia sudah mengenal huruf latin dan menguasai bahasa Inggris dan Belanda. Kedua bahasa asing itu dipelajari dengan membaca majalah yang diperoleh dari dalam negeri atau kiriman dari luar negeri.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="color: blue; font-size: small;"><b><i><u><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menerapkan Sistem Madrasah ke Dalam Sistem Pesantren</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Pada 1916, KH. Ma’sum, menantu KH. Hasyim Asy’ari, dengan dukungan Wahid Hasyim, memasukkan sistem Madrasah ke dalam sistem pendidikan pesantren. Ada tujuh jenjang kelas dan dibagi menjadi dua tingkatan. Tahun pertama dan kedua dinamakan siffir awwal dan siffir tsani, yaitu masa persiapan untuk memasuki masa lima tahun jenjang berikutnya. Pada siffir awwal dan siffir tsani diajarkan khusus bahasa Arab sebagai landasan penting pembedah khazanah ilmu pengetahuan Islam. Pada tahun 1919, kurikulum madrasah tersebut ditambah dengan pendidikan umum, seperti bahasa Indonesia (Melayu), berhitung dan Ilmu Bumi. Pada 1926, KH. Mauhammad Ilyas memasukkan pelajaran bahasa Belanda dan sejarah ke dalam kurikulum madrasah atas persetujuan KH. Hasyim Asy’ari.<br />
<br />
Pembaharuan pendidikan Pesantren Tebuireng yang dilakukan KH. Hasyim Asy’ari, berikut murid dan puteranya, bukan tanpa halangan. Pembaharuan pendidikan yang digagasnya menimbulkan reaksi yang cukup hebat dari masyarakat dan kalangan pesantren, sehingga banyak juga orang tua santri memindahkan anak-anaknya ke pesantren lain, karena dengan pembaharuan tersebut Pesantren Tebuireng dipandang sudah terlalu modern. Reaksi tersebut tidak menyurutkan proses pembaharuan Pesantren Tebuireng. Hal tersebut terus berlangsung dan dilanjutkan oleh Wahid Hasyim dengan mendirikan madrasah modern di lingkungan pesantren.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Berangkat ke Mekkah</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Pada tahun 1932, ketika menginjak usia 18 tahun, ia dikirim ke Mekkah, di samping untuk menunaikan rukun Islam kelima juga untuk memperdalam berbagai cabang ilmu agama. Kepergiannya ke Mekkah ditemani oleh saudara sepupunya, Muhammad Ilyas, yang kelak menjadi Menteri Agama. Muhammad Ilyas memiliki jasa yang besar dalam membimbing Abdul Wahid sehingga tumbuh menjadi remaja yang cerdas. Muhammad Ilyas dikenal fasih dalam bahasa Arab, dan dialah yang mengajari Abdul Wahid bahasa Arab. Di tanah suci ia belajar selama dua tahun.<br />
<br />
Dengan pengalaman pendidikan tersebut, tampak ia sebagai sosok yang memiliki bakat intelektual yang matang. Ia menguasai tiga bahasa asing, yaitu bahasa Arab, Inggris dan Belanda. Dengan bekal kemampuan tiga bahasa tersebut, Wahid Hasyim dapat mempelajari berbagai buku dari tiga bahasa tersebut. Otodidak yang dilakukan Wahid Hasyim memberikan pengaruh signifikan bagi praktik dan kiprahnya dalam pendidikan dan pengajaran, khususnya di pondok pesantren termasuk juga dalam politik.<br />
<br />
Setelah kembali dari Mekkah, Wahid Hasyim merasa perlu mengamalkan ilmunya dengan melakukan pembaharuan, baik di bidang sosial, keagamaan, pendidikan dan politik. Pada usia 24 tahun (1938), Wahid Hasyim mulai terjun ke dunia politik. Bersama kawan-kawannya, ia gencar dalam memberikan pendidikan politik, pembaharuan pemikiran dan pengarahan tentang perlunya melawan penjajah. Baginya pembaharuan hanya mungkin efektif apabila bangsa Indonesia terbebas dari penjajah.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Menikah</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Pada usia 25 tahun, Abdul Wahid mempersunting gadis bernama Solichah, putri KH. Bisri Syansuri, yang pada waktu itu baru berusia 15 tahun. Pasangan ini dikarunai enam anak putra, yaitu Abdurrahman ad-Dakhil (mantan Presiden RI), Aisyah (Ketua Umum PP Muslimat NU, 1995-2000), Shalahudin al-Ayyubi (Insinyur lulusan ITB/Pengasuh PP. Tebuireng Jombang, sesudah KH. Yusuf Hasyim), Umar (dokter lulusan UI), Khadijah dan Hasyim.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span style="color: blue; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;">Empat Tahun Sebelum Masuk Organisasi</span></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Jangan ada orang yang memasuki suatu organisasi atau perhimpunan atas dasar kesadaran kritisnya. Pada umumnya orang yang aktif dalam sebuah organisasi atas dasar tradisi mengikuti jejak kakek, ayah, atau keluarga lain, karena ikut-ikutan atau karena semangat primordial. Tidak terkecuali bagi kebanyakan warga NU. Sudah lazim orang masuk NU karena keturunan; ayahnya aktif di NU, maka secara otomatis pula anaknya masuk dan menjadi aktivis NU. Kelaziman seperti itu agaknya tidak berlaku bagi Wahid Hasyim. Proses ke-NU-an Abdul Wahid Hasyim berlangsung dalam waktu yang cukup lama, setelah melakukan perenungan mendalam. Ia menggunakan kesadaran kritis untuk menentukan pilihan organisasi mana yang akan dimasuki.<br />
<br />
Waktu itu April 1934, sepulang dari Mekkah, banyak permintaan dari kawan-kawannya agar Abdul Wahid Hasyim aktif dihimpunan atau organisasi yang dipimpinnya. Tawaran juga datang dari Nahdlatul Ulama (NU). Pada tahun-tahun itu di tanah air banyak berkembang perkumpulan atau organisasi pergerakan. Baik yang bercorak keagamaan maupun nasionalis. Setiap perkumpulan berusaha memperkuat basis organisasinya dengan merekrut sebanyak mungkin anggota dari tokoh-tokoh berpengaruh. Wajar saja jika kedatangan Wahid Hasyim ke tanah air disambut penuh antusias para pemimpin perhimpunan dan diajak bergabung dalam perhimpunannya. Ternyata tidak satupun tawaran itu yang diterima, termasuk tawaran dari NU.<br />
<br />
Apa yang terjadi dalam pergulatan pemikiran Abdul Wahid Hasyim, sehingga ia tidak kenal secara cepat menentukan pilihan untuk bergabung di dalam satu perkumpulan itu? Waktu itu memang ada dua alternatif di benak Abdul Wahid Hasyim. Kemungkinan pertama, ia menerima tawaran dan masuk dalam salah satu perkumpulan atau partai yang ada. Dan kemungkinan kedua, mendirikan perhimpunan atau partai sendiri.<br />
<br />
Di mata Abdul Wahid Hasyim perhimpunan atau partai yang berkembang waktu itu tidak ada yang memuaskan. Itulah yang menyebabkan ia ragu kalau harus masuk dan aktif di partai. Ada saja kekurangan yang melekat pada setiap perhimpunan. Menurut penilaian Abdul Wahid Hasyim, partai A kurang radikal, partai B kurang berpengaruh, partai C kurang memiliki kaum terpelajar, dan partai D pimpinannya dinilai tidak jujur.<br />
<br />
”di mata saya, ada seribu satu macam kekurangan yang ada pada setiap partai,” tegas Abdul Wahid Hasyim ketika berceramah di depan pemuda yang bergabung dalam organisasi Gerakan Pendidikan Politik Muslim Indonesia.<br />
<br />
Setelah beberapa lama melakukan pergulatan pemikiran Wahid Hasyim akhirnya menjatuhkan pilihannya ke NU. Meskipun belum sesuai dengan keinginannya, tapi dianggap NU memiliki kelebihan dibanding yang lain. Selama ini organisasi-organisasi dalam waktu yang pendek tidak mampu untuk menyebar keseluruh daerah. Berbeda dengan NU dalam waktu yang cukup singkat sudah menyebar hingga 60% di seluruh wilayah di Indonesia. Inilah yang dianggap oleh Wahid Hasyim kelebihan yang dimiliki oleh NU.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Pokok Pemikirannya</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Sebagai seorang santri pendidik agama, fokus utama pemikiran Wahid Hasyim adalah peningkatan kualitas sumberdaya umat Islam. Upaya peningkatan kualitas tersebut menurut Wahid Hasyim, dilakukan melalui pendidikan khususnya pesantren. Dari sini dapat dipahami, bahwa kualitas manusia muslim sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas jasmani, rohani dan akal. Kesehatan jasmani dibuktikan dengan tiadanya gangguan fisik ketika berkatifitas. Sedangkan kesehatan rohani dibuktikan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Disamping sehat jasmani dan rohani, manusia muslim harus memiliki kualitas nalar (akal) yang senantiasa diasah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan solusi yang tepat, adil dan sesuai dengan ajaran Islam.<br />
<br />
Mendudukkan para santri dalam posisi yang sejajar, atau bahkan bila mungkin lebih tinggi, dengan kelompok lain agaknya menjadi obsesi yang tumbuh sejak usia muda. Ia tidak ingin melihat santri berkedudukan rendah dalam pergaulan masyarakat. Karena itu, sepulangnya dari menimba ilmu pengetahuan, dia berkiprah secara langsung membina pondok pesantren asuhannya ayahnya.<br />
<br />
Pertama-tama ia mencoba menerapkan model pendidikan klasikal dengan memadukan unsur ilmu agama dan ilmu-ilmu umum di pesantrennya. Ternyata uji coba tersebut dinilai berhasil. Karena itu ia kenal sebagai perintis pendidikan klasikal dan pendidikan modern di dunia pesantren.<br />
<br />
Untuk pendidikan pondok pesantren Wahid Hasyim memberikan sumbangsih pemikirannya untuk melakukan perubahan. Banyak perubahan di dunia pesantren yang harus dilakukan. Mulai dari tujuan hingga metode pengajarannya.<br />
<br />
Dalam mengadakan perubahan terhadap sistem pendidikan pesantren, ia membuat perencanaan yang matang. Ia tidak ingin gerakan ini gagal di tengah jalan. Untuk itu, ia mengadakan langkah-langkah sebagai berikut:<br />
<br />
* Menggambarkan tujuan dengan sejelas-jelasnya<br />
* Menggambarkan cara mencapai tujuan itu<br />
* Memberikan keyakinan dan cara, bahwa dengan sungguh-sungguh tujuan dapat dicapai.<br />
<br />
Pada awalnya, tujuan pendidikan Islam khususnya di lingkungan pesantren lebih berkosentrasi pada urusan ukhrawiyah (akhirat), nyaris terlepas dari urusan duniawiyah (dunia). Dengan seperti itu, pesantren didominasi oleh mata ajaran yang berkaitan dengan fiqh, tasawuf, ritual-ritual sakral dan sebagainya.<br />
<br />
Meski tidak pernah mengenyam pedidikan modern, wawasan berfikir Wahid Hasyim dikenal cukup luas. Wawasan ini kemudian diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan pendidikan. Berkembangnya pendidikan madrasah di Indonesia di awal abad ke-20, merupakan wujud dari upaya yang dilakukan oleh cendikiawan muslim, termasuk Wahid Hasyim, yang melihat bahwa lembaga pendidikan Islam (pesantren) dalam beberapa hal tidak lagi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.<br />
<br />
Apa yang dilakukan oleh Wahid Hasyim adalah merupakan inovasi baru bagi kalangan pesantren. Pada saat itu, pelajaran umum masih dianggap tabu bagi kalangan pesantren karena identik dengan penjajah. Kebencian pesantren terhadap penjajah membuat pesantren mengharamkan semua yang berkaitan dengannya, seperti halnya memakai pantolan, dasi dan topi, dan dalam konteks luas pengetahuan umum.<br />
<br />
Dalam metode pengajaran, sekembalinya dari Mekkah untuk belajar, Wahid Hasyim mengusulkan perubahan metode pengajaran kepada ayahnya. Usulan itu antara lain agar sistem bandongan diganti dengan sistem tutorial yang sistematis, dengan tujuan untuk mengembangkan dalam kelas yang menggunakan metode tersebut santri datang hanya mendengar, menulis catatan, dan menghafal mata pelajaran yang telah diberikan, tidak ada kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau berdikusi. Secara singkat, menurut Wahid Hasyim, metode bandongan akan menciptakan kepastian dalam diri santri.<br />
<br />
Perubahan metode pengajaran diimbangi pula dengan mendirikan perpustakaan. Hal ini merupakan kemajuan luar biasa yang terjadi pada pesantren ketika itu. Dengan hal tersebut Wahid Hasyim mengharapkan terjadinya proses belajar mengajar yang dialogis. Dimana posisi guru ditempatkan bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Pendapat guru bukanlah suatu kebenaran mutlak sehingga pendapatnya bisa dipertanyakan bahkan dibantah oleh santri (murid). Proses belajar mengajar berorientasi pada murid, sehingga potensi yang dimiliki akan terwujud dan ia akan menjadi dirinya sendiri.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u><span style="color: blue; font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kiprah Sosial Kemasyarakatan dan Kenegaraan</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Selain melakukan perubahan-perubahan tersebut Wahid Hasyim juga menganjurkan kepada para santri untuk belajar dan aktif dalam berorganisasi. Pada 1936 ia mendirikan IKPI (Ikatan Pelajar Islam). Pendirian organisasi ini bertujuan untuk mengorganisasi para pemuda yang secara langsung ia sendiri menjadi pemimpinnya. Usaha ikatan ini antara lain mendirikan taman baca.<br />
<br />
Pada tahun 1938 Wahid Hasyim banyak mencurahkan waktunya untuk kegiatan-kegiatan NU. Pada tahun ini Wahid Hasyim ditunjuk sebagai sekretaris pengurus Ranting Tebuireng, lalu menjadi anggota pengurus Cabang Jombang. Kemmudian untuk selanjutnya Wahid Hasyim dipilih sebagai anggota Pengurus Besar NU di wilayah Surabaya. Dari sini karirnya terus meningkat sampai Ma’arif NU pada tahun 1938. Setelah NU berubah menjadi partai politik, ia pun dipilih sebagai ketua Biro Politik NU tahun 1950.<br />
<br />
Di kalangan pesantren, Nahdlatul Ulama mencoba ikut memasuki trace baru bersama-sama organisasi sosial modern lainnya, sepeti Muhammadiyah, NU juga membentuk sebuah federasi politik bernama Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) lebih banyak di dorong oleh rasa bersalah umat Islam setelah melihat konsolidasi politik kaum nasionalis begitu kuat. Pada tahun 1939, ketika MIAI mengadakan konferensi, Wahid Hasyim terpilih sebagai ketua. Setahun kemudian ia mengundurkan diri.<br />
<br />
Wahid Hasyim juga mempelopori berdirinya Badan Propaganda Islam (BPI) yang anggota-anggotanya dikader untuk terampil dan mahir berpidato di hadapan umum. Selain itu, Wahid Hasyim juga mengembangkan pendidikan di kalangan umat Islam. Tahun 1944 ia mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhnya ditangani oleh KH. A Kahar Mudzakir. Tahun berikutnya, 1945, Wahid Hasyim aktif dalam dunia politik dan memulai karir sebagai ketua II Majelis Syura (Dewan Partai Masyumi). Ketua umumnya adalah ayahnya sendiri. Sedangkan ketua I dan ketua II masing-masing Ki Bagus Hadikusumo dan Mr. Kasman Singodimejo.<br />
<br />
Pada tanggal 20 Desember 1949 KH. Abdul Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Agama dalam kabinet Hatta. Sebelumnya, yaitu sebelum penyerahan kedaulatan, ia menjadi Menteri Negara. Pada periode kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman, Wahid Hasyim tetap memegang jabatan Menteri Agama.<br />
<br />
Dalam kabinet pertama yang dibentuk Presiden Soekarno pada September 1945, Wahid Hasyim ditunjuk menjadi Menteri Negara. Demikian juga dalam Kabinet Syahrir pada tahun 1946. Pada tahun ini juga, ketika KNIP dibentuk, KH. A Wahid Hasyim menjadi salah seorang anggotanya mewakili Masyumi dan meningkat menjadi anggota BPKNIP.<br />
<br />
Selama menjadi Menteri Agama, usahanya antara lain: </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">[1] Mendirikan Jam’iyah al-Qurra’ wa al-Huffazh (Organisasi Qari dan Penghafal al-Qur’an) di Jakarta; </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">[2] Menetapkan tugas kewajiban Kementerian Agama melalui Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1950; </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">[3] Merumuskan dasar-dasar peraturan Perjalanan Haji Indonesia; dan </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">[4] Menyetujui berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dalam kementerian agama.<br />
<br />
Pada tahun 1952 KH. Abdul Wahid Hasyim memprakarsai berdirinya Liga Muslimin Indonesia, suatu badan federasi yang anggotanya terdiri atas wakil-wakil NU, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Darul Dakwah wa al-Irsyad. Susunan pengurusnya adalah KH. A Wahid Hasyim sebagai ketua, Abikusno Cokrosuyoso sebagai wakil ketua I, dan H. Sirajuddin Abbas sebagai wakil ketua II.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai Ketua Umum PBNU</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Ketika Muktamar ke 19 di Palembang mencalonkannya sebagai Ketua Umum, ia menolaknya, dan mengusulkan agar KH. Masykur menempati jabatan sebagai Ketua Umum. Kemudian atas penolakan KH. A Wahid Hasyim untuk menduduki jabatan Ketua Umum, maka terpilihlah KH. Masykur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Namun berhubung KH. Masykur diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Ali Arifin, maka NU menonaktifkan KH. Masykur selaku ketua umum, dan dengan demikian maka Wahid Hasyim ditetapkan sebagai Ketua Umum.<br />
<br />
Disamping sebagai Ketua Umum PBNU, KH. A Wahid Hasyim menjabat Shumubucho (Kepala Jawatan Agama Pusat) yang merupakan kompensasi Jepang yang waktu itu merasa kedudukannya makin terdesak dan merasa salah langkah menghadapi umat Islam. Awalnya Shumubucho adalah merupakan kompensasi yang diberikan kepada KH. Hasyim Asy’ari, mengingat usianya yang sudah uzur dan ia harus mengasuh pesanten sehingga tidak mungkin jika harus bolak-balik Jakarta-Jombang. Karena kondisi ini, ia mengusulkan agar tugas sebagai Shumubucho diserahkan kepada KH. Abdul Wahid Hasyim, puteranya.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Tokoh Muda BPUPKI</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Karir KH. Abdul Wahid Hasyim dalam pentas politik nasional terus melejit. Dalam usianya yang masih muda, beberapa jabatan ia sandang. Diantaranya ketika Jepang membentuk badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan atau dikenal dengan BPUPKI. Wahid Hasyim merupakan salah satu anggota termuda setelah BPH. Bintoro dari 62 orang yang ada. Waktu itu Wahid Hasyim berusia 33 tahun, sementara Bintoro 27 tahun.<br />
<br />
Sebagai anggota BPKI yang berpengaruh, ia terpilih sebagai seorang dari sembilan anggota sub-komite BPKI yang bertugas merumuskan rancangan preambule UUD negara Republik Indonesia yang akan segera diproklamasikan.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Musibah di Cimindi</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Tanggal 19 April 1953 merupakan hari berkabung. Waktu itu hari Sabtu tanggal 18 April, KH. Abdul Wahhid Hasyim bermaksud pergi ke Sumedang untuk menghadiri rapat NU. Berkendaraan mobil Chevrolet miliknya, dengan ditemani seorang sopir dari harian pemandangan, Argo Sutjipto, tata usaha majalah Gema Muslim, dan putra sulungnya, Abdurrahman ad-Dakhil. KH. Abdul Wahid Hasyim duduk di jok belakang bersama Argo Sutjipto.<br />
<br />
Daerah sekitar Cimahi dan Bandung waktu itu diguyur hujan dan jalan menjadi licin. Pada waktu itu lalu lintas di jalan Cimindi, sebuah daerah antara Cimahi-Bandung, cukup ramai. Sekitar pukul 13.00, ketika memasuki Cimindi, mobil yang ditumpangi KH. Abdul Wahid Hasyim selip dan sopirnya tidak bisa menguasai kendaraan. Di belakang Chevrolet nahas itu banyak iring-iringan mobil. Sedangkan dari arah depan sebuah truk yang melaju kencang terpaksa berhenti begitu melihat ada mobil zig-zag karena selip dari arah berlawanan. Karena mobil Chevrolet itu melaju cukup kencang, bagian belakangnya membentur badan truk dengan keras. Saat terjadi benturan, KH. A Wahid Hasyim dan Argo Sutjipto terlempar ke bawah truk yang sudah berhenti itu. Keduanya luka parah. KH. Abdul Wahid Hasyim terluka bagian kening, mata serta pipi dan bagian lehernya. Sementara sang sopir dan Abdurrahman tidak cidera sedikit pun. Mobilnya hanya rusak bagian belakang dan masih bisa berjalan seperti semula.<br />
<br />
Lokasi kejadian kecelakaan itu memang agak jauh dari kota. Karena itu usaha pertolongan datang sangat terlambat. Baru pukul 16.00 datang mobil ambulan untuk mengangkut korban ke Rumah Sakit Boromeus di Bandung. Sejak mengalami kecelakaan, kedua korban terus tidak sadarkan diri. Pada pukul 10.30 hari Ahad, 19 April 1953, KH. Abdul Wahid Hasyim dipanggil ke hadirat Allah Swt dalam usia 39 tahun. Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 18.00, Argo Sutjipto menyusul menghadap Sang Khalik.<br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><u style="color: blue;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ditetapkan Sebagai Pahlawan</span></span></u></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Berdasarkan Surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 206 tahun 1964 tertanggal 24 Agustus 1964, KH. Abdul Wahid Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin Indonesia yang semasa hidupnya terdorong oleh taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan rasa cinta tanah air dan bangsa, telah memimpin suatu kegiatan yang teratur guna mencapai kemerdekaan nusa dan bangsa. <br />
<br />
Biografi singkat KH. Abdul Wahid Hasyim disarikan dari buku ”99 Kiai Kharismatik Indonesia” di tulis oleh KH. A. Aziz Masyhuri, terbitan Kutub, Yogyakarta. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> </span> </div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-13175782858923508872011-02-21T17:51:00.001+08:002011-02-21T17:52:53.523+08:00SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: #ff9900;"></span></span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><img align="left" border="0" height="320" src="http://www.nu.or.id/tfiles/Image/news/id/news141256505070.jpg" width="213" /> Muhammad Yusuf lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada 13 Juli 1627. Ayahnya bernama Abdullah, sementara ibunya adalah seorang wanita keluarga Kerajaan Gowa Sultan Ala’uddin yang bernama Aminah. Nama Muhammad Yusuf diberikan oleh Sultan Ala’uddin sendiri.<br />
<br />
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten di sekitarnya termasuk Kotamadya Makassar. <br />
<br />
Muhammad Yusuf dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya sejak dini. Sebagai seorang putera keluarga bangsawan, Muhammad Yusuf berkesempatan mengenyam pendidikan yang sangat bagus dengan belajar kepada ulama-ulama ternama pada zamannya, termasuk berkesempatan menimba ilmu di pusat-pusat pendidikan ternama pada zamannya.<br />
<br />
Karena salah satu pusat pendidikan keagamaan yang bagus berada di Cikoang, sebagai seorang putera keluarga bangsawan maka Muhammad Yusuf pun berkesempatan belajar ke sana. Cikoang pada saat itu merupakan perkampungan para guru-guru agama. Mereka adalah keluarga-keluarga <i>sayyid</i><i>(dzurriyat)</i> Rasulullah Muhammad SAW. Pada usia 15 tahun Muhammad Yusuf belajar di Cikoang pada seorang sufi, ahli tasawuf, mistik, guru agama, dan dai yang berkelana. Beberapa di antara para guru Muhammad Yusuf yang terkenal adalah Syeikh Jalaludin al-Aidit, Sayyid Ba’lawi At-Thahir dan Daeng Ri Tassamang. <br />
<br />
Secara geografis, Cikoang saat ini berada termasuk ke dalam wilayah kecamatan Mangarabombang Kabupaten Talakar yang terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 60 km dari Kota Metropolitan Makassar. Hingga saat ini, di Cikoang terkenal dengan ritual Maulid Akbar Cikoang atau biasa disebut <i>Maudu’ Lompoa Cikoang</i> (dalam bahasa Makassar) yang merupakan perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam perayaan ini digelar berbagai atraksi budaya dengan ritual-ritual keagamaan yang digelar setiap tahun di Bulan Rabiul Awal.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b><i>Berdakwah dan Mengembara</i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i><br />
</i></b>Sekembalinya belajar dari Cikoang Muhammad Yusuf menikah dengan seorang putri Sultan Goa. Pada usia 18 tahun kemudian Muhammad Yusuf memulai pengembaraannya dalam menuntut ilmu. Pada tahun 1644, dengan menumpang kapal Melayu, Muhammad Yusuf segera berlayar untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu-ilmu agama di Timur Tengah.<br />
<br />
Sesuai rute perjalanan kapal Melayu yang singgah di berbagai pelabuhan kerajaan-kerajaan Nusantara waktu itu, Muhammad Yusuf banyak menyinggahi berbagai daerah Nusantara. Salah satu yang kemudian menjadi sangat penting dalam perjalanan hidup dan perjuangan Muhammad Yusuf adalah Banten, sebuah pelabihan dagang yang dikendalikan oleh Kerajaan Islam Banten. Sebagai seorang bangsawan, Muhammad Yusuf bersahabat dengan putra mahkota yang kelak memerintah sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), seorang penguasa terakhir Kesultanan Banten. Selain Banten, Muhammad Yusuf juga sempat singgah di Aceh dalam perjalanan pengembarannya ini.<br />
<br />
Dari Aceh, Muhamamad Yusuf kemudian berlayar ke Gujarat, Sebuah kawasan yang menjadi salah satu negara bagian India sejak 1 Mei 1960. Gujarat dikenal sebagai tempat yang asal para wali penyebar agama Islam di Nusantara, termasuk beberapa wali songo yang kemudian bermukin di Jawa. <br />
<br />
Di Gujarat inilah dikabarkan Muhammad Yusuf sempat bertemu dengan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri, salah seorang penasihat Sultonah Shofiyatuddin, raja perempuan Aceh. Syeikh Nuruddin Ar-Raniri adalah negarawan, ahli fikih, teolog, sufi, sejarawan dan sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada abad ke-17. Nama aslinya adalah Nuruddin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri. Ia lahir di Ranir (Rander), Gujarat, India, dan mengaku memiliki darah suku Quraisy,<br />
<br />
Beberapa pendapat menyatakan bahwa Muhammad Yusuf bertemu dangan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri ketika Muhammad Yusuf singgah di Aceh. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa Syeikh Nuruddin Ar-Raniri meninggal dunia pada 22 Zulhijjah 1069 H./21 September 1658 M. di Aceh. Pada masa-masa sebelum 1658 M. inilah Muhammad Yusuf bertemu dengan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri di Aceh. Dari Syeikh Nuruddin Ar-Raniri inilah Muhammad Yusuf belajar dan mendapatkan ijazah Tarekat Qodiriyah.<br />
<br />
Dari Aceh, Muhammad Yusuf kemudian bertolak ke Gujarat, Yaman, Damaskus (Suriyah) hingga akhirnya ke Mekkah dan Madinah. Konon, Muhammad Yusuf sempat berkelana hingga ke Istanbul (Turki) yang disebut dalam tambo-tambo Melayu sebagai “Negeri Rum”. Di Yaman, Muhamamd Yusuf berguru pada Syeikh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi,<br />
<br />
Di Damaskus Muhammad Yusuf berguru kepada Syeikh Abu Al-Barkah Ayyub <br />
bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi. Konon gurunya inilah yang memberikan <i>laqob</i> (gelar panggilan) kepada Muhammad Yusuf dengan “Al-Makassari.” Syeikh Abu Al-Barkah adalah gurunya yang memberikan ijazah Tarekat Khalwatiyah kepadanya. Kelak, setelah Muhammad Yusuf menjadi seorang ursyid, Ijazah Tarekat Khalwatiyah inilah yang kemudian menjadikannya dikenal sebagai Syeikh Yusuf Tajul Khalwati.<br />
<br />
Semenjak berada di Haramain (Makkah-Madinah) Muhamamd Yusuf telah dipandang sebagai guru agama oleh orang-orang Melayu-Indonesia yang datang naik haji ke Tanah Suci. Konon Muhammad Yusuf yang telah menjadi guru dan dipanggil sebagai Syeikh Muhammad Yusuf al-Makassari ini sempat menikah dengan salah seorang putri keturunan Imam Syafi’i di Mekkah yang meninggal dunia waktu melahirkan bayi. Sebelum akhirnya pulang kembali ke Nusantara, Syeikh Muhammad Yusuf al-Makassari sempat menikah lagi dengan seorang perempuan asal Sulawesi di Jeddah.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"><b><i>Berjuang Melawan Penjajahan</i></b></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i><br />
</i></b>Dengan Kedua Isterinya, isteri pertama yang menemaninya selama berkelana dan isteri ketiga yang baru dinikahinya sewaktu di Jeddah, Syeikh Yusuf al-Makassari pun kembali ke Nusantara. Beberapa sumber menyebutkan, Syeikh Yusuf al-Makassari tidak pernah kembali ke Gowa, namun langsung menetap di Banten. Sementara beberapa pendapat menyebutkan, setelah Kesultanan Gowa mengalami kekalahan dalam peperangan melawan Belanda, Syeikh Yusuf al-Makassari kembali berlayar ke Banten, ke tempat sahabatnya semasa remaja yang kini telah menjadi seorang raja bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. <br />
<br />
Di Banten, Sekitar tahun 1670 Syeikh Yusuf al-Makassari diangkat menjadi mufti (penesehat spiritual) dengan murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai. Syeikh Yusuf al-Makassari tinggal kemudian menikah lagi dengan Putri Sultan Ageng Tirtayasa. <br />
<br />
Kedalaman ilmu yang dimiliki Syeikh Yusuf menjadikan Beliau begitu cepat terkenal dan menjadikan Banten sebagai Pusat pendidikan Islam. Banyak Murid murid yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri untuk belajar kepada Syeikh Yusuf al-Makassari. Disamping mengajarkan tentang ilmu-ilmu syariat beliau juga mengajarkan ilmu beladiri untuk berjuang bersama melawan penjajah Belanda. Sehingga banyak di antara para pendekar di kesultanan Banten adalah murid Syeikh Yusuf al-Makassari.<br />
<br />
Murid -murid Syeikh yusuf Al makassari terkenal sebagai pendekar pendekar Banten yang kebal terhadap Senjata membuat Pasukan Belanda kalang kabut. Syeikh Yusuf al-Makassari memiliki pengaruhnya yang sangat besar terhadap rakyat Banten untuk melawan Penjajah Belanda. Syeikh Yusuf al-Makassari memiliki peran sangat penting dalam penyerbuan Banten ke Batavia. Ketika Belanda berhasil memecah belah serta mengadu domba terhadap keluarga Sultan, maka Banten terpaksa direpotkan oleh pemberontakan dari dalam keluarga kerajaan sendiri. Sultan Ageng Tirtayasa pun terpaksa berperang melawan puteranya sendiri yang bernama Sultan Haji dengan dukungan militer Belanda. Syeikh Yusuf al-Makassari beserta 4.000 tentara Makassar dan Bugis memihak Sultan Ageng Tirtayasa.<br />
<br />
Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syeikh Yusuf al-Makassari pun turut terlibat dalam perang gerilya. Syeikh Yusuf al-Makassari terus memimpin pasukannya bersama Pangeran Purabaya mengobarkan perang gerilya. Pasukan yang dipimpinnya bergerilya hingga ke Karang dekat Tasikmalaya. <br />
<br />
Namun pada tahun ini juga Syeikh Yusuf al-Makassari dapat ditangkap oleh Belanda. Awalnya, Syeikh Yusuf al-Makassari ditahan di Cirebon kemudian dipindahkan ke Batavia (Jakarta). Karena pengaruhnya yang begitu besar dianggap membahayakan kompeni Belanda. Syeikh Yusuf al-Makassari dan keluarga kemudian diasingkan ke Sri Lanka.<br />
<br />
Pada bulan September 1684, Syeikh Yusuf al-Makassari bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid, dan sejumlah perempuan pembantu dibuang ke pulau Ceylon, kini Sri Lanka. Sementara Sultan Ageng Tirtayasa sendiri berhasil ditangkap dan dikurung di Batavia hingga meninggal sebagai tawanan Belanda pada tahun 1692 M.<br />
<br />
Karena telah berada dalam pengasingan Belanda, maka sejak di Sri Lanka inilah secara praktis, Syeikh Yusuf al-Makassari tidak lagi dapat menjalani dan memimpin perjuangan fisik. Maka Syeikh Yusuf al-Makassari pun mulai mencurahkan seluruh hidupnya untuk diabdikan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam. Syeikh Yusuf al-Makassari kemudian menulis karya-karya keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. <br />
<br />
Di pengasingannya di Sri Lanka, Syeikh Yusuf al-Makassari bertemu dengan ulama Sri langka bernama Syeikh Ibrahim bin Mi’an dan sering mengadakan diskusi kegamaan dan majlis ta’lim. Pembahasan tentang konsep Tasawuf yang diajarkan oleh Syeikh Yusuf al-Makassari sangat menarik minta para ulama serta jama’ah setempat dan mereka meminta kepada Syeikh Yusuf al-Makassari untuk membuat sebuah kitab tentang tasawuf. Syeikh Yusuf al-Makassari akhirnya mengarang Kitab tentang konsep tawasuf yang berjudul “Kaifiyatut Tasawwuf.”<br />
<br />
Dari pengasingannya, Syeikh Yusuf al-Makassari aktif menyusun sebuah jaringan Islam yang luas di kalangan para haji yang singgah di Sri Lanka, di kalangan para penguasa, dan raja-raja di Nusantara. Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syeikh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara. Para kafilah haji inilah yang membawa karya-karya Syeikh Yusuf al-Makassari ke Nusantara sehingga dapat dibaca di Indonesia sampai sekarang. Di Sri Lanka, Syeikh Yusuf al-Makassari tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki murid ratusan, yang umumnya berasal dari India Selatan. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span style="color: blue; font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dakwah Tiada Henti</span></span></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Mengingat aktivitas dakwah Syeikh Yusuf al-Makassari yang terus meningkat dan dinilai membahayakan stabilitas politik penjajahan Belanda, maka VOC lalu mengambil keputusan memindahkan Syeikh Yusuf al-Makassari ke Kaapstad di Afrika Selatan. Belanda khawatir dampak dakwah agama Syeikh Yusuf al-Makassari akan berpengaruh buruk bagi dan politik Belanda di Nusantara. Murid-murid Syeikh Yusuf al-Makassari terus mengobarkan perlawanan-perlawanan yang mengancam kekuasaan Belanda di Nusantara.<br />
<br />
Dalam usia 68 tahun, Syeikh Yusuf al-Makassari beserta rombongan pengikutnya terdiri dari 49 orang tiba di Tanjung Harapan tanggal 2 April 1694 dengan menumpang kapal Voetboog. Syeikh Yusuf al-Makassari di tempatkan di Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste Rivier, dengan tujuan supaya tidak bisa berhubungan dengan orang-orang Indonesia yang telah datang lebih dahulu. Syeikh Yusuf al-Makassari membangun pemukiman di Cape Town yang sekarang dikenal sebagai Macassar. <br />
<br />
Bersama ke-12 pengikutnya yang dinamakan imam-imam, Syeikh Yusuf al-Makassari memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian dan orang buangan politik, termasuk di kalangan orang-orang Afrika kulit hitam yang telah dibebaskan dan disebut Vryezwarten.<br />
<br />
Syeikh Yusuf al-Makassari terus berjuang menyebarkan syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di Afrika Selatan. Syeikh Yusuf al-Makassari kemudian hidup sebagai sufi yang mengajarkan tarekat Qadiriyyah, Shattariyyah, dan Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><i><span style="color: blue; font-size: large;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Karomah dan Kewalian</span></span></i></b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i> </i></b>Sebagai seorang mursyid tarekat, Syeikh Yusuf al-Makassari dikisahkan memiliki berbagai karomah dan kewalian. Salah satu yang sangat terkenal adalah mengislamkan kapten kapal yang membawanya ke pengasingan terakhir menuju Afrika Selatan. Menurut cerita, dalam pelayaran yang membawanya menuju Kapstaad, atas kapal Voetboog yang ditumpanginya beserta rombongan dihantam oleh badai besar yang membuat nakhoda berkebangsaan Belanda, Van Beuren, ketakutan karena mengira kapalnya akan tenggelam. Namun berkat wibawa dan karisma Syeikh Yusuf al-Makassari kapten beserta nahkoda kapal dapat tetap tenang dan mengendalikan kapal dengan selamat sampai di Kaapstad. Akibat pengalaman tersebut, sang kapten memeluk agama Islam dan turut tinggal di pengasingan bersama Syeikh Yusuf al-Makassari. Sampai sekarang keturunan kapten kapal ini tetap memeluk Islam Muslim masih bermukim di Afrika Selatan.<br />
<br />
Di Afrika Selatan, Syeikh Yusuf al-Makassari tetap berdakwah, dan memiliki banyak pengikut. Ketika ia wafat pada tanggal 23 Mei 1699 M. para pengikut Syeikh Yusuf al-Makassari menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Syeikh Yusuf al-Makassari dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah yang berarti keajaiban atau mukjizat. Bahkan, Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan, menyebut Syeikh Yusuf al-Makassari yang juga salah seorang pahlawan nasional Indonesia ini sebagai 'Salah Seorang Putra Afrika Terbaik'.<br />
<br />
Sultan Gowa meminta kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf al-Makassari dibawa kembali ke Tanah Airnya. Permintaan ini dikabulkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, sehingga jasad Syeikh Yusuf al-Makassari pun diboyong kembali ke Nusantara. Jasad Syeikh Yusuf al-Makassari tiba di Goa pada tanggal 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung (sebuah wilayah di kerajaan Gowa) pada hari Selasa tanggal 6 April 1705 M./12 Zulhidjah 1116 H. <br />
Seperti makamnya di Faure, makamnya di Lakiung juga banyak diziarahi masyarakat.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><i><b style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">SUMBER : </b></i></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><a href="http://www.nu.or.id/page.php"><span style="font-size: small;"><i><b style="color: blue; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">WEBSITE RASMI NAHDLATUL ULAMA </b></i></span></a></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><i></i></b></span> </div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-49837348392701733262011-02-16T21:22:00.002+08:002011-02-16T21:33:03.679+08:00TINGKATAN DAN MAQAM ZIKIR<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhle77dmrzF5iIB7_GtBn-NOXlRbTMJDRXTs3TVPD7jNaT0TQjvjGBjy2j59OSKtLcyIQmSkBaen5Lzbebz8lq3htRqpYEq3RDkeoewAsKgIxzqTqScwfLl6SupyfejUjuiM65W71f3muk/s1600/alqu__an__dan_tasbih_by_dulkimso_photography.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhle77dmrzF5iIB7_GtBn-NOXlRbTMJDRXTs3TVPD7jNaT0TQjvjGBjy2j59OSKtLcyIQmSkBaen5Lzbebz8lq3htRqpYEq3RDkeoewAsKgIxzqTqScwfLl6SupyfejUjuiM65W71f3muk/s400/alqu__an__dan_tasbih_by_dulkimso_photography.jpg" width="400" /></a></span></div><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: black;"> <span style="color: red;"> </span></b></span><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b style="color: black;"><span style="color: red;">JANGAN MENINGGALKAN ZIKIR</span> LANTARAN ENGKAU BELUM SELALU INGAT KEPADA ALLAH S.W.T KETIKA BERZIKIR, SEBAB KELALAIAN KAMU TERHADAP ALLAH S.W.T KETIKA TIDAK BERZIKIR LEBIH BAHAYA DARIPADA KELALAIAN KAMU TERHADAP ALLAH S.W.T KETIKA KAMU BERZIKIR. </b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: black;">SEMOGA ALLAH S.W.T MENAIKKAN DARJAT KAMU DARIPADA ZIKIR DENGAN KELALAIAN KEPADA ZIKIR YANG DISERTAI INGAT KEPADA ALLAH S.W.T, DAN MUDAH-MUDAHAN ALLAH S.W.T AKAN MENGANGKAT KAMU DARIPADA ZIKIR YANG BESERTA KEHADIRAN ALLAH S.W.T DI DALAM HATI KAMU KEPADA ZIKIR DI MANA LENYAPNYA SEGALA SESUATU SELAIN ALLAH S.W.T. HAL YANG DEMIKIAN ITU TIDAKLAH SUKAR BAGI ALLAH S.W.T.</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
<b style="color: blue;">Empat keadaan yang berkaitan dengan zikir:</b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b style="color: #38761d;"><br />
<i>1: Tidak berzikir langsung.<br />
2: Berzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Allah s.w.t.<br />
3: Berzikir dengan disertai rasa kehadiran Allah s.w.t di dalam hati.<br />
4: Berzikir dalam keadaan fana dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati, hanya Allah s.w.t sahaja yang ada.</i></b> <br />
<br />
Bukanlah sukar bagi Allah s.w.t untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang terbaik.<br />
<br />
Kerohanian manusia berada dalam beberapa darjat, maka suasana zikir juga berbeza-beza, mengikut darjat rohaninya. <b style="color: blue;">Darjat yang paling rendah</b> adalah si raghib yang telah tenat dikuasai oleh syaitan dan dunia. Cahaya api syaitan dan fatamorgana dunia menutup hatinya sehingga dia tidak sedikit pun mengingati Allah s.w.t. Seruan, peringatan dan ayat-ayat Allah s.w.t tidak melekat pada hatinya. Inilah golongan Islam yang dijajah oleh sifat munafik. Golongan ini tidak berzikir langsung.<br />
<br />
<b style="color: blue;">Golongan kedua</b> berzikir dengan lidah tetapi hati tidak ikut berzikir. Lidah menyebut nama Allah s.w.t, tetapi ingatan tertuju kepada harta, pekerjaan, perempuan, hiburan dan lain-lain. Inilah golongan orang Islam yang awam. Mereka dinasihatkan supaya jangan meninggalkan zikir kerana dengan meninggalkan zikir mereka akan lebih dihanyutkan oleh kelalaian.. Tanpa zikir, syaitan akan lebih mudah memancarkan gambar-gambar tipuan kepada cermin hatinya dan dunia akan lebih kuat menutupinya. Zikir pada peringkat ini berperanan sebagai ‘juru ingat’. Sebutan lidah menjadi teman yang mengingatkan hati yang lalai. Lidah dan hati berperanan seperti dua orang yang mempunyai minat yang berbeza. Seorang enggan mendengar sebutan nama Allah s.w.t, sementara yang seorang lagi memaksanya mendengar dia menyebut nama Allah s.w.t. Sahabat yang berzikir (lidah) mestilah memaksa bersungguh-sungguh agar temannya (hati) mendengar ucapannya. Di sini terjadilah peperangan di antara tenaga zikir dengan tenaga syaitan yang disokong oleh tenaga dunia yang cuba menghalang tenaga zikir dari memasuki hati.<br />
<br />
<b style="color: blue;">Golongan yang ke tiga</b> pula adalah mereka yang tenaga zikirnya sudah berjaya memecahkan dinding yang dibina oleh syaitan dan dunia. Ucapan zikir sudah boleh masuk ke dalam hati. Tenaga zikir bertindak menyucikan hati daripada karat-karat yang melekat padanya. Pada mulanya ucapan zikir masuk ke dalam hati sebagai sebutan nama-nama Allah s.w.t. Setelah karat hati sudah hilang maka sebutan nama-nama Allah s.w.t akan disertai oleh rasa mesra yang mengandungi kelazatan. Pada peringkat ini zikir tidak lagi dibuat secara paksa. Hati akan berzikir tanpa menggunakan lidah. Sebutan nama-nama Allah s.w.t menghalakan hati kepada Empunya nama-nama, merasai sifat-sifat-Nya sebagaimana dinamakan.<br />
<b style="color: blue;"><br />
Golongan ke empat</b> ialah mereka yang telah sepenuhnya dikuasai oleh Haq atau hal ketuhanan. Mereka sudah keluar dari sempadan alam maujud dan masuk ke dalam hal yang tidak ada alam, yang ada hanya Allah s.w.t. Tubuh kasar mereka masih berada di atas muka bumi, bersama-sama makhluk yang lain. Tetapi, kesedarannya terhadap dirinya dan makhluk sekaliannya sudah tidak ada, maka kewujudan sekalian yang maujud tidak sedikit pun mempengaruhi hatinya. Mereka karam dalam zikir dan yang dizikirkan. Mereka yang berada pada tahap ini telah terlepas dari ikatan manusiawi dan seterusnya mencapai penglihatan hakiki mata hati.<br />
<br />
Mereka yang mempunyai <b style="color: #b45f06;">penglihatan hakiki mata hati ada dua jenis</b>. Jenis pertama adalah yang <b>mempunyai nama dan tabir penutup</b>. Hijab nama (asma’) tidak terangkat lalu dia melihat di dalam hijab. Dia melihat Allah s.w.t pada apa yang menghijabkannya. Zikirnya ialah nama yang padanya dia melihat Allah s.w.t. Jenis kedua pula ialah yang <b>berpisah dengan nama dan hijab</b>, lalu dia melihat Allah s.w.t dan merasakan ketenangan dengan penglihatan itu. Pada ketika itu tidak sepatah pun ucapan yang terucap olehnya dan tidak sepatah pun kalam yang terdengar padanya. Dia melihat nama itu tidak mempunyai kekuatan hukum apa pun selain-Nya. Bila nama dinafikan tibalah pada wusul (sampai). Bila tidak terlintas lagi nama tibalah pada ittisal (perhubungan). Nama yang tidak lagi terlintas disebabkan kuatnya tarikan dari yang dinamai. Makam ini dinamakan makam al-Buhut (kehairan-hairanan), kerana dia melihat Allah s.w.t dalam kehairan-hairanan, tiada ucapan kecuali pandangan. Inilah makam terakhir di mana semua hati terhenti di situ. Ia adalah tingkatan tertinggi tentang kecintaan terhadap zat Ilahiat.<br />
<br />
Pada tahap ini <b style="color: red;">Nur-Nya memancar</b>, menyinar, menjulang naik ke lubuk hati. Peringkat ini sudah tiada zikir dan tiada pula yang berzikir, hanyalah memandang bukan berzikir dan tiada berbalik kembali pandangannya. Inilah hal yang dikatakan faham dengan tiada huraian pemahamannya dan mencapai dengan tiada sesuatu pencapaiannya. Insan di dalam hal ini sudah tidak lagi memohon fatwa, tidak memohon perkenan, tidak meminta pertolongan dan ucapan juga tiada. Baginya setiap sesuatu adalah ilmu dan setiap ilmu adalah zikir. Inilah hamba yang telah benar-benar berjaya menghimpun semua makam dan martabat. Dia sudah melihat takdir-takdir dan melihat bagaimana Allah s.w.t menghalau takdir demi takdir dan melihat bagaimana Allah s.w.t mengulangi takdir-takdir itu dengan berbagai-bagai cara yang dikehendaki-Nya kerana sesungguhnya Allah s.w.t sahaja yang memulakan penciptaan dan Dia juga yang mengulanginya. Penglihatannya tidak berbolak-balik lagi. Dia melihat Allah s.w.t di hadapan dan di belakang apa yang dilihatnya dan melihat Allah s.w.t dalam segala yang dilihatnya.<br />
<br />
Apabila kerinduan terhadap Allah s.w.t telah menguasai hati seseorang hingga kepada tahap tiada ucapan yang boleh diucapkan maka keadaan itu dikatakan melihat Allah s.w.t yang tiada sesuatu yang menyamai-Nya, sebagaimana firman-Nya:</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan pentadbiran)-Nya, dan Dia jualah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ( Ayat 11 : Surah asy-Syura )<br />
<b><br style="color: blue;" /></b></span><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"> Dipetik dari Syarah Al-Hikam</span></b></span></div></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-35344842323139775412011-02-12T13:46:00.001+08:002011-02-12T13:48:34.388+08:00FAHAMAN JABARIYYAH DAN MUKTAZILAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">1.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Mudah-mudahan hari ini lebih baik dari semalam, mudah-mudahan hari ini dilimpahkan kepada kita akan keberkatan dari Allah Taala kerana sibuk mencari Kebenaran dan Keredhaan Allah SWT.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">2.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Wahai para pembaca yang dirahmati oleh Allah, telah sampai kepada kami akan suatu berita, ada yang menerangkan erti usaha ikhtiar itu sebegini, </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Usaha dan Ikhtiar itu <u>adalah berusaha bekerja</u>. Orang yang tiada usaha ikhtiar adalah orang yang berfahaman Jabariyyah. Itulah sebabnya Jabariyyah ini seorang yang pemalas dan mereka ini malas nak bangunkan ekonomi negara. Jangan kita jadi Jabariyyah ni, perabihkan beras aje.”</span></b><span lang="MS"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">3.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Ketahuilah wahai para pembaca sekalian, erti <b>“Ikhtiar”</b> di dalam bahasa Arab itu membawa maksud, <b>perkara yang sengaja dilakukan</b>. Lawan perkataan “Ikhtiar” itu sendiri ialah <b>“Idtirar”</b> yang membawa maksud, <b>perkara yang tidak sengaja dilakukan. </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">4.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Di manakah sumber Ilmu yang mengatakan bahawa Ikhtiar itu bermaksud, berusaha untuk bekerja?<b> </b>Apabila kami ingin menasihati mereka, mereka mengatakan bahawa mereka tidak pernah berkata seperti itu. Inilah sebabnya kami kembali mengaji menggunakan Kitab-kitab Muktabar sebagai RUJUKAN dan SKEMA PEMBELAJARAN kami. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">5.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Kami faham ulama’ dan fuqaha’ itu manusia dan membuat kesalahan. <b>Akan tetapi jika sebarang perkara yang bersurat atau bertulis (Kitab-kitab Muktabar) yang dikatakan TIDAK benar penyampaiannya, maka penyanggahan itu mestilah disertakan Hujjah serta Nas dan Dalil Al-Quran dan Al-Hadis, Ijmak Ulamak, dan Qiyas yang Sarih daripada Al-Quran dan Al-Hadis. </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">6.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Tidak boleh hanya menggunakan pendapat sendiri untuk melawan hujjah-hujjah Kitab-kitab Muktabar. Inilah undang-undang Ilmu itu sendiri.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">7.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Ketahuilah wahai saudara dan saudari pembaca yang ingin mencari Keredhaan Allah bahawa, fahaman Jabariyyah itu bercanggahan dengan Ahlus Sunnah dengan mengatakan bahawa, </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Hamba TIDAK BERDOSA sekalipun melakukan maksiat kerana segala perkara Allah yang jadikan. Dan, Hamba tiada perbuatan langsung (ikhtiar) sekalipun pada penilaian ZAHIR.”</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">8.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Demikianlah sebagaimana dijelaskan oleh <b>Kiyai Haji Sirajuddin Abbas</b> di dalam Kitabnya yang Masyhur iaitu <b>IKTIQAD AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH,</b> cetakan Pustaka Aman Press, Kota Bharu, Kelantan, m/s 229. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">9.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Mereka telah mengatakan bahawa, tiada usaha Ikhtiar pada ZAHIR. Oleh kerana itu, TIDAK BERDOSA berbuat maksiat kerana dengan alasan semua perbuatan mereka adalah Allah yang jadikan dan gerakkan Pada Zahir dan Haqiqat. <b>Mereka mengambil segala ayat-ayat Al-Quran yang HAQIQAT dan menafikan segala ayat-ayat Al-Quran yang ZAHIR.</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">10.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Ketahuilah lagi wahai saudara dan saudari pembaca, <b>fahaman Muktazilah</b> itu bercanggahan dengan Ahlus Sunnah dengan mengatakan bahawa, </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Hamba itu ada Kuasa dan Ikhtiar secara Haqiqat yang boleh melakukan sesuatu. Oleh kerana adanya Usaha dan Iktiar secara HAQIQAT, maka Hamba mendapat dosa dan pahala kerana Hamba lah yang melakukan sesuatu perbuatan secara Haqiqat.”</span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">11.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Mereka telah mengatakan bahawa, mereka ada usaha (ikhtiar) pada Haqiqat, dan kerana itulah adanya dosa dan pahala. Mereka mengambil dan menggunakan segala ayat-ayat Al-Quran yang ZAHIR sebagai Hujjah mereka, dan mereka menafikan segala ayat HAQIQAT di dalam Al-Quran. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">12.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Antara soalan yang dapat digunakan untuk mematahkan Hujjah mereka ialah dengan mengatakan <b>pada Haqiqatnya</b>,<b> </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Silalah tunjukkan kepada kami, manakah perkara yang Allah tidak mahu dan tidak berkehendak akan wujudnya atau adanya, tetapi perkara itu tetap wujud atau terjadi?</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">13.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Baiklah! Marilah kita sama-sama memerhatikan dengan apa yang dinyatakan oleh <b>Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Umar An-Nawawi Al-Banteni di dalam Kitab Fathul Majid Syarah Ad-Durril Farid Fi ‘Aqaidi Ahlit Tauhid</b>, m/s 18.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhejWZDBRNDqrkJMuIMo5Ay9ofHTnRhmHitb-0tdCvtUOWL46feYw69doR02ZrQ_K_aZCaL8GyXcszxyJpznzBVil2r1WsA9PjhWZXo-4SCYzrcFTyMa1GbdpgXgOTeUfg56zHjOk825nM/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="92" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhejWZDBRNDqrkJMuIMo5Ay9ofHTnRhmHitb-0tdCvtUOWL46feYw69doR02ZrQ_K_aZCaL8GyXcszxyJpznzBVil2r1WsA9PjhWZXo-4SCYzrcFTyMa1GbdpgXgOTeUfg56zHjOk825nM/s400/untitled.JPG" width="400" /></a><span style="font-size: small;"><span lang="MS"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">- <b>(Bermula ini perkara)</b> Iaitu, Wujudnya Perbuatan bagi seseorang daripada makhluq turut dinafikan juga. <b>(Maka, semua perbuatan Hamba adalah Makhluq bagi Allah Taala @ digerakkan oleh Allah Taala).</b> Dan, adapun Hamba itu, dia berikhtiar cuma pada Zahir sahaja kerana Ikhtiarnya itu pun dijadikan oleh Allah Taala (digerakkan oleh Allah Taala). </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Maka, Hamba itu berikhtiar cuma pada Zahir sahaja. Tetapi, sebenarnya tergagah (Majbur) pada Batin atau Haqiqat. Maka, Hamba itu sebenarnya Jabariyyah (Majbur) dalam rupa Zahir seolah-olah dia lah yang berikhtiar. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Bersalahan pula dengan Muktazilah yang berkata, </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Sesungguhnya Hamba itu berikhtiar pada ZAHIR dan pada BATIN (HAQIQAT).” </span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">( Mereka mengatakan, sememangnya bagi Hamba ada Ikhtiar atau Perbuatan yang terasing selain daripada Perbuatan Allah pada Haqiqatnya. – Pent.)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan, bersalahan pula bagi Jabariyyah yang berkata, </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">“Sesungguhnya Hamba itu tergagah atau Majbur pada ZAHIR dan BATIN (HAQIQAT).”</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">( Dengan maksud, bahawa membuat maksiat itu tidak berdosa.- Pent.) </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">.................................</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">14.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Kesimpulannya,<b> </b>dapatlah diketahui bahawa</span><span lang="MS"> <b>Ahlus Sunnah Wal Jamaah Al-Asya’irah </b>beriktiqad bahawa, <b>Hamba ada perbuatan (usaha dan ikhtiar) cuma pada ZAHIR sahaja. Sedangkan pada HAQIQAT sahaja, Hamba adalah tergagah (Majbur atau Jabariyyah)</b><b>. </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0in; text-align: justify; text-indent: 0in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">15.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Di sisi <b>Ahlus Sunah Wal Jamaah Al-Asya’irah;</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">a.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="MS">Pada Zahirnya,</span></b><span lang="MS"> pemberian dosa dan pahala adalah <b>kerana berdasarkan perbuatan baik dan buruk makhluq itu.</b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 27pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">b.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span lang="MS">Adapun Pada Haqiqat TAUHID, </span></b><span lang="MS">pemberian dosa dan pahala adalah <b>atas Dasar Haq Allah Taala, kerana perbuatan baik dan buruk makhluq itu, Allah lah yang sebenarnya menggerakkan dan menjalankannya. </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">16.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Bagi mempertegaskan dalil kami ini mengenai Pemberian Dosa dan Pahala bagi <b>Ahlus Sunnah Wal Jamaah Al-Asya’irah</b></span><b><span lang="MS">,</span></b><span lang="MS"> marilah sama-sama kita memerhatikan apa yang dinyatakan oleh <b>Kitab ‘Aqidatun Najin Fi ‘Ilmi Usuliddin</b>, bagi <b>Al-’Alim Al-’Allamah Asy-Syaikh Zainul ‘Abidin b. Muhammad Al-Fathani</b>, m/s 57, baris ke 12 dari atas.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6pUxbzg97K1QH2gWdY4Iq7KTGB-VNLf7SwogAMl-EGPvVBZZrQI59X12ZbsExb4UB6B5S3t-9DsTeCCLJ9oPmWx_L97CY7_qnBrwgew8PU4eASq09XzVKdljVk-D7FnrkSIjNZt0kbZg/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="107" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6pUxbzg97K1QH2gWdY4Iq7KTGB-VNLf7SwogAMl-EGPvVBZZrQI59X12ZbsExb4UB6B5S3t-9DsTeCCLJ9oPmWx_L97CY7_qnBrwgew8PU4eASq09XzVKdljVk-D7FnrkSIjNZt0kbZg/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">- Ertinya, <b>maka jika memberi pahala Ia akan kita, maka dengan semata-mata KurniaanNya. Dan, menyeksa Ia akan kita, maka dengan semata-mata ‘Adilnya.</b> Ertinya, apabila kita ketahui, bahawasanya Allah Subhanahu Wa Taala, Tunggal Ia, dengan menjadikan sekalian perbuatan kita, sama ada kebajikan atau kejahatan. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan, Qudrah yang baharu (Usaha ikhtiar yang ZAHIR) itu tiada memberi bekas sekali-kali. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">Maka, jikalau diberi pahala atas perbuatan yang kebajikan, seperti Taat. Maka, dengan semata-mata KurniaanNya jua. </span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">Dan, jika diseksakan kita dengan mengerjakan Maksiat, dengan ‘Adilnya jua, kerana Taat dan Maksiat itu, perbuatanNya pada keduanya. </span></b><span lang="MS"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">.............................</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">17.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Untuk lebih memperjelaskan lagi tentang pengurniaan pahala dan balasan dosa, marilah sama-sama kita menelaah <b>Kitab Tafsir Marah Labid li Kasyfi Makna Quran Majid</b> bagi <b>Sayyid Ulama’ Al-Hijaz</b> (Penghulu alim-ulama’ Tanah Hijaz) iaitu <b>Asy-Syaikh Muhammad Ibnu Umar An-Nawawi Al-Banteni As-Syafie Al-Asya’ari Al-Jawi</b>, Juzu’ 1, m/s 229.</span><span lang="MS" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: black none repeat scroll 0% 0%; border: 1pt none black; color: black; padding: 0in;"> </span><span lang="MS"></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"><br />
</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSNbtohQIz12rt6lPtegTd36-tllYb98dgA8DsjOXAH92g-YyWcUfQXkXFiVier9U-qnxnumKyWwfCcEL-5bOoZJR2e6Aq4Rrt8yVuOJmLn2SmGZyOfoiUFV8vNClvl_wMO4Jsz3slnm8/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSNbtohQIz12rt6lPtegTd36-tllYb98dgA8DsjOXAH92g-YyWcUfQXkXFiVier9U-qnxnumKyWwfCcEL-5bOoZJR2e6Aq4Rrt8yVuOJmLn2SmGZyOfoiUFV8vNClvl_wMO4Jsz3slnm8/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Terjemahan -<b> “Jika Engkau (Ya Allah) ‘Azab akan mereka (orang-orang kafir). Maka, sesungguhnya mereka itu Hamba-hamba Engkau (Hak Milik Engkau)”</b></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Tafsir – Dan, sesungguhnya mereka berhak akan yang demikian itu (memang sepatutnya menerima ‘Azab), sekira-kira dari sudut mereka telah menyembah akan yang selain Engkau. </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"> </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbVcPzGoNbkembCUCb0RQ0vmFBKY83UKEH7knxR09HX5cYY1fYrDAG0yVuqWeLPqXzm9CFjJi4CxrQK4dR8Z4QG58DlkqpqgqAwtjzWGTDm6vamb-3r26zwEPqDW7xT_Evs33b1lGv1Wk/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbVcPzGoNbkembCUCb0RQ0vmFBKY83UKEH7knxR09HX5cYY1fYrDAG0yVuqWeLPqXzm9CFjJi4CxrQK4dR8Z4QG58DlkqpqgqAwtjzWGTDm6vamb-3r26zwEPqDW7xT_Evs33b1lGv1Wk/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS"><br />
</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Tafsir - Iaitu pada segala apa yang Engkau Perbuat. Tidak ada bangkangan suatu apapun di atas Engkau. Maka, jika Engkau MengAzab seseorang, maka iaitu atas dasar Keadilan (Haq Engkau). Dan, jika sekiranya Engkau Ampunkan seseorang, maka iaitu di atas dasar limpah Kurnia (Memang Engkau suka akan seseorang). </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan bermula, ketiadaan mengampuni akan Syirik itu hanyalah ketetapan janji, (mengenai keterangan Syariat, iaitu janji dalam Al-Quran). Maka, tidak ada sebarang halangan padanya (iaitu mengampunkan dosa syirik) kerana dipandang dari sudut ZatNya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">(Iaitu dipandang dari sudut Haqiqat syirik itu adalah Makhluq, dan makhluq itu masih masuk di dalam umum Ta’alluk Qudrat Allah, iaitu Harus (boleh) Allah melakukan apa sahaja ke atas makhluqNya, tiada yang Mustahil pada diri makhluq @ Mumkinat atau Benda yang boleh ada. – Tunggulah penjelasan kami yang terang dan jelas mengenai Sifat-sifat Allah yang berta’alluq di dalam Risalah yang akan datang. Insya Allahu Taala. – Pent.) </span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan, bermula maksud <b>Nabi ‘Isa AS</b> daripada ini perkataan,</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg-SrMD2DetO0p1fPDMFL1pE8T-vLmEmdvRnNVwEndAWrxplDlHF707q4ElwwnHOow5LUE95y4i5YF1-XcJRYi8HE5I1_CDxXhP4JozZ1qnb8V0vo2yhFbcRAsKqLZqwRgbHmThkBIo1E/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="82" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg-SrMD2DetO0p1fPDMFL1pE8T-vLmEmdvRnNVwEndAWrxplDlHF707q4ElwwnHOow5LUE95y4i5YF1-XcJRYi8HE5I1_CDxXhP4JozZ1qnb8V0vo2yhFbcRAsKqLZqwRgbHmThkBIo1E/s320/untitled.JPG" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Iaitu, menyerahkan segala perkara kepada Allah. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">(Tentang Hikmah memberi Dosa dan Pahala, kerana segala perkara Iman dan Kufur sebenarnya Allah yang Kehendaki atau Taqdirkan, dan Allah jua yang jadikan. – Pent.)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan lagi, maksud <b>Nabi ‘Isa as</b> daripada ini perkataan, iaitu meninggalkan kerja (perkara) membangkang di atas Allah Taala dengan secara menyeluruh, kerana sesungguhnya Harus @ Boleh bagi Allah Taala pada Mazhab kita (Al-Asya’irah), memasukkan orang-orang Kafir ke dalam Syurga. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Dan, Harus (Boleh) bagi Allah memasukkan Hambanya yang Beribadah atau Beriman ke dalam Neraka, kerana seorang Raja itu menguasai akan KerajaanNya (Boleh buat apa sahaja tanpa bangkangan dan adalah wajar sahaja). Tidak ada satu bangkangan pun di atas Raja itu. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">................................</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">18.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS"> Daripada keterangan Risalah ini, dapatlah di simpulkan bahawa memang benarlah kata-kata Ulama’ dan Fuqaha’ (Kitab-kitab Muktabar) terdahulu<b> yang mengatakan Ahlus Sunnah itu mengambil jalan yang pertengahan bahawa Ahlus Sunnah Wal Jamaah itu berfahaman Muktazilah pada ZAHIR tetapi berfahaman Jabariyyah pada Batin (HAQIQAT). </b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">19.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Pada masa ini, mereka-mereka yang mempertahankan <b>Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Asya’irah dan Maturidiyyah)</b> semakin kurang. Siapakah lagi yang akan mempertahankan Aqidah ini kalau bukan saudara dan saudari pembaca sekalian? Siapakah lagi yang akan membangun dan melawan fahaman Muktazilah ini jika bukan tuan dan puan pembaca sekalian? </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">20.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Mudah-mudahan dengan adanya pewaris pemegang <b>Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Asya’irah dan Maturidiyyah)</b> ini, sekurang-kurangnya ada segolongan yang masih terselamat walaupun ditentang oleh Fahaman Wahabiyyah (Fahaman Menjisimkan Allah, yang juga mengaku<b> Ahlus Sunnah Wal Jamaah</b>) yang mengusai hampir keseluruhan dunia Islam sekarang (Makkah dan Madinah dikuasai oleh Wahabiyyah @ Mujassimah), dan juga fahaman Muktazilah (Qadariyyah) yang semakin menjalar ke serata ‘alam ini. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">21.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="MS">Mudah-mudahan di lindungkan Allah kepada kita dari fahaman-fahaman TAUHID YANG SALAH yang akan menyebabkan kita MASUK ke dalam Jahannam. Wal ‘Iyazubillahiminzalik.... </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">Bagi mengakhiri Risalah Taubat yang Ke-4 ini, kami bawakan di sini kata-kata <b>Pentashih Kitab AqidatunNajin Fi ‘Ilmi Usuliddin, iaitu Haji Ilyas Yaakub Al-Azhari</b>, sebagai PenTashih di Syarikat Percetakan <b>Dar Ihya’ Al-Kutub Al-‘Arabiyyah</b>, kepunyaan ‘Isa Al-Babil Halabi dan Syarikatnya di Tanah Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT1GVfPXNK9eRkwLhHQ7bzw5zFQPIpAl2AnX9ro18xUzz1Uc1Lw-0OSX6YpoETII7MM7SR0JBl3_cyHKY7ftogdNIEGGIQ6kr8jZFFz0_M869PnVw1O8vTNUEvYUf0jOCTD21dLfkE4oQ/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT1GVfPXNK9eRkwLhHQ7bzw5zFQPIpAl2AnX9ro18xUzz1Uc1Lw-0OSX6YpoETII7MM7SR0JBl3_cyHKY7ftogdNIEGGIQ6kr8jZFFz0_M869PnVw1O8vTNUEvYUf0jOCTD21dLfkE4oQ/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS"><br />
</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="MS">Kata-kata Pentashih yang perlu di ambil perhatian ialah, “....Tiada lah syak bahawa Perbicaraan Dalam Perkara Tauhid, iaitu sesukar-sukar dan sepenting-penting perbicaraan, kerana Ta’alluknya (perhubungannya) dengan Iktiqad, apabila tersalah Iktiqad seseorang, tentulah amalannya menjadi sia-sia sahaja.....”</span></b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-6850874869692886652011-02-10T11:24:00.002+08:002011-02-10T14:17:47.500+08:00SAMBUTAN MAULIDUR RASUL 1432H DI MASJID AL-FALAH, USJ 9<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyfleDz8NZc7radszb3NL2KbXIEidKySQQi1A_PtXdlBzC1ThAb_-8FmPDEhyphenhyphenWu9iQ6cpqikirrvYo-PkLFb_XwNic5Z04LOUge05Ah0ivo_qJnW9yKZbsSKfoAvWZidtbXsuGkFQJr2g/s1600/Masjid+al-Falah+USJ+9+-+Suasana+Majlis+ilmu.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyfleDz8NZc7radszb3NL2KbXIEidKySQQi1A_PtXdlBzC1ThAb_-8FmPDEhyphenhyphenWu9iQ6cpqikirrvYo-PkLFb_XwNic5Z04LOUge05Ah0ivo_qJnW9yKZbsSKfoAvWZidtbXsuGkFQJr2g/s320/Masjid+al-Falah+USJ+9+-+Suasana+Majlis+ilmu.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">MASJID AL-FALAH, USJ 9</b></span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"> Pada :</span></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><span style="color: red; font-size: large;">1) </span></span></div><div><div style="font-family: inherit; font-weight: bold; text-align: center;"><span style="font-size: small;">ISNIN , 14 FEB 2011</span></div><div style="font-family: inherit; font-weight: bold; text-align: center;"><span style="font-size: small;">(11 RABIUL AWAL 1432)</span></div><div style="font-family: inherit; font-weight: bold; text-align: center;"><span style="font-size: small;">BERMULA JAM 6.00 PETANG</span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">BERSAMA</div><div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><b>- HABIB MAHDI BIN ABU BAKAR AL-HAMID </b></span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><b>- HABIB ALI ZAINAL ABIDIN AL-HAMID </b></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><b> ,</b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="color: red; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><span class="Apple-style-span"><i><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><div style="display: inline ! important; font-weight: bold; text-align: center;">2)</div></span></i></span></span></div><div style="text-align: center;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><div style="font-weight: bold; text-align: center;">SELASA , 15 FEB 2011</div><div style="font-weight: bold; text-align: center;">(12 RABIUL AWAL 1432)</div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span">BERMULA JAM 3.30 PAGI</span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span">QIYAMULLAIL </span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span">&</span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span">BACAAN BURDAH (oleh Kumpulan Nasyed Ahbab Mustofa)</span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span"><br />
</span></div><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><div style="font-weight: bold; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><i>KAMI BERBESAR HATI MENJEMPUT ANDA SEKELUARGA KE MAJLIS INI ...</i></span><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><i>Sumber : <a href="http://alfalahusj9.blogspot.com/">http://alfalahusj9.blogspot.com/ </a></i></span><br />
<br />
</div></span></span></div></span></i></div></div></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-40703484403776267812011-02-05T18:39:00.001+08:002011-02-05T18:41:18.795+08:00MAKHLUK DAN KHALIK IBARAT FALSAFAH WAYANG<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipm1q-M_cKN0nGls1sxIZs3mcuC-BMrIPn6SvcIJUT0YKwha1zjFkeko0ZUzracLTeMc1VBn5hwJz4OE1iP8CavkJE-aADc8Jc9G8IeoX_oK2ata_22_myak7-998B2QB93DHS77CoGQA/s1600/wayang_kulit.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipm1q-M_cKN0nGls1sxIZs3mcuC-BMrIPn6SvcIJUT0YKwha1zjFkeko0ZUzracLTeMc1VBn5hwJz4OE1iP8CavkJE-aADc8Jc9G8IeoX_oK2ata_22_myak7-998B2QB93DHS77CoGQA/s400/wayang_kulit.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr style="color: blue;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>FALSAFAH WAYANG SUNAN BONANG</b></span></td></tr>
</tbody></table><span style="font-size: small;"><br style="font-family: Verdana,sans-serif;" /></span><br />
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">ALHAMDULILLAH sekali lagi, akhirnya al-faqir ketemu jua falsafah dan perumpamaan yang sering diajarkan oleh <i style="color: #b45f06;"><b>MASYAIKH-MASYAIKH</b></i> kita, ianya adalah perumpamaan makhluk ibarat <b style="color: #38761d;">WAYANG@WAYANG KULIT</b>. Setelah diselidiki sejarah <i><b>WALI SONGO</b></i>, akhirnya al-faqir ketemu <i><b style="color: red;">FALSAFAH WAYANG</b></i> ini yang diajarkan oleh <b>SUNAN BONANG</b> atau Syeikh Maulana Makhdum Ibrahim, salah seorang WALI SONGO. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Falsafah dan perumpamaan ini adalah untuk memudahkan para santri memahami hakikat sebenar <b style="color: blue;">SIAPA MAKHLUK</b> dan <b style="color: purple;">SIAPA KHALIK</b>. Sunan Bonang mengajarkan hakikat dan perumpamaan ini didalam suluk bersama para murid-nya yang diceritakan didalam suluk-suluk sunan Bonang. Antaranya <i><b>Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol </b></i>dan lain-lain</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Perumpamaan paling menonjol yang dekat dengan budaya setempat ialah wayang dan lakon perang Bala Kurawa dan Pandawa yang sering dipertunjukkan dalam pentas wayang kulit.. Penyair-penyair sufi Arab dan Persia seperti Fariduddin `Attar dan Ibn Fariedh menggunakan perumpamaanl wayang untuk menggambarkan hakikat ketuhanan yang dicapai seorang ahli makrifat dengan Tuhannya. Makna simbolik wayang dan layar tempat wayang dipertunjukkan, berkaitan pula dengan bayang-bayang dan cermin. Dengan menggunakan perumpamaanl wayang dalam suluknya, Sunan Bonang seakan-akan ingin mengatakan kepada pembacanya bahwa apa yang dilakukan melalui karyanya merupakan kelanjutan dari tradisi sastera sebelumnya, meskipun terdapat pembaharuan di dalamnya. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketika ditanya oleh <i style="color: blue;"><b>SUNAN KALIJAGA</b></i> mengenai falsafah yang dikandung dalam pertunjukan wayang dan hubungannya dengan ajaran tasawuf, Sunang Bonang menunjukkan kisah Baratayudha (Perang Barata), perang besar antara Kurawa dan Pandawa. Di dalam pertunjukkan wayang kulit Kurawa diletakkan di sebelah kiri, mewakili golongan kiri. Sedangkan Pandawa di sebelah kanan layar mewakili golongan kanan. Kurawa mewakili <i><b style="color: #38761d;">NAFI</b></i> dan Pandawa mewakili <i style="color: purple;"><b>ISBAT</b></i>. Perang <b style="color: red;">NAFI ISBAT</b> juga berlangsung dalam jiwa manusia dan disebut jihad besar. Jihad besar dilakukan untuk mencapai pencerahan dan pembebasan dari kongkongan dunia materialistik. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> SUNAN BONANG berkata kepada Wujil(muridnya) dalam <i style="color: #b45f06;"><b>SULUK WUJIL</b></i> : </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Ketahuilah Wujil, bahwa pemahaman yang sempurna dapat dikiaskan dengan makna hakiki pertunjukan Wayang. Manusia sempurna menggunakan ini untuk memahami dan mengenal Yang MAHA KUASA. <i><b> </b></i></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="color: #b45f06; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: small;">TOK DALANG dan WAYANG ditempatkan sebagai lambang dari tajalli (pengejawantahan ilmu) Yang Maha Agung di alam kepelbagaian. Inilah maknanya:</span></b></i></div><div style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: small;">Layar atau kain merupakan sekelian alam. Wayang di sebelah kanan dan kiri merupakan makhluq ilahi. Batang pokok pisang tempat wayang diletakkan ialah tanah tempat berpijak. Lampu minyak adalah nyala hidup. Gamelan memberi irama dan keselarasan bagi segala kejadian.</span></b></i></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> Ciptaan Tuhan tumbuh tak tehitung.Bagi mereka yang tidak mendapat tuntunan ilahi ciptaan yang banyak itu akan merupakan tabir yang menghalangi penglihatannya. Mereka akan berhenti pada wujud zahir. <b>Pandangannya kabur dan kacau. Dia hilang di dalam ketiadaan, kerana tidak melihat <i style="color: red;">hakikat</i> di sebalik penciptaan itu.” </b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selanjutnya kata Sunan Bonang “Suratan segala ciptaan ini ialah menumbuhkan rasa cinta dan kasih. Ini merupakan suratan hati, perwujudan kuasa-kehendak yang mirip dengan-Nya, walaupun kita pergi ke Timur-Barat, Utara-Selatan atau atas ke bawah. Demikianlah kehidupan di dunia ini merupakan kesatuan Jagad besar dan Jagad kecil. Seperti wayang sajalah wujud kita ini. Segala tindakan, tingkah laku dan gerak gerik kita sebenarnya secara diam-diam digerakkan oleh Tok Dalang.” </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mendengar itu Wujil kini paham. Dia menyadari bahwa di dalam dasar-dasarnya yang hakiki terdapat persamaan antara falsafah wayang dan hakikat ketuhanan. Di dalam Kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, penyair Jawa Kuno abad ke-12 dari Kediri, falsafah wayang juga dikemukakan. Mpu Kanwa menuturkan bahwa ketika dunia mengalami kekacauan akibat perbuatan raksasa Niwatakawaca, dewa-dewa bersidang dan memilih Arjuna sebagai kesatria yang pantas dijadikan pahlawan menentang Niwatakawaca. Sang Guru turun ke dunia menjelma seorang pendeta tua dan menemui Arujuna yang baru saja selesai menjalankan pertapaan di Gunung Indrakila sehingga mencapai kelepasan (moksa) </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di dalam wejangannya Sang guru berkata kepada Arjuna: “Sesunguhnya jikalau direnungkan baik-baik, hidup di dunia ini seperti permainan belaka. Ia serupa sandiwara. Orang mencari kesenangan, kebahagiaan, namun hanya kesengsaraan yang didapat. Memang sangat sukar memanfaatkan lima pancaindera kita. Manusia senantiasa tergoda oleh kegiatan pancainderanya dan akibatnya susah. Manusia tidak akan mengenal diri peribadinya jika buta oleh kekuasaan, hawa nafsu dan kesenangan seksual dan duniawi. Seperti orang melihat pertunjukan wayang ia ditimpa perasaan sedih dan menangis tersedu-sedu. Itulah sikap orang yang tidak dewasa jiwanya. Dia tahu benar bahwa wayang hanya merupakan sehelai kulit yang diukir, yang digerak-gerakkan oleh tok dalang dan dibuat seperti berbicara. Inilah kias seseorang yang terikat pada kesenangan indrawi. Betapa besar kebodohannya. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selanjutnya Sang Guru berkata, “Demikianlah Arjuna! Sebenarnya dunia ini adalah maya. Semua ini sebenarnya dunia peri dan mambang, dunia bayang-bayang! Kau harus mampu melihat Yang Satu di balik alam maya yang dipenuhi bayang-bayang ini.” Arjuna mengerti. Kemudian dia bersujud di hadapan Yang Satu, menyerahkan diri, diam dalam hening. Baru setelah mengheningkan cipta atau tafakur dia merasakan kehadiran Yang Tunggal dalam batinnya. . Kata Arjuna:</span></div><blockquote style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i><b> Sang Guru memancar ke dalam segala sesuatu<br />
Menjadi hakekat seluruh Ada, sukar dijangkau<br />
Bersemayam di dalam Ada dan Tiada,<br />
Di dalam yang besar dan yang kecil, yang baik dan yang jahat<br />
Penyebab alam semesta, pencipta dan pemusnah<br />
Sang Sangkan Paran (Asal-usul) jagad raya<br />
Bersifat Ada dan Tiada, zakhir dan batin<br />
</b></i></span></blockquote><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Demikianlah, dengan menggunakan perumpamaan wayang, Sunan Bonang berhasil meyakinkan Wujil bahwa peralihan dari zaman Hindu ke zaman Islam bukanlah suatu lompatan mendadak bagi kehidupan orang Jawa. Setidak-tidaknya secara spiritual terdapat kesinambungan yang menjamin tidak terjadi kegoncangan. Memang secara zahir kedua agama tersebut menunjukkan perbedaan besar, tetapi seorang arif harus tembus pandang dan mampu melihat hakikat sehingga penglihatan kalbunya tercerahkan dan jiwanya terbebaskan dari kungkungan dunia benda dan bentuk-bentuk. Itulah inti ajaran Sunan Bonang dalam Suluk Wujil.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Allahu...</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><script id="avg_inject_popup" src="chrome://searchshield/content/avgls-inline.js" type="text/javascript">
</script>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-72167508797741550042011-02-05T13:30:00.009+08:002011-02-05T15:42:42.150+08:00SIAPA AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp4XpsxlbslG5EfUPU02fKhrlnwr4kR-UE_azfio3q0eZZzdSw7_mXlgdIPeNdPmR6ZO8YkXzs4-nURwsw4E2PHyjJLmAdYqaZIDWgEY0A7eCReuPU7Z8s08SIwPn4VPN7EmTQ5Ozrodg/s1600/aswaja1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="57" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp4XpsxlbslG5EfUPU02fKhrlnwr4kR-UE_azfio3q0eZZzdSw7_mXlgdIPeNdPmR6ZO8YkXzs4-nURwsw4E2PHyjJLmAdYqaZIDWgEY0A7eCReuPU7Z8s08SIwPn4VPN7EmTQ5Ozrodg/s400/aswaja1.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="color: blue;">AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH: GOLONGAN YANG SELAMAT</span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="color: blue;"> <span style="color: red; font-size: large;">(al Firqah an-Najiyah)</span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: left;"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CJAMALU%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b style="color: #38761d;"><i>Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani</i></b> dalam kitabnya <i style="color: purple;"><b>Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq</b></i><i style="color: purple;"><b>, Juz 1, Hal 80</b></i> mendefinasikan ASWAJA sebagai berikut </span><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><i><span style="font-size: small;">“yang dimaksudkan dengan sunnah adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan,perilaku serta ketetapan Baginda). Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengertian jemaah adalah sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah oleh Allah SWT”. </span></i></b></div><br />
<span style="font-size: small;">Dalam sebuah hadis.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dari Abu Hurairah RA, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">“ Akan terpecah umat Yahudi kepada 71 golongan, Dan terpecah umat Nasrani kepada 72 golongan, Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya akan dimasukkan keneraka kecuali satu. Berkata para sahabat : Wahai Rasulullah, Siapakah mereka wahai Rasulullah ?. Rasulullah menjawab : Mereka yang mengikuti aku dan para sahabatku”. (HR Abu Daud,At-Tirmizi, dan Ibn Majah)</b></span><br />
<br />
<div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;">Dalam pemahaman yang lain, istilah <b style="color: red;">AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMA'AH</b> ini terbentuk dari 3 perkataan, iaitu :-</span></span></span></div><ol style="text-align: left;"><li><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;"><i><b>AHL</b></i> - Yang bererti keluarga, golongan atau pengikut </span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;"><i><b>Al-Sunnah</b></i> - Iaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh RASULULLAH SAW. Maksudnya, semua yang datang dari Nabi SAW berupa perbuatan, percakapan, dan pengakuaan Nabi Muhammad SAW</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;"><i><b>AL-JAMA'AH</b></i> - Iaitu apa yang telah disepakati oleh para Sahabar RASULULLAH SAW pada masa KHULFA RASYIDIN. </span></span></span></li>
</ol><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;">Perkataan JAMA'AH ini diambil dari Sabda RASULULLAH SAW:-</span></span></span></div><div style="text-align: left;"></div><div style="text-align: center;"><br />
<i style="color: blue;"><b><span style="font-size: small;">"Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disyurga, maka hendaklah dia mengikuti Al-Jama'ah. (HR Tirmidzi, dan di Shahihkan Al-Hakim dan Al-Dzahabi) </span></b></i></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><span style="color: black;"> </span></span><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dari segi ilmu aqidah dan tauhid, ASWAJA mengikut <i style="color: #38761d;"><b>Imam Abu Hassan bin Ismail Al-Asyaari</b></i> dan <i style="color: #b45f06;"><b>Imam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi</b></i>. Dalam ilmu Fiqh, ASWAJA mengikuti mazhab yang empat iaitu Mazhab Hanafi,Maliki,Syafi’e dan Hanbali. Manakala dalam ilmu Tasawuf mengikuti Imam Junayd Al-Baghdadi, Abu Yazid Al-Busthami dan Imam Al-Ghazali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tersebut di dalam <b><i>Kitab Muzakkiratut Tauhid Wal Firaq,</i></b> bagi <b><i>Asy-Syaikh Hasan As-Sayyid Mutawalliyy</i></b> , Juzuk 1, Cetakan 1994 M bersamaan 1414 H, muka surat 14 ;<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvJYiBJaNlN2BP4biO9Z1vDejaG0bHyT3IEUbmakWpSW7Xsg8WftrHPhRZKiooZrq1h_M6nJzQyfT9u5rUfpzNsergTgUzU3sV4D6pNyEtskVgSX5VqmBmdMjqJgOtQrEeFKGY_BH-0Sc/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvJYiBJaNlN2BP4biO9Z1vDejaG0bHyT3IEUbmakWpSW7Xsg8WftrHPhRZKiooZrq1h_M6nJzQyfT9u5rUfpzNsergTgUzU3sV4D6pNyEtskVgSX5VqmBmdMjqJgOtQrEeFKGY_BH-0Sc/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Pembentukan Ahlus Sunnah itu hanya dari dua kelompok sahaja, iaitu kelompok </span><b style="color: red;"><i><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Al-Asya’irah</span></i></b><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">, mereka ialah </span><b style="color: blue;"><i><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Para pengikut Fahaman Abu Hassan Al-Asya’ari.</span></i></b><b><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Dan kelompok </span><b style="color: red;"><i><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Al-Maturidiyyah</span></i></b><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">, mereka ialah </span><b style="color: blue;"><i><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Para pengikut Fahaman Abu Mansur Al-Maturidi.</span></i></b></span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgu-2eik6S0pNWVdUVAj6F8SBCXCwZ_GLMZOkCXY1sxe2Nw6zjU5yy70Domp6fHGxrcQriBgGJHO9NvyEuOGe-ioMrc1j4QPZhQ3SOjUXAkOx3E_uPSpFWd-tjWwH50mgU09mjvJDDW8/s1600/untitled2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgu-2eik6S0pNWVdUVAj6F8SBCXCwZ_GLMZOkCXY1sxe2Nw6zjU5yy70Domp6fHGxrcQriBgGJHO9NvyEuOGe-ioMrc1j4QPZhQ3SOjUXAkOx3E_uPSpFWd-tjWwH50mgU09mjvJDDW8/s400/untitled2.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr style="color: blue;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>RUMUSAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH</b></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: small;"><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">Maka sesungguhnya Ahlussunnah Wal Jama'ah bukanlah aliran yang baru. Bahkan Ahlussunnah Wal Jama'ah berusaha untuk menjaga agama Islam dari fahaman-fahaman yang sesat. Sekaligus sebagai satu jalan untuk mempertahankan, memperjuangkan dan mengembalikan agama Islam agar tetap sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Baginda RASULULLAH SAW dan para sahabat Baginda.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span><b><i><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span></i></b></span><br />
<div style="text-align: center;"><u><span style="color: blue; font-size: large;"><b><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";">SEJARAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH </span></b></span></u><span lang="MS" style="font-family: "Arial","sans-serif";"><o:p></o:p></span></div></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sejarah mencatat bahawa di kalangan umat Islam bermula dari abad-abad permulaan (mulai dari masa khalifah sayyidina Ali ibn Abi Thalib) sehinggalah sekarang terdapat banyak firqah (golongan) dalam masalah aqidah yang saling bertentangan di antara satu sama lain. Ini fakta yang tidak dapat dibantah. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bahkan dengan tegas dan jelas Rasulullah telah menjelaskan bahawa umatnya akan berpecah menjadi 73 golongan. Semua ini sudah tentunya dengan kehendak Allah dengan berbagai hikmah tersendiri, walaupun tidak kita ketahui secara pasti. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Namun Rasulullah juga telah menjelaskan jalan selamat yang harus kita ikuti agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Iaitu dengan mengikuti apa yang diyakini oleh al-Jama’ah; majoriti umat Islam. Karena Allah telah menjanjikan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad, bahawa umatnya tidak akan tersesat selama mana mereka berpegang teguh kepada apa yang disepakati oleh kebanyakan mereka. Allah tidak akan menyatukan mereka dalam kesesatan. Kesesatan akan menimpa mereka yang menyimpang dan memisahkan diri dari keyakinan majoriti.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Majoriti umat Muhammad dari dulu sampai sekarang adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam Ushul al-I’tiqad (dasar-dasar aqidah); iaitu <i><b>Ushul al-Iman al-Sittah </b></i>(dasar-dasar iman yang enam) yang disabdakan Rasulullah dalam hadith Jibril uang bermaksud : </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: small;">“Iman adalah engkau mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta Qadar (ketentuan Allah); yang baik maupun buruk”. (H.R. al Bukhari dan Muslim)</span></b></i></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Perihal al-Jama’ah dan pengertiannya sebagai majoriti umat Muhammad yang tidak lain adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya yang bermaksud:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"> <i style="color: #38761d;"><b>“Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian mengikuti orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti yang datang setelah mereka“. </b></i></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dan termasuk rangkaian hadith ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di syurga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Tirmidzi; berkata hadith ini Hasan Shahih juga hadith ini dishahihkan oleh al-Hakim).</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Al-Jama’ah dalam hadith ini tidak boleh diertikan dengan orang yang selalu melaksanakan solat dengan berjama’ah, jama’ah masjid tertentu. Konteks pembicaraan hadith ini jelas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jama’ah adalah majoriti umat Muhammad dari sisi jumlah(‘adad). Penafsiran ini diperkuatkan juga oleh hadith yang dinyatakan di awal pembahasan. Iaitu hadith riwayat Abu Daud yang merupakan hadith Shahih Masyhur, diriwayatkan oleh lebih dari 10 orang sahabat. Hadith ini memberi kesaksian akan kebenaran majoriti umat Muhammad bukan kesesatan firqah-firqah yang menyimpang. Jumlah pengikut firqah-firqah yang menyimpang ini, jika dibandingkan dengan pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah sangatlah sedikit. Seterusnya di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah terdapat istilah yang popular iaitu<i><b> “ulama salaf”</b></i>. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dari kalangan Ahlusssunnah Wal Jama’ah yang hidup pada 3 abad pertama hijriyah sebagaimana sabda nabi yang maknanya:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"> <i style="color: purple;"><b>“Sebaik-baik abad adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi)</b></i></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pada masa ulama salaf ini, di sekitar tahun 260 H, mula tercetus bid’ah Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan lain-lainnya dari kelompok-kelompok yang membuat fahaman atau mazhab baru. Kemudian muncullah dua imam muktabar pembela Aqidah Ahlussunnah iaitu <i style="color: red;"><b>Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (W. 324 H)</b></i> dan <i style="color: blue;"><b>Imam Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H)</b></i> –semoga Allah meridhai keduanya–menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat Nabi Muhammad dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil naqli (nas-nas al-Quran dan Hadith) dan dalil-dalil aqli (argumentasi rasional) disertaikan dengan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat (sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan hal yang sebenarnya) golongan Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij dan ahli bid’ah lainnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Disebabkan inilah Ahlussunnah dinisbahkan kepada keduanya. Mereka; Ahlussunnah Wal Jamaah akhirnya dikenali dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut Imam Abu al-Hasan Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut Imam Abu Manshur al-Maturidi). Hal ini menunjukkan bahawa mereka adalah satu golongan iaitu al-Jama’ah. Kerana sebenarnya jalan yang ditempuhi oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok aqidah adalah sama dan satu. Adapun perbezaan yang terjadi di antara keduanya hanyalah pada sebahagian masalah-masalah furu’ (cabang) aqidah. Hal tersebut tidak menjadikan keduanya saling berhujah dan berdebat atau saling menyesatkan, serta tidak menjadikan keduanya terlepas dari ikatan golongan yang selamat (al-Firqah al-Najiyah). </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Perbezaan antara al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini adalah seperti perselisihan yang terjadi di antara para sahabat nabi, tentang adakah Rasulullah melihat Allah pada saat Mi’raj? Sebahagian sahabat, seperti ‘Aisyah dan Ibn Mas’ud mengatakan bahawa Rasulullah tidak melihat Tuhannya ketika Mi’raj. Sedangkan Abdullah ibn ‘Abbas mengatakan bahawa Rasulullah melihat Allah dengan hatinya. Allah memberi kemampuan melihat kepada hati Nabi Muhammad atau membuka hijab sehingga dapat melihat Allah. Namun demikian al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini tetap bersama atau bersefahaman dan sehaluan dalam dasar-dasar aqidah. Al-Hafiz Murtadha az-Zabidi (W. 1205 H) mengatakan:“Jika dikatakan Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah “. (Al-Ithaf Syarah li Ihya Ulumuddin, juz 2 hlm 6)</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Maka aqidah yang sebenar dan diyakini oleh para ulama salaf yang soleh adalah aqidah yang diyakini oleh al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Kerana sebenarnya keduanya hanyalah merumuskan serta membuat ringkasan yang mudah (method) dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi dan rasul serta para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang diyakini oleh ratusan juta umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, serta orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah).</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Aqidah ini diajarkan di pondok-pondok Ahlussunnah di negara kita Malaysia,Indonesia,Thailand dan lain-lainnya.Dan Alhamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia seperti Brunei, India, Pakistan, Mesir (terutama al-Azhar), negara-negara Syam (Syria, Jordan, Lubnan dan Palestin), Maghribi,Yaman, Iraq, Turki, Chechnya, Afghanistan dan banyak lagi di negara-negara lainnya. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Maka wajib bagi kita untuk sentiasa memberi penuh perhatian dan serius dalam mendalami aqidah al- Firqah al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan majoriti. Kerana ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia, sebab ia menjelaskan pokok atau dasar agama. Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Kerana mempelajari ilmu ini wajib diutamakan dari mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setelah selesai atau khatam mempelajari ilmu ini barulah disusuli dengan ilmu-ilmu Islam yang lain. Inilah method yang diikuti para sahabat nabi dan ulama rabbaniyyun dari kalangan salaf maupun khalaf dalam mempelajari agama ini. Tradisi ini telah bermula dari zaman Rasulullah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Umar dan Jundub, maknanya: </span></span><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><i style="color: blue;"><b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">“Kami ketika remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka bertambahlah keimanan kami”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafidz al-Bushiri).</span></span></b></i><br />
<i style="color: blue;"><b><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span></span></b></i><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><u><span style="font-size: large;"><b>PANDANGAN JUMHUR ULAMA' TENTANG AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH</b></span></u></span><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i style="color: blue;"><b>As-Subki</b></i> dalam Thabaqatnya berkata: “Ketahuilah bahwa Abu al-Hasan al-Asy’ari tidak membawa ajaran baru atau madzhab baru, beliau hanya menegaskan kembali madzhab salaf, menghidupkan ajaran-ajaran sahabat Rasulullah. Penisbatan nama kepadanya kerana beliau konsisten dalam berpegang teguh ajaran salaf, hujjah yang beliau gunakan sebagai landasan kebenaran aqidahnya juga tidak keluar dari apa yang menjadi hujjah para pendahulunya, kerananya para pengikutnya kemudian disebut Asy’ariyyah. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Abu al-Hasan al-Asy’ari bukanlah ulama yang pertama kali berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah, ulama-ulama sebelumya juga banyak berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau hanya lebih memperkuat ajaran salaf itu dengan argumen-argumen yang kuat. Bukankah penduduk kota Madinah banyak dinisbatkan kepada Imam Malik, dan pengikutnya disebut al Maliki. Ini bukan berarti Imam Malik membawa ajaran baru yang sama sekali tidak ada pada para ulama sebelumnya, melainkan karena Imam Malik menjelaskan ajaran-ajaran lama dengan penjelasan yang lebih terang, jelas dan sistematis demikian juga yang dilakukan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari”.<b></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: left;"><span style="font-size: small;"><i style="color: #38761d;"><b>Habib Abdullah ibn Alawi al-Haddad </b></i>menegaskan bahwa “kelompok yang benar adalah kelompok Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari. Aqidahnya juga aqidah para sahabat dan tabi’in, aqidah ahlul haqq dalam setiap masa dan tempat, aqidahnya juga menjadi aqidah kaum sufi sejati. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh <i style="color: purple;"><b>Imam Abul Qasim al-Qusyayri.</b></i> Dan Alhamdulillah aqidahnya juga menjadi aqidah kami dan saudara-saudara kami dari kalangan habaib yang dikenal dengan keluarga Abu Alawi, juga aqidah para pendahulu kita. Kemudian beliau melantunkan satu bait sya’ir:<span style="font-size: large;"><b><b></b></b></span></span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b><span dir="rtl">وكن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">أشعريا</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">في</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">اعتقادك</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">إنه</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">هو</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">المنهل</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">الصافي</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">عن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">الزيغ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">والكفر</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> </b></span></div><div class="MsoNormal" style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: small;"> “Jadilah pengikut al Asy’ari dalam aqidahmu, karena ajarannya adalah sumber yangbersih dari kesesatan dan kekufuran”.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b>Ibnu ‘Abidin al Hanafi mengatakan dalam Hasyiyah Radd al Muhtar ‘ala ad-Durr al Mukhtar</b></i> : “Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah al Asya’irah dan al Maturidiyyah”. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam <i style="color: #b45f06;"><b>kitab ‘Uqud al Almas al Habib Abdullah Alaydrus al Akbar</b></i> mengatakan : “Aqidahku adalah aqidah Asy’ariyyah Hasyimiyyah Syar’iyyah sebagaimana Aqidah para ulama madzhab syafi’i dan Kaum Ahlussunnah Shufiyyah”. Bahkan jauh sebelum mereka ini <i style="color: red;"><b>Al-Imam al ‘Izz ibn Abd as-Salam</b></i> mengemukakan bahawa aqidah al Asy’ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi’i, madzhab Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala al-Hanabilah). </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa yang dikemukakan oleh al ‘Izz ibn Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama di masanya, seperti Abu ‘Amr Ibn al Hajib (pimpinan ulama Madzhab Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushayri pimpinan ulama Madzhab Hanafi di masanya, juga disetujui oleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh putranya Tajuddin as-Subki.</span></div><span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-15672862623382835822011-02-05T07:41:00.005+08:002011-02-07T16:29:03.398+08:00KEPUTUSAN RUKYATUL HILAL RABI'UL AWWAL 1432H<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>ALHAMDULILLAH...Kami</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><ol><li style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><b>Jamaluddin Bin Abu Bakar</b></span></li>
<li style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><b>Muhammad Ibrahim Bin Jamil</b></span></li>
<li style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><b>Mohd Fahmi Bin Zakaria</b></span></li>
<li style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><b>Muhammad Syafiq Bin Nordin</b></span></li>
<li><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;">Muhammad Faliq Bin Mohd Isa</span></b></span></li>
</ol><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><span style="color: black;">TELAH</span> <span style="color: #38761d;">MERUKYAH HILAL RABI'UL AWWAL 1432H </span></span></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"><span style="color: black;">DI</span> <span style="color: red;">TELUK KEMANG</span> <span style="color: black;">DAN</span> <span style="color: black;">INILAH</span> KEPUTUSANNYA</span></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span style="color: blue;"> </span></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
<span style="font-size: small;"><b>Tarikh : <span style="color: purple;">29 Safar 1432H(Kiraan Rukyah) / 4 Februari 2011 </span></b><br />
<b>Masa : <span style="color: #b45f06;">6.30 PM - 8.15 PM</span></b><br />
<b>Lokasi : <span style="color: blue;">Teluk Kemang, Negeri Sembilan</span></b></span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>Coordinate : Latitude : 2.467, Longitude : 101.867 </b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>@ 2° 28' 0" North, 101° 52' 0" East</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><b><span style="color: #b45f06;">Keputusan :</span> </b></span></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><b>HILAL RABI'UL AWWAL 1432H TELAH KELIHATAN </b></span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-size: small;"><b>Masa Nampak : <span style="color: blue;">7.44 pm - 8.11 pm </span></b></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><b> </b></span></span><b> </b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span> <br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span> </div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9w0SIgoedtTdCGn1tDSxVotyTcterOPX5KDEMYhEa3Mkhh5bU6d2aaDCL8DT12zbCiomLwlQPmAvFPfJuermW5u0ZmZejV_AimXy0qwFzzdKLcMPB0cZkMVfGCuxaM2JcPHOKaMXmhs/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9w0SIgoedtTdCGn1tDSxVotyTcterOPX5KDEMYhEa3Mkhh5bU6d2aaDCL8DT12zbCiomLwlQPmAvFPfJuermW5u0ZmZejV_AimXy0qwFzzdKLcMPB0cZkMVfGCuxaM2JcPHOKaMXmhs/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Visibility Curves from <span class="black12"><a href="http://moonsighting.com/mcw.html">Khalid Shaukat</a></span></span></td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiygC4b-pFFQ_1x-Snp0E1Hm3hU0QD16nRUuPB9F_CuDp4yMfuhmHfDo4_rhg2fTxyL4KqDbNGiuKvOs7qYFjEUAKWwTbVW-OBP9-nX_bN-Zjaipfw1NBWHPqk-l3jkcN2rzMnV1hxzII/s1600/HILAL.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiygC4b-pFFQ_1x-Snp0E1Hm3hU0QD16nRUuPB9F_CuDp4yMfuhmHfDo4_rhg2fTxyL4KqDbNGiuKvOs7qYFjEUAKWwTbVW-OBP9-nX_bN-Zjaipfw1NBWHPqk-l3jkcN2rzMnV1hxzII/s400/HILAL.jpg" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">DATA HILAL RABI'UL AWWAL 1432 H</b></span></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><b>Keadaan Lokasi : </b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><b> <span style="color: #38761d;">Cuaca begitu baik dan langit kelihat cerah dan jelas, cuma ade sedikit tompokan awan yang kelihatan dilangit. Namun demikian, HILAL RABI'UL AWWAL 1432H telah berjaya dirukyah, ALHAMDULILLAH.</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><b>Ini pula report yang kitorang sent ke web Moonsighting, sebagai wakil rukyah dari Malaysia</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
<span style="font-size: large;"><b style="color: red;">Malaysia: </b></span><br />
<ol style="text-align: left;"><li><b><span class="s1">Seen: </span></b>Ibrahim Jamil (MCW Member) from Bangi, Selangor reported: On Friday, Feb 4, 2011, I and my friends, Mr. Jamaluddin Abu Bakar, Mr. Muhammad Syafiq bin Nordin, Mr. Mohd Fahmi bin Zakaria and Mr. Faliq bin Isa <b style="color: blue;">have seen the hilal of Rabi' al-Awwal 1432 in Port Dickson</b>, Negeri Sembilan, Malaysia (02° 30' 00” N, 101° 49' 00” E). We observed the new moon in the sky at 7:44 p.m. until it set at 8:10 p.m. The sky was clear, however there were clouds in the general area of the moon, but did not block the view. </li>
</ol><div style="color: blue;"><b>KOLEKSI GAMBAR</b></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3i7x2kAduZyJqQ5-xiWv04hD6C2wMDpohefZmddwDIZVsYw26s5KgWHSx6H2DZ08As_qhA0KsA_ffMxiwhYSo6h_Va2BugdZ6gp3PaQUv8EpbRifTq8GklUrR8fP5hLjn19Uhyphenhyphen1nRojM/s1600/DSC06922.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3i7x2kAduZyJqQ5-xiWv04hD6C2wMDpohefZmddwDIZVsYw26s5KgWHSx6H2DZ08As_qhA0KsA_ffMxiwhYSo6h_Va2BugdZ6gp3PaQUv8EpbRifTq8GklUrR8fP5hLjn19Uhyphenhyphen1nRojM/s400/DSC06922.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: #b45f06;">7.15 PM</b></td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu84nnyzMhrvVz9VFiOHErNfyuh7SCdYtYUws9zxitcu3cZRhKO8T3HPMQMuzrxVM4BrwDOkLKw9MEWGyaghXYomMlzyp4WV1ChgNsHFX79goHYdPMOClflS-djM1rFMsOM_SQC5DOYXk/s1600/DSC06923.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu84nnyzMhrvVz9VFiOHErNfyuh7SCdYtYUws9zxitcu3cZRhKO8T3HPMQMuzrxVM4BrwDOkLKw9MEWGyaghXYomMlzyp4WV1ChgNsHFX79goHYdPMOClflS-djM1rFMsOM_SQC5DOYXk/s400/DSC06923.JPG" width="400" /></a></div><b style="color: #b45f06;">SAHABAT</b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="color: #b45f06; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyeAzhsy68LpgTAJ7ePhDe2nBvhDVgFS-qb3mzSNytL-FkghOG2ela4i1YeWnofAN-7O7XXWIJb9vcYIF61FREDRuSG0L7qbadqRCOROPYW51WDsSZSKZL0NzXinudziAMi9x-1yJayrc/s1600/1432rba20110204malaysia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyeAzhsy68LpgTAJ7ePhDe2nBvhDVgFS-qb3mzSNytL-FkghOG2ela4i1YeWnofAN-7O7XXWIJb9vcYIF61FREDRuSG0L7qbadqRCOROPYW51WDsSZSKZL0NzXinudziAMi9x-1yJayrc/s400/1432rba20110204malaysia.jpg" width="400" /></a></b></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>GAMBAR HILAL RABI'UL AWWAL 1432H</b></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><b><span style="color: #b45f06;">Keputusan :</span> </b></span></span></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"><span style="color: red;"><b>HILAL RABI'UL AWWAL 1432H TELAH KELIHATAN</b></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-size: small;"><b>Masa Nampak : <span style="color: blue;">7.44 pm - 8.11 pm </span></b></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="color: black; font-size: small;"><b><span style="color: blue;"> </span></b></span><b> </b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span> </div><b>Untuk melihat keputusan Rukyatul Hilal diseluruh Dunia, sila layari <a href="http://moonsighting.com/">http://moonsighting.com/</a></b><span style="font-size: medium;"><b> </b></span><br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b> </b></span> </div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-40436784762759376892011-02-01T09:43:00.000+08:002011-02-01T09:43:15.072+08:00HILAL RABI'UL AWWAL 1432H<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiygC4b-pFFQ_1x-Snp0E1Hm3hU0QD16nRUuPB9F_CuDp4yMfuhmHfDo4_rhg2fTxyL4KqDbNGiuKvOs7qYFjEUAKWwTbVW-OBP9-nX_bN-Zjaipfw1NBWHPqk-l3jkcN2rzMnV1hxzII/s1600/HILAL.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiygC4b-pFFQ_1x-Snp0E1Hm3hU0QD16nRUuPB9F_CuDp4yMfuhmHfDo4_rhg2fTxyL4KqDbNGiuKvOs7qYFjEUAKWwTbVW-OBP9-nX_bN-Zjaipfw1NBWHPqk-l3jkcN2rzMnV1hxzII/s400/HILAL.jpg" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">DATA HILAL RABI'UL AWWAL 1432 H</b></span></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;">DATA Kedudukan Hilal (Anak Bulan) bagi Bulan <b style="color: red;">RABI^UL AWWAL 1432 H</b> <b style="color: #38761d;">(JUMAAT - 4/02/2011)</b> yang bertempat di <b style="color: purple;">Port Dickson, Negeri Sembilan.</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><b style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hilal pada Ketinggian : <span style="color: #990000;">11 Darjah.</span></span><br />
<span style="font-size: small;">Jarak lengkung : <span style="color: blue;">15 Darjah.</span></span><br />
<span style="font-size: small;">Tempoh Hilal di langit : <span style="color: #38761d;">52 minit 42 saat</span></span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;">Kriteria : Kriteria Syaikh Khalid Syaukat, Moon Calculator 6.0 (Dr. Monzur Ahmed)</span><br style="font-family: Verdana,sans-serif;" /><br style="font-family: Verdana,sans-serif;" /><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;">Kawasan Kenampakan Hilal boleh RUJUK di sini ;</span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9w0SIgoedtTdCGn1tDSxVotyTcterOPX5KDEMYhEa3Mkhh5bU6d2aaDCL8DT12zbCiomLwlQPmAvFPfJuermW5u0ZmZejV_AimXy0qwFzzdKLcMPB0cZkMVfGCuxaM2JcPHOKaMXmhs/s1600/untitled.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs9w0SIgoedtTdCGn1tDSxVotyTcterOPX5KDEMYhEa3Mkhh5bU6d2aaDCL8DT12zbCiomLwlQPmAvFPfJuermW5u0ZmZejV_AimXy0qwFzzdKLcMPB0cZkMVfGCuxaM2JcPHOKaMXmhs/s400/untitled.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr style="color: blue;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>KAWASAN KENAMPAKAN HILAL RABI'UL AWWAL 1432 H</b></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;">Marilah kita Bersama-sama Menghidupkan Salah Satu Daripada Sunnah Nabi SAW Yang Semakin Ditinggalkan. INSYAALLAHU TAALA..Semoga Memperoleh Barokah..AMIN</span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><b>Sumber : <a href="http://moonsighting.com/">http://moonsighting.com</a></b></div><div style="text-align: center;"><b style="color: #38761d;">Abang Firdaus</b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-65586201710491914132011-01-30T11:41:00.000+08:002011-01-30T11:41:54.493+08:00SAIYID BARAKAT ZAINUL ALAM<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Artikel sebelum ini telah disebutkan bahawa saudara kandung Saiyid Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro/Ibrahim al-Hadhrami ada tiga orang, selepas beliau ialah Saiyid Barakat Zainil Alam. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Belum banyak diketahui mengenai beliau, oleh itu dalam buku Sejarah Ringkas Wali Songo oleh K.H.R. Abdullah bin Nuh (halaman 34), dilihat hanya berdasarkan dugaan dikatakannya, “mungkin dimakamkan di Kemboja atau di Cermin”. Telah menjadi persoalan di manakah negeri Cermin itu. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beberapa orang penulis Kelantan menyebut bahawa negeri Cermin itu ialah negeri Kelantan. Jauh sebelum kemunculan penulis-penulis Kelantan menyebut bahawa negeri Cermin ialah Kelantan, Syeikh Ahmad al-Fathani telah menggelar kerajaan Fathani Darus Salam dengan ‘Fathani Cermin Mekah’.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Oleh itu, ada kemungkinan negeri Cermin itu ialah Patani atau pun memang betul negeri Cermin itu adalah Kelantan. Antara Patani dan Kelantan pada zaman dahulu seolah-olah dua negeri yang tidak boleh dipisahkan baik dari segi kekeluargaan, kebudayaan, geografi dan lain-lain mahu pun pemerintahan. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam salasilah hanya disebutkan bahawa Saiyid Barakat Zainul Alam memperoleh dua orang anak iaitu Saiyid Ahmad Syah Zainul Alam dan Maulana Malik Ibrahim. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Anak Saiyid Ahmad Zainul Alam ialah Abdur Rahman ar-Rumi atau Sunan Mulia. Di antara dua adik-beradik itu yang lebih terkenal ialah Maulana Malik Ibrahim. Kadang-kadang orang jadi keliru antara Ibrahim al-Ghozi/ Ibrahim Asmoro dengan Malik Ibrahim. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebagai contoh dalam tulisan Mr. Hamid Algadri dalam bukunya C. Snouck Hurgronje Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab, menulis, “Sunan Ampel (Raden Rachmat) putra Maulana Malik Ibrahim…”. Sedangkan pendapat yang berbeza mengatakan bahawa Sunan Ampel (Raden Rahmat) adalah putera Saiyid Ibrahim al-Hadhrami/Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain itu, ada pendapat yang mengatakan bahawa Maulana Malik Ibrahim itu adalah saudara kandung Ibrahim Asmoro, seperti ditulis oleh Ibhar dalam bukunya Wali Songo (halaman 72). Menurutnya, “Beliau (Maulana Malik Ibrahim) merupakan anak yang tertua dari hasil perkahwinan Saiyid Husein Jamadil Kubra dengan Puteri Linang Cahaya adinda kepada Cik Siti Wan Kembang”. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Menurutnya lagi, “Semasa di Champa ayahnya telah berkahwin dengan Puteri Ramawati putri kepada Sultan Zainol Abidin dan Permaisuri Siti Zubaidah (Dewi Sudaksina) yang melahirkan Ibrahim Asmaro”. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mengenai ini barangkali penulis tersebut (Ibhar) telah memetik pendapat Abdullah Nakula di antaranya beliau tulis dalam Kelantan Dalam Sejarah Yang Tersembunyi, Sejarah Kelantan: Beberapa Lintasan, Kelantan Dalam Empayar Cermin dan lain-lain. Dipetik juga oleh Abdul Rahman Al-Ahmadi, di antaranya dimuat dalam Pesaka IX, tahun 1990. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Namun, penyelidikan penulis yang terakhir tetap berpegang bahawa Maulana Malik Ibrahim adalah anak Saiyid Barakat Zainul Alam. Ini bererti Maulana Malik Ibrahim adalah anak saudara Saiyid Ibrahim al-Hadhrami/Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Maulana Malik Ibrahim yang dianggap sebagai Wali Songo (Wali Sembilan) yang tertua digelar Maulana Maghribi atau Syeikh Maghribi, juga digelar dengan Sunan Gersik. Ada riwayat yang menyebut bahawa beliau berasal dari Farsi. Riwayat lain menyebut bahawa beliau berasal dari keturunan Arab di Kasyan. Sementara pendapat lain mengatakan berasal dari Gujerat, India. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Raffles dalam History of Yava, menyebut, Malik Ibrahim seorang Arab, sepupu Raja Cermin, berasal dari tanah seberang. Tetapi kedatangannya ke Indonesia diriwayatkan adalah sebagai ketua rombongan misi Islam yang datang ke Indonesia dan berangkat dari negeri Cermin sekitar tahun 1397 M. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Maulana Malik Ibrahim sendiri adalah sebagai ketua rombongan, yang turut disertai Raja Cermin bersama-sama putera dan puterinya. Puteranya bernama Shiddiq Muhammad. Tujuan mereka ke Jawa adalah untuk mengislamkan Raja Majapahit. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain itu diriwayatkan beberapa orang saudara sepupu Maulana Malik Ibrahim ikut serta dalam rombongan itu. Mereka ialah Saiyid Ja’far, Saiyid Qasim dan Saiyid Khairat. Usaha mereka gagal dan sebahagian besar yang mengikuti rombongan tersebut kembali ke negeri Cermin. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebagaimana disebut-sebut mengenai negeri Cermin mulai pengenalan riwayat Saiyid Jamaluddin al-Kubra hingga cucunya Maulana Malik Ibrahim, maka di sini dirasakan perlu menambah keterangan mengenai negeri Cermin itu. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di manakah negeri Cermin itu masih terus menjadi pertikaian. Raffles berpendapat ia terletak di daerah Hindustan, di halaman yang lain pula dikatakannya dari tanah seberang. Salah satu versi riwayat Patani ada menyebut bahawa Maulana Malik Ibrahim sewaktu akan ke Jawa, beliau mulai berangkat dari Patani.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam beberapa buku sejarah selain versi penulisan ulama Patani, dikatakan bahawa Saiyid Ibrahim telah menemani ayahnya Saiyid Jamaluddin al-Kubra ke negeri Siam. Penulis berpendapat bahawa yang dimaksudkan negeri Siam (bersifat umum) itu adalah negeri Patani (dalam jajahan Siam). </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mengenai negeri Cermin pula hampir semua penulis yang berasal dari Kelantan seperti Drs. Abdul Rahman Al-Ahmadi, Abdullah bin Muhammad (Nakula) dan lain-lain berpendapat bahawa negeri Cermin itu di Kelantan/Patani. Maka penulis pula menyokong bahawa negeri Cermin itu adalah di Fathani Darus Salam.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Oleh kerana itulah barangkali Syeikh Ahmad al-Fathani menggelar Fathani Darus Salam itu sebagai Negeri Cermin Mekah. Namun walau bagaimanapun sewaktu penulis berulang-alik (berkali-kali dalam tahun 1992-1993) ke negeri Chaiya, berdasarkan di beberapa buah masjid, kitab yang dimiliki oleh seseorang dan manuskrip ditulis dalam tulisan Melayu/Jawi adalah ‘cahaya’ bukan ‘chaiya’.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beberapa orang penduduk yang berumur lanjut (antara 80 hingga 120 tahun) menceritakan bahawa sebelum negeri itu bernama ‘Negeri Cahaya’ pernah juga bernama ‘Negeri Cermin’. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Oleh sebab pada masa dulu ‘Negeri Cahaya/Chaiya’ itu memang di bawah Daulah Fathani Darus Salam, besar kemungkinan ia terletak di negeri Cahaya/Chaiya. Raja Cermin/Cahaya pula adalah di bawah kekuasaan Sultan Fathani Darus Salam. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain itu, ada pendapat yang menyebut bahawa negeri Cermin itu terletak di Brunei. Ini ditulis oleh Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri dalam karyanya Tarsilah Brunei Sejarah Awal dan Perkembangan Islam. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dr. Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri menulis, “Raja Chermin yang disebutkan oleh Raffles itu kemungkinan Raja Brunei, kerana pada zaman itu termasyhur dengan sebutan ‘Chermin’ di kalangan orang Jawa (Majapahit). Walau bagaimanapun, Negeri Chermin yang dimaksudkan oleh Raffles itu bukanlah Brunei sekarang, tetapi sebahagian daripada pesisir Brunei yang sekarang dikenali dengan Pulau Chermin. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Ini disebabkan Raffles juga ada menyebut nama Brunei (Bruni) dalam bukunya sebagai negeri-negeri yang tunduk kepada Majapahit bersama-sama Negeri Chermin, Makasar, Goa, Banda, Sembawa, Enda, Timor, Ternate, Suluk, Seram dan Manila”.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Maulana Malik Ibrahim ialah anak saudara Saiyid Ibrahim al-Hadhrami, yang makamnya terletak di Gersik, Jawa Timur sedangkan pelabuhan Fathani Darus Salam pada zaman dahulu adalah Kerisik atau Keresik. Menurut riwayat versi Patani bahawa Maulana Malik Ibrahim pernah tinggal di Kerisik. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Barangkali orang sukar menerima ada riwayat orang tua-tua di Patani bahawa Maulana Malik Ibrahim itu dilahirkan di Kerisik, Patani. Cerita rakyat memang sukar diterima oleh ahli sejarah yang menghendaki pembuktian secara tertulis. Akan tetapi adalah sangat tidak adil apabila kita mempertahankan teori yang ada sedangkan kita tidak berusaha mencari penyelesaian melalui penyelidikan-penyelidikan sehingga dapat mempertemukan antara cerita rakyat dengan data dan fakta yang tertulis. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Riwayat terakhir Maulana Malik Ibrahim menetap di Gersik, Jawa Timur, mendirikan masjid dan pondok pesantren demi untuk menyebarkan agama Islam di tempat beliau tinggal, sehingga beliau wafat pada 12 Rabiulawal 882 H/1419 M, dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. </span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Salah seorang keturunan beliau yang dapat dikesan ialah K. H. Ahmad Dahlan, pengasas Muhammadiyah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Salasilah Maulana Malik Ibrahim</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Kiai Haji Ahmad Dahlan, nama ketika kecil Muhammad Darwisy </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Kiai Haji Abu Bakar </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Kiai Haji Muhammad Sulaiman </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Kiai Murtadho </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Kiai Ilyas </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Demang Jurang Juru Kapindo</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Demang Jurang Juru Sapisan </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Jatinom) </span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen)</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Maulana ‘Ainul Yaqin isterinya ialah Murtasyiah anak Sunan Ampel dengan isterinya yang kedua</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Maulana Ishaq</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><b><span style="font-size: small;">* Maulana Malik Ibrahim Waliyullah(74)</span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Walau bagaimanapun riwayat ini dipertikaikan. Ini kerana ada riwayat lain mengatakan Maulana Ishaq bukan anak Maulana Malik Ibrahim, tetapi adalah anak Saiyid Ibrahim al-Ghozi/Ibrahim Asmoro/Ibrahim al-Hadhrami.</span></div><div style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span id="byline">Oleh Wan Mohd. Shaghir Abdullah</span></span></b></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span id="byline"> </span></span><span style="font-size: small;"> </span></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-8894910788599186072011-01-28T10:41:00.004+08:002011-01-28T10:53:06.132+08:00DATUK ABDULLAH MUSA - MUFTI KE-2 JOHOR<div style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"></span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuRkuXdDYWYMDElG2ePYDSRAsrLiAJPD96lWLixi8BizDPDiYYNZmC5L-K8BM-jbOt3RGcXhtXtmVA0Cxm5L-lnmRa7TKjdyjm0UD1NeWA2-y0Et9rtRjiCcGXPgjqmAcezm6qkkE80C0/s1600/DatukHjAbdullahbinMusa1899-1907muft.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuRkuXdDYWYMDElG2ePYDSRAsrLiAJPD96lWLixi8BizDPDiYYNZmC5L-K8BM-jbOt3RGcXhtXtmVA0Cxm5L-lnmRa7TKjdyjm0UD1NeWA2-y0Et9rtRjiCcGXPgjqmAcezm6qkkE80C0/s320/DatukHjAbdullahbinMusa1899-1907muft.jpg" width="212" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>DATUK HAJI ABDULLAH BIN MUSA (1899-1907)</b></span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> <i></i></span></div><table align="right" border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; width: 214px;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 2.25pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"></span></div><span style="font-size: small;"><br />
</span></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 2.25pt;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left;"><span style="font-size: small;"> Artikel ini dimulai dengan membicarakan surat daripada seorang pembesar kepada seorang ulama. Pembesar yang dimaksudkan ialah Datuk Mufti dan Hakim Besar Johor, beliau ialah Datuk Paduka Mahkota Johor Abdullah bin Musa.<br />
<br />
Dalam koleksi catatan dan surat-surat Syeikh Ahmad al-Fathani terdapat maklumat mengenai beliau.<br />
<br />
Sepucuk surat daripadanya ditujukan kepada Syeikh Wan Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani dan Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani, surat tersebut bertarikh 25 Safar 1321 H/22 Mei 1903 M. Beliau menyebut Syeikh Muhammad Zain al-Fathani sebagai Hadhrat Ayahanda dan untuk Syeikh Ahmad al-Fathani dengan panggilan Hadhrat Al-Fadhil Kakanda. Sama ada Syeikh Wan Muhammad Zain bin Mustafa al-Fathani mahu pun Syeikh Ahmad al-Fathani (yang disurati), kedua-duanya adalah tokoh yang banyak berjasa dalam pembentukan watak Abdullah bin Musa. Pergaulan antara mereka memakan masa yang agak panjang, iaitu sama ada mereka berada di Patani dan Kelantan sehinggalah mereka berpindah ke Mekah. Hubungan pertalian kekeluargaan dan rangkaian ilmu, sama ada yang bercorak zahiri mahu pun yang bercorak batini tiada dapat dipisahkan. Oleh itu ilmu-ilmu yang berasal daripada ayah dan anaknya itu dipegang kejat-kejat oleh Abdullah dari sejak muda hinggalah beliau memperoleh kedudukan yang demikian tinggi di Kerajaan Johor.</span></div><div style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><br />
<span style="font-size: small;">Abdullah sungguhpun mendapat kedudukan yang tinggi di Johor, sebenarnya berasal dari Kelantan. Nampaknya memang ramai ulama Kelantan yang pernah menjadi mufti di luar Kelantan, di antaranya Wan Muhammad menjadi Mufti Perak yang pertama. Ismail bin Abdul Majid pernah menjadi Mufti Kerajaan Pontianak, Haji Abdur Rahman bin Husein pernah menjadi Mufti Kerajaan Mempawah, dan ramai lagi.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> <b> </b></span><br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">PENDIDIKAN</span><span style="font-size: large;"> </span></b></div><br />
<span style="font-size: small;">Abdullah berasal dari Kelantan, kelahiran Pasir Pekan, Syawal 1279 H/April 1863 M. Biografi Abdullah juga belum banyak ditulis orang, maka riwayat ringkas mengenai beliau dijelaskan sebagai yang berikut: Pendidikan awalnya di beberapa pondok di Patani, merupakan kader Pondok Bendang Daya. Syeikh Muhammad Zain (Tok Wan Din) al-Fathani yang tersebut adalah salah seorang gurunya sewaktu berada di Pondok Bendang Daya, dan Abdullah belajar lagi kepada beliau sewaktu di Mekah.</span><span style="font-size: small;"> </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Di antara yang seangkatan dengan Abdullah sewaktu belajar di Bendang Daya ialah Ismail bin Mustafa al-Fathani (Cik Doi Kedah), Muhammad Husein bin Abdul Lathif al-Fathani/Tok Kelaba, Kadi Muhammad Sa'id Umar Kedah, Syeikh Daud bin Mustafa al-Fathani (Tok Cik Wan Daud al-Fathani), dan ramai lagi.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Sewaktu melanjutkan pelajaran di Mekah Abdullah belajar kepada ramai ulama. Ulama-ulama yang berasal dari dunia Melayu di antaranya: Syeikh Wan Ali Kutan al-Kalantani, Syeikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani, Syeikh Muhammad bin Ismail al-Fathani, dan gurunya yang terakhir adalah Syeikh Ahmad al-Fathani.</span><span style="font-size: small;"> </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Selain belajar kepada ulama-ulama yang berasal dari dunia Melayu, Abdullah juga belajar kepada ulama-ulama bangsa Arab yang terkenal pada zaman itu, di antara mereka ialah Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syeikh Abu Bakri Syatha, dan lain-lain. Ilmu khusus dalam bidang pentadbiran, siasah (politik), dan lain-lain yang bersangkutpaut pada kemaslahatan dunia, Abdullah hanyalah menerima pelajaran daripada Syeikh Ahmad al-Fathani bukan kepada ulama-ulama lainnya.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> </span><br />
<div style="text-align: center;"><b style="color: blue;"><span style="font-size: large;">Mengajar</span><span style="font-size: large;"> </span></b><span style="font-size: small;"> </span></div><br />
<span style="font-size: small;">Abdullah pulang ke Kelantan mendapat arahan daripada Syeikh Ahmad al-Fathani supaya menyebarkan ilmu ke Tanah Jawi, lalu berpindah pula ke Johor pada 22 Disember 1882 M. Di Johor beliau mulai mengajar kitab secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Banyak masjid dan surau tempat beliau mengajar. Pada 22 Mac 1886 M. beliau pulang ke Kelantan dan pada 10 April 1886 M. atas permintaan murid-muridnya di Johor, maka Abdullah kembali ke Johor lagi.</span><span style="font-size: small;"> </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Pelantikan Abdullah sebagai Hakim Besar Johor dan berikutnya sebagai Datuk Mufti Johor di sebut oleh Abdul Rahman Al-Ahmadi dalam buku, Tokoh dan Pokok Pemikiran Tok Kenali diterbitkan oleh Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan Malaysia, 1983, hlm. 47 - 48 bahawa pada 22 Jun 1887 dilantik oleh Sultan Johor sebagai Hakim Besar Kerajaan Johor. Bererti jawatan sebagai Hakim Besar Johor lebih dulu disandangnya daripada Mufti Datuk Kerajaan Johor. Kariernya terus naik, dua tahun kemudian tepatnya pada 9 Mac 1889 dilantik pula sebagai Mufti Kerajaan Johor. Walau bagaimanapun tarikh ini berbeza dengan tulisan Othman Ishak dalam bukunya, Fatwa Dalam Perundangan Islam, terbitan Fajar Bakti, Kuala Lumpur, 1981, hlm. 31 bahawa Abdullah berkhidmat dari tahun 1899 hingga 1907, sebagai mufti yang kedua. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Mufti Johor yang pertama ialah Datuk Syed Salim bin Ahmad al-Attas yang berkhidmat dari tahun 1896 hingga tahun 1899. Yang disebut oleh Othman Ishak ada persamaan dengan Buletin Majlis, terbitan Majlis Agama Islam Johor, bil. 18, 1424 H./ 2003 M., hlm. 7, yang menyebut tentang Mufti Johor 1895 - 2004 M., bahawa mufti yang pertama Datuk Syed Salim bin Ahmad al-Attas tahun 1895 - 1899 M. Mufti yang kedua, ialah Abdullah tahun 1899 - 1907 M. Daripada pertikaian penulisan yang tersebut di atas saya berpendapat bahawa kemungkinan Abdullah dilantik menjadi Mufti Johor dua kali. Yang pertama ialah 9 Mac 1889 M hingga tahun 1895 M. Sesudahnya ialah Datuk Syed Salim bin Ahmad al-Attas, sesudah itu Abdullah dilantik lagi untuk menjadi Mufti Johor untuk yang kedua kali pada tahun 1899 - 1907 M. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Oleh sebab terjadinya maklumat yang berbeza seperti yang tersebut di atas, penelitian yang lebih kemas perlu dijalankan. Mufti Kerajaan Johor sesudah Abdullah (pelantikan kedua) ialah Datuk Syed Abdul Kadir bin Mohsin al-Attas tahun 1907 - 1933 M. dan seterusnya sehinggalah Mufti Johor yang sekarang Datuk Nooh bin Gadot yang dilantik tahun 1999 M. hingga sekarang. Jika kita perhatikan pelantikan kedua Abdullah (1899 - 1907 M) hingga pelantikan Datuk Nooh bin Gadot (1999 - 2005 M) mengambil jarak waktu sekitar lebih kurang 100 tahun.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Abdullah wafat pada malam Jumaat, 19 Ramadan 1325 H./25 Oktober 1907 M. mendahului gurunya Syeikh Muhammad Zain dan Syeikh Ahmad al-Fathani sekitar lebih kurang tiga bulan.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> <b> </b></span><br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>BUDI BAHASA PERSURATAN </b></span></div><br />
<span style="font-size: small;">Pada mukadimah telah disentuh perkara `budi bahasa'. Oleh sebab budi bahasa baru-baru ini termasuk anjuran kerajaan, maka beberapa contoh kalimat yang mengandungi unsur budi bahasa dirasakan perlu memperkenalkannya. Di antara kalimat Abdullah yang berunsurkan budi bahasa seperti kata beliau, ``Sangatlah lama adinda tiada menulis kepada Hadhrat Ayahanda al-Haji Wan Muhammad Zain, demikian jua kepada Hadhrat Kakanda (maksudnya Syeikh Ahmad al-Fathani, pen:), maka iaitu semata-mata menunjukkan atas kebebalan dan kurang budi adinda jua. Daripada sebab itu haraplah adinda kiranya yang demikian itu dimaafkan.''</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> <b> </b></span><br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b>Tawaduk</b></span><span style="font-size: large;"> </span><span style="font-size: large;"> </span></div><br />
<span style="font-size: small;">Daripada kalimatnya ``...maka iaitu semata-mata menunjukkan atas kebebalan dan kurang budi adinda jua ...'' mencerminkan bahawa Abdullah seorang yang tawaduk dan tidak membesarkan diri. Sifat tawaduk, tidak membesarkan diri termasuk dalam kategori sifat mahmudah (sifat terpuji) yang dalam hal ini termasuk dalam golongan budi bahas. Beliau lama tidak berkirim surat kepada kedua-dua gurunya, melambangkan terputusnya hubungan silaturahim. Putus hubungan silaturahim bererti adalah sangat dicela oleh agama Islam. Secara terus terang mengaku kelemahan dan kesalahan dirinya, dengan kalimatnya, ``...menunjukkan atas kebebalan dan kurang budi adinda jua ...'' </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Jika kita bandingkan dengan kebanyakan orang pada zaman kita apabila mereka tidak dapat menghubungi keluarga atau pun teman dekat atau lainnya, mereka akan memberi alasan `kerana sibuk', atau pun beribu-ribu macam dalih. Sebenarnya kerana rendahnya budi bahasa sangat ramai orang sanggup mengabaikan hubungan dengan kedua-dua ibu bapanya.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Kalimat di bawah ini juga mencerminkan kehalusan budi bahasa Abdullah, kata beliau, ``Dan lagi adinda harapkan kiranya kakanda berbuat kasihan dan tolong memberi sedikit kenyataan beberapa lagi baki hutang al-Haji Ya'qub Kangkung, Kelantan kepada ayahanda dahulu itu kerana hutang itu adinda telah sanggup hendak membayarkan ...'' </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Daripada kalimat ini dapat diambil beberapa kesimpulan bahawa Abdullah seorang yang pengasih terhadap sesama Islam, kerana mungkin meresapnya ajaran tentang sesama Islam itu adalah bersaudara. Langkah membayar hutang orang lain, yang telah meninggal dunia pernah diamalkan oleh para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. Perkara yang lain pula, Abdullah kemungkinan dapat membayangkan bahawa orang yang tidak mahu membayar hutang ancamannya sangat keras, di antara amalannya tidak diterima oleh Allah s.w.t., amalan itu tergantung di antara bumi dan langit. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Orang-orang yang berbudi bahasa apabila dia berhutang, di dalam hati tetap berazam untuk membayar hutang. Hanya orang-orang yang tidak berbudi bahasa saja yang senantiasa berbelit-belit mengelak membayar hutang.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Daripada contoh budi bahasa dalam persuratan yang dilakukan oleh Abdullah di atas, memandangkan kedudukan beliau sebagai seorang Hakim Besar dan Mufti sangat menarik untuk diberi sedikit komentar.</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> <b> </b></span><br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;">Komentar dari Almarhoum SW.Mohd Saghir</span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> </span></b></div><br />
<span style="font-size: small;">Hampir semua orang tahu bahawa seorang hakim kerjanya ialah memutuskan sesuatu perkara di mahkamah atau pengadilan. Dalam ajaran Islam seorang hakim wajib menghukum dengan adil. Hakim yang tidak adil ancamannya adalah neraka. Pengertian mufti pula ialah orang yang dapat memberi fatwa dengan tepat dan betul menurut al-Quran, hadis, ijma' dan qiyas. Seseorang mufti yang memberi fatwa sesuai dengan kehendak syarak diberi pahala. Sebaliknya fatwa yang tidak betul juga diancam dengan hukuman keras di akhirat kelak. Daripada budi bahasa yang terdapat pada surat tersebut, kita dapat membayangkan Abdullah sama ada kedudukan beliau sebagai Hakim Besar mahu pun sebagai mufti, beliau berpegang teguh kepada ajaran Islam. Oleh itu kita wajib berbaik sangka, bukan sebaliknya. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kita berbaik sangka bahawa Abdullah menjalankan tugas dan memenuhi tanggungjawab yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sangatlah kita harapkan terhadap semua orang yang berkedudukan seumpamanya berbuat demikian, mudah-mudahan kita terhindar daripada tindakan seseorang yang tidak berbudi bahasa sama ada dalam ucapan, persuratan mahu pun dalam tindakan kerana padah dan akibatnya sangat merugikan masyarakat.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> </span><span style="font-size: small;"> Al-Fatihah..</span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="color: black; text-align: center;"><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"> <b>Sumber: <span style="color: blue;">WAN MOHD SAGHIR ABDULLAH</span></b></span></div></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-63694537528763105212011-01-27T12:19:00.001+08:002011-01-27T16:37:45.833+08:00SAMBUTAN MAULIDUR RASUL 1432H DI BA'ALAWI KL<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEYkckvu4Ftv5wUXHpEBcbosQEQcAqzlXMw2YIS37huE4VTjyqpn8bRXSOG6n5MffNbuEaqcVqa8M1qRcRie_TgGzuMUfKY0Bu-Ra8DaFv8Yzcer_5ge1KR0uz03LzqbvCl8kWpi4hd3k/s1600/maulid+baalawi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEYkckvu4Ftv5wUXHpEBcbosQEQcAqzlXMw2YIS37huE4VTjyqpn8bRXSOG6n5MffNbuEaqcVqa8M1qRcRie_TgGzuMUfKY0Bu-Ra8DaFv8Yzcer_5ge1KR0uz03LzqbvCl8kWpi4hd3k/s400/maulid+baalawi.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">MAULIDUR RASUL DI BA'ALAWI KL</b></td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimAaT6yIQW2c0X1rhd4yOUsZRY7LMEPlw3NwJWr_DxMQfOZ4OeQDjx2AwaK2t8fT0ciEU7RxFRkdZCQikdPb_Mt-y2J_yNKn8IEQkDcHA95ZzcobHYyyINtxxFN9e-u2C58pkQ9s_t_0w/s1600/1a-maulid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimAaT6yIQW2c0X1rhd4yOUsZRY7LMEPlw3NwJWr_DxMQfOZ4OeQDjx2AwaK2t8fT0ciEU7RxFRkdZCQikdPb_Mt-y2J_yNKn8IEQkDcHA95ZzcobHYyyINtxxFN9e-u2C58pkQ9s_t_0w/s400/1a-maulid.jpg" width="282" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">MAULIDUR RASUL DI BA'ALAWI KL</b></td></tr>
</tbody></table><div style="color: #38761d; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: #38761d; text-align: center;"><b>Hebahan Majlis Maulidur Rasul 1432H di </b></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: large;"><b style="color: red;">PUSAT PENGAJIAN BA'ALAWI KL</b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><b style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pada <span style="color: purple;">20 Feb 2011</span> dan <span style="color: purple;">27 Feb 2011</span></b></div><div style="text-align: center;"><b style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="color: purple;"><span style="color: #783f04;"> Majlis Bermula Selepas Solat Asar & Solat Maghrib (sila rujuk poster)</span></span></b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;">Tetamu Jemputan Khas Antaranya:</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b>-MAULANA AS-SYEIKH AFEEFUDDIN AL-JAILANI</b></div><div style="color: blue; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b>-HABIB HASSAN AL-KAFF</b></div><div style="color: #38761d; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b>-TUAN GURU SYEIKH BABA AZIZ SHAFIE</b></div><div style="color: purple; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: center;"><b>-TUAN GURU SYEIKH FAHMI ZAM-ZAM AL-BANJARI AL-NADWI AL-MALIKI</b></div><div style="text-align: center;"><b style="color: #783f04; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">-HABIB ALI ZAINAL ABIDIN</b><br />
<div style="color: blue;"><b style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">-USTAZ RAZAK AL-MISRI</b></div><b style="color: #783f04; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="color: #274e13;">-KUMPULAN QASIDAH AHBAABUL MUSTOFA</span></b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Sumber : <a href="http://www.baalawi-kl.com/"><b style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;"><span style="color: red;">http://www.baalawi-kl.com</span></b></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-64751812455096375312011-01-26T08:35:00.001+08:002011-01-26T08:38:33.886+08:00MAULIDUR RASUL DI UIA 1432H<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl281lmLeoFLFekdFv7kenAzl7ybQs4iJLg5EGI1A9oyUasxWlolOjiIh8-d5DSgVYYRzecKIvtemL_oA3fdEcPPwGDeKlqpiQy5Mx8nJOvMuTp1O6ck-MwZOitqAQcfrnwIrPODQdjEM/s1600/poster+uiam+berselawat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl281lmLeoFLFekdFv7kenAzl7ybQs4iJLg5EGI1A9oyUasxWlolOjiIh8-d5DSgVYYRzecKIvtemL_oA3fdEcPPwGDeKlqpiQy5Mx8nJOvMuTp1O6ck-MwZOitqAQcfrnwIrPODQdjEM/s640/poster+uiam+berselawat.jpg" width="451" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">MAULIDUR RASUL DI UIA 1432H</b></td></tr>
</tbody></table><br />
<div style="text-align: center;"><u><b style="color: #38761d;">HEBAHAN MAJLIS MAULIDUR RASUL DI UIA 1432H</b></u></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">TEMPAT : <b style="color: #783f04;">MASJID KOLEJ ISLAM MALAYA, </b><br />
<b>Sebelah pusat asasi UIA,Petaling Jaya,Selangor</b></div><div style="text-align: center;">TARIKH : <b style="color: red;">30 JAN 2011</b></div><div style="text-align: center;">MASA : <b style="color: purple;">7.30 PM - 10 PM</b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="color: blue; text-align: center;"><b>SEMUA MUSLIMIN DAN MUSLIMAT DIJEMPUT HADIR</b></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Sumber : <a href="http://al-fanshuri.blogspot.com/"><i><b>http://al-fanshuri.blogspot.com/</b></i></a></div><div style="text-align: center;"><a href="http://majlisilmu.blogspot.com/"><i><b>http://majlisilmu.blogspot.com</b></i></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-70866078265655742792011-01-25T13:27:00.005+08:002011-01-25T17:18:25.036+08:00KH.M. SYAFI'I HADZAMI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNGLnRhVrFHulg_8TArfz1LZFdD-faXRPJ60FvaLwkZQ9YuOuC6Hf-B2WqfJluwA9NxELFkUDsAjPg0lgVbMWqrLuXI4U16QdKSHJwb9i-ePTFxKRbD0DxSVViD61BaCcFrITRpQDVCXI/s1600/kh-muhammad-syafii-hadzami.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNGLnRhVrFHulg_8TArfz1LZFdD-faXRPJ60FvaLwkZQ9YuOuC6Hf-B2WqfJluwA9NxELFkUDsAjPg0lgVbMWqrLuXI4U16QdKSHJwb9i-ePTFxKRbD0DxSVViD61BaCcFrITRpQDVCXI/s320/kh-muhammad-syafii-hadzami.jpg" width="208" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">KH.M. Syafi’i Hadzami </b></span></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Bersamaan dengan perkembangan Islam di Jakarta dan semakin banyaknya kelompok ulama, lahirlah seorang ulama <b style="color: red;">Betawi</b> yang menjadi generasi kedua dalam jaringan intelektual Islam Betawi pada abad ke -20, yakni <i><b style="color: purple;">KH. M. Syafi’I Hadzami</b></i>. Ia dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1931 M bertepatan dengan 12 Ramadlan 1349 H. Orang tuanya bernama <b style="color: #38761d;">Muhammad Saleh Raidi</b> dan Ibu Mini. Sejak awal kecil KH. M. Syafi’I Hadzami berada dibawah bimbingan datuknya, <b style="color: #b45f06;">Husein</b>, di Batutulis XIII, Pecenongan. Disinilah KH. M. Syafi’I Hadzami mendapatkan bimbingan intelektual pertama dengan belajar Al Qur'an hingga fasih beserta tajwidnya. Selain itu, ia juga belajar ilmu <i><b>sharaf</b> </i>dan <i><b>nahwu</b>. </i>Pada usia 9 tahun, KH. M. Syafi’I Hadzami sudah <i><b>khatam</b> </i>Al Qur'an. Dibawah asuhan datuknya yang disiplin dan tegas. <br />
<br />
Sejak kecil, KH. M. Syafi’I Hadzami senang melihat orang-orang pintar, terutama para kyai. Ia ingin menyamai mereka. Kerana itu, ketika kecil, ia senang berpakaian seperti ulama. Namun, ia tidak tahu dari mana datangnya keinginan itu. Padahal dalam tradisi keluarga, ia tidak melihat ada kecenderungan untuk menjadi kyai. Barangkali didikan datuknya yang selalu menyuruhnya untuk mengaji dan sering mengajak ke tempat-tempat para ulama itulah yang membuat Syafi’i kecil ingin menyamai mereka. Keinginan itulah yang menjadikan Syafi’i Hadzami gigih dalam menuntut ilmu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"></span><br />
<span style="font-size: small;"></span><br />
<span style="font-size: small;">KH.Syafi’i Hadzami mendapat julukan <i style="color: red;"><b>Muallim Jakarta</b></i>, sejak muda beliau gemar sekali menuntut ilmu dan tak pernah merasa puas terhadap ilmu yang beliau miliki, maka tak heran bila beliau menguasai beberapa fan ilmu seperti Ilmu Fiqih, ilmu Falaq, ilmu Hadist , Ilmu Tauhid dan berbagai disiplin ilmu-ilmu lainnya. Salah satu Guru beliau yang sangat beliau Hormati adalah <i style="color: blue;"><b>Syech Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani</b></i> seorang Ulama terkemuka dari Mekkah yang bergelar <b style="color: #38761d;">Musnidud Dunya</b>, dan guru- guru beliau lainnya adalahKyai Husain, K.H. Abdul Fattah, Ustaz Sholihin,Habib Ali Bungur, Habib Ali alhabsyi kwitang K.H. Ya’qub Sa`idi, .</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Penggambarannya untuk memburu ilmu-ilimu agama hanya terbatas di wilayah Jakarta. Ini berbeda dengan kebanyakan perjalanan intelektual ulama-ulama terkenal lainnya yang menuntut ilmu ke beberapa tempat. Syafi’i Hadzami tidak pernah menempuh pendidikan agama di pondok pesantren atau madrasah apalagi belajar di Timur Tengah. Pengajian kitab di masjid yang hingga sekarang ini masih hidup di kalangan masyarakat Betawi telah menjadi tradisi intelektual yang paling berharga bagi Syafi’i Hadzami. Dapatlah dikatakan bahwa selain tempat ibadah, masjid juga berfugsi sebagai tempat mengajarkan dan menyebarkan Islam. Tradisi mengajar agama di masjid sebenarnya bukanlah hal yang baru. Kebiasaan ini dapat ditemukan di hampir seluruh dunia Islam, khususnya di dua masjid utama di tanah suci, Makkah dan Madinah, yang dianggap oleh umumnya muslim Asia Tenggara abad ke-17 sebagai pusat kosmik dan sumber ilmu. <br />
<br />
Namun kemantapan hatinya, ketekunan, dan kekerasan usahanya, yang didukung dengan kesungguhan beribadah, ketinggian akhlaq, dan kederdasan otaknya, telah mengantarkan Syafi’i Hadzami meraih keberhasilan yang patut dibanggakan, setara dengan ketinggian ulama lainnya. Inilah kelebihan Syafi’i Hadzami dalam perjalanan intelektualnya yang berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya dalam jaringan intelektual abad ke-16 – 21.<br />
<br />
Dalam buku biografinya yang ditulis oleh Ali Yahya (1999) disebutkan Syafi’i Hadzami tidak membatasi diri pada ilmu tertentu. Ia menyukai berbagai bidang keilmuwan. Di masa-masa awal, setelah mempelajari al Qur’an beserta tajwidnya dengan baik, maka ilmu yang palin ditekuninya adalah tauhid. Fiqh, dan ilma alat <b>(<i>nahwu, sharaf, </i>dan <i>balaghah</i>)</b>. Berbagai <i>kitab matan </i>ia hafalkan, terutama yang berbentuk <i>nadzam. </i>Khusus untuk ilmu-ilmu alat, ia memberikan perhatian yang khusus. Penguasaan yang mendalam tentang ilmu alat menjadi prioritas utamanya di masa-masa awal. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa pengembangan selanjutnya dalam penguasaan berbagai cabang ilmu keislaman akan sangat tergantung kepada penguasaan ilmu alat. Setelah memiliki penguasaan yang mendalam tentang ilmu-ilmu alat barulah ia menekuni ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ushul fiqh beserta <i>qawaid</i>nya, <i>mantiq, tafsir, ulumul hadis, tasawuf, falak,’arudh </i>dan lain sebagainya. <br />
<br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><u><b>Jaringan Pengajian</b></u></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><br />
Jaringan intelektual yang didapat Syafi’i Hadzami dari guru-gurunya terbatas pada jaringan ulama Betawi, yang dikenal sebagai masyarakat religius dan mengandalkan masjid sebagai pusat intelektual. Namun demikian, Syafi’i Hadzami memiliki jaringan intelektual ke atas (guru-gurunya), seperti <i style="color: #38761d;"><b>KH. Mahmud Romli</b></i>, (1866 M), <i style="color: purple;"><b>KH Ahmad Marzuki</b></i> (1876 M), yang berpuncak pada dua ulama Haramain ternama abad ke-17; <i style="color: #783f04;"><b>Ahmad al-Qusyasyi</b></i> dan <i style="color: red;"><b>Abdul Aziz al Zamzami.</b></i><br />
<br />
Beberapa ulama yang dikunjungi Syafi’i Hadzami memberikan kemantapan ilmunya sekaligus memperdalam pengetahuannya dalam keilmuwan Islam. Syafi’i Hadzami sering diajak datuknya untuk mengaji dan membaca dzikir di tempat <i style="color: #073763;"><b>Kyai Abdul Fatah</b></i> (1884-1947 M) yang dikenal sebagai pembawa <i style="color: red;"><b>Tarekat Idrisiyah</b></i> ke Indonesia setelah mendapat ijazah dari <i style="color: #38761d;"><b>Ahmad al-Syarif al-Sanusi</b></i> di Makkah. Dari gurunya ini, ia mendapat doa khusus. Waktu itu, ia ikut berdzikir bersama kelompok Tarekat Idrisiyah yang dipimpin oleh Kyai Abdul Fattah. Dalam zikir itu, Syafi’i Hadzami yang masih belia pernah mengalami <b style="color: blue;"><i>fana’ </i></b>(lupa dan hilang kesadaran diri) kerena dibimbing agar ingat kepada Allah semata. Ia tidak ingat persis bagaimana situasiya saat itu. Maka kyai pun memberinya doa khusus. Ia dipanggil secara khusus menghadap sang kyai. Kyai Abdul Fattah mendoakan Syafi’i Hadzami agar kelak menjadi orang soleh.<br />
<br />
Syafi’i Hadzami juga berguru kepada Pa Sholihin tentang ilmu bahasa Arab, nahwu dan sharaf selama 2 tahun. Dalam mengajar, Pak Solihin tergolong keras dan disiplin, seperti kakeknya. Sebagai seorang yang telah ikut berjasa, maka untuk mengenangnya, musholla tempatnya belajar dinamakam <i><b>raudlatuh al sholihin.</b><br />
<br />
</i>Setelah mengaji al Qur’an kepada guru-gurunya, Syafi’i Hadzami mengaji kepada Guru Sa’idan di Kemayoran (1948 – 1995). Pada gurunya ini, ia belajar ilmu tajwid ilmu nahwu dengan kitab pegangan <i>mulhat al-i’rab, </i>dan ilmu fiqh dengan kitab pegangan <i>al Tsimar al Yani’ah </i>yang merupakan <i>syarah </i>dari kitab <i>al Riyadh al Badi’ah</i>. Guru Saidan pula yang menyuruhnya belajar kepada kepada guru-guru yang lainnya, misalnya Guru Ya’kub, Sa’idi (Kebon Sirih), Guru Khalid (Gondangdia), dam Guru Abdul Madjid (Pekojan).<br />
<br />
Salah satu guru utama Syafi’i Hadzami adalah <i style="color: #741b47;"><b>Habib Ali ibn Husein al Atthas </b></i>yang terkenal dengan sebutan <i style="color: red;"><b>Habib Ali Bungur</b></i>. Kepadanya Syafi’i Hadzami belajar lebih kurang 18 tahun, yaitu sejak 1958 – 1976. Seperti murid-murid Habib Ali lainnya (<i><b>KH. S. Muhammad ibn Ali al Habsyi, Habib Abdullah ibn Abdul Qodir Bil Faqih, KH. Abdullah Syafi’i, KH. Tohir Romli, KH. Abdurrazaq Ma’mun, Prof. KH. Abu Bakar Aceh)</b></i>, Syafi’i Hadzami juga datang dengan membaca kitab dihadapan Habib Ali yang sering disebut dengan sistem <i><b>sorogan</b>. <br />
<br />
</i>Syafi’i Hadzami juga rajin mengikuti pengajian umum yang diasuh oleh <i style="color: red;"><b>Habib Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang)</b></i>. Pada awalnya, ia diajak oleh kakeknya untuk menghadiri majlis yang bisa diadakan setiap hari Ahad. Bahkan, dari Habib Ali inilah ia mendapat kata pengantar berbahasa Arab dalam karyanya yang berjudul <i>al <b>Hajjat al Bayyinah</b>.<br />
<br />
</i>Guru Syafi’i Hadzami yang lain adalah <i style="color: #38761d;"><b>KH. Mahmud Ramli</b></i>, seorang ulama besar Betawi. Selama 6 tahun (1950-1956), ia mempelajari kitab-kitab kuning, diantaranya <i>Ihya Ulum ad Din, </i>dan <i>Bujayrimi. </i>Selain Syafi’i Hadzami, murid-murid Guru Romli yang menjadi ulama terkemuka di Jakarta adalah <i style="color: #b45f06;"><b>KH. Abdullah Syafi’i, Thabrani Paseban</b></i>, dan lain-lain. <br />
<br />
Syafi’i Hadzami juga berguru kepada <i style="color: blue;"><b>KH. Ya’kub Sa’di di Kebon Sirih</b></i>. Selama 5 tahun (1950-1955) ia telah mengkhatamkan kitab-kitab mantiq dan ushuluddin, seperti kitab <i>Idhah al Mubham, Darwis Quwaysini, </i>dll. Sedangkan dalam ilmu Nahwu, ia belajar kepada KH. Muhammad Ali Hanafiyah seperti kitab; <i>Kafrawi, Mulhat al i’rab </i>dan <i>Asymawi.<br />
<br />
</i>Beberapa guru Syafi’i Hadzami lainnya adalah <i style="color: red;"><b>KH. Mukhtar Muhammad (1953-1958), <span style="color: #38761d;">KH. Muhammad Shaleh Mushannif</span>, <span style="color: purple;">KH. Zahruddin Utsman,</span> <span style="color: blue;">Syaikh Yasin al Fadani</span>, dan <span style="color: #990000;">KH. Muhammad Thoha</span>.</b></i><br />
<br />
Jika dilihat dari guru-gurunya ini, tampak sekali Syafi’i Hadzami belajar kepada para ulama yang berasal dari luar Jakarta yang memiliki bobot intelektual yang luar biasa. Namun demikian, tingkat keilmuwan Syafi’i Hadzami tidak kalah dengan ulama-ulama lainnya yang hidup dalam generasi abad ke-20.<br />
<br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><u><b>Sikap Terhadap Pembaharuan</b></u></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><br />
Dalam setiap perubahan zaman, diperlukan suatu usaha baru untuk menafsirkan dan menyelaraskan agama dengan tuntutan zaman. Karena itu, pembaharuan diyakini sebagai cara untuk menyesuaikan agama agar tidak ketinggalan zaman. Inilah yang diyakini KH. M. Syafi’i Hadzami, bahwa pembaharuan sangat diperlukan oleh agama. Ini berarti ia tidak kaku dalam menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi. Ia tidak menjadikan pandangan hidupnya menjadi suatu sistem yang tertutup dan kemudian memalingkan diri dari proses modernisasi.<br />
<br />
Dalam menyikapi pembaharuan pemahaman ajaran-ajaran agama, KH. M. Syafi’i Hadzami bersikap cukup luwes dan tidak kaku. Dalam menghadapi gagasan-gagasan baru, ia tidak mau langsungmenolak atau menyetujuinya tanpa menimbangnya terlebih dahulu dengan pedoman syari’at. Jadi, pembaharuan dalam memahami agama bukan sesuatu yang harus ditolak, asalkan tidak keluar dari relnya dan ditangani oleh orang yang memiliki persyaratan- persyaratan untuk itu. Pandangan ini didasarkan pada teks hadis Nabi SAW bahwa setiap seratus tahun ada yang disebut <i>mujaddid (</i>pembaharuan). Dalam kehidupan beragama ini ada <i>mujaddid, </i>yaitu orang-orang yang memperbaharui pandangan-pandangan agama. Jadi, yang di perbaharui bukan agamanya, tetapi pandangannya. Ibarat mata yang sudah tidak bisa memandang dengan jelas, bila memakai kacamata, apa yang dipandang akan menjadi lebih jelas. Padahal, objek pandangannya sama saja. Jadi, bukan objeknya yang dirubah, melainkan alat untuk memandangnya yang perlu diperbaharui. Itulah tugas seoarang <i>mujaddid.</i><br />
<br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><u><span style="font-size: large;"><b>Karya-karyanya</b></span></u></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b> </b><br />
KH. M. Syafi’i Hadzami dikenal sebagai ulama produktif menuliskan pemikirannya dalam bentuk buku. Pada umumnya, karya-karyanya ditulis dalam bentuk risalah-risalah kecil dengan bahasa Indonesia bertuliskan arab. Karya-karyanya hampir semuanya ditulis pada era 80-an sebagai puncak intelektual sang kyai. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, produktifitas menulisnya sudah mulai berkurang. <br />
<br />
Karya terkenal KH. M. Syafi’i Hadzami adalah buku yang berjudul <i><b style="color: red;">Tawdhih al Adillah</b>, </i>yang disusun acara tanya jawab yang diasuhnya di Radio Cenderawasih. Hingga kini, sudah terbit dalam 7 (tujuh) jilid dan telah berkali-kali dicetak ulang, yang peredarannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negeri jiran Malaysia.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Karya-karya lainnya adalah;</span></div><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="font-family: Verdana,sans-serif; width: 607px;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">1.</span></div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;"><i>Sullamu al Arsy fi Qira’at Warsy</i></b></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Risalah setebal 40 halaman ini berisi kaidah-kaidah khusus dalam pembacaan al Qur’an menurut Syekh Warasy.</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> 2. </span></div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;"><i>Qiyas adalah Hujjah Syar’iyyah</i></b></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dalam risalah ini, dikemukakan dalil-dalil dari al Qur’an, Hadis, dan Ijma’ ulama yang menunjukkan bahwa qiyas merupakan salah satu argumentasi syari’ah.</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> 3. </span></div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;"><i>Qobliyyah Jum’at</i></b></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dalam risalah ini membahas kesunatan shalat sebelum shalat jum’at dan hal-hal yang berkaitan dengannya.</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> 4. </span></div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;"><i>Shalat Tarawih</i></b></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Di dalamnya dikemukakan dan dijelaskan dalil-dalil dari hadis dan keterangan para ulama yang berkaitan dengan shalat tarawih.</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> 5.</span></div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;"><i>Ujalah Fidyah Shalat</i></b></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Risalah ini membahas perbedaan pendapat tentang pembayaran fidyah (mengeluarkan bahab makanan pokok) untuk seorang muslim yang telah meninggal dunia yang dimasa hidupnya pernah meninggalkan beberapa waktu shalat fardhu.</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"> 6. </span></div></td> <td style="color: blue; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: small;"><i>Mathmah al Rubi fi Ma’rifah al Riba</i></span></b></div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dalam risalah ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan riba, seperti hukum riba, bank simpan pinjam, deposito, dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b>Wafatnya beliau pada pagi 7 Mei 2006 bersamaan 9 Rabi`uts-Tsani 1427 dalam usia 75 tahun merupakan satu kehilangan bagi kita.<span style="font-size: small;"> Al-Fatihah....</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">Sumber : Ihsan dari <i><a href="http://www.pondokpesantren.net/">http://www.pondokpesantren.net</a> </i></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-51288932878039020252011-01-24T09:13:00.004+08:002011-01-24T12:38:24.196+08:00IKTIQAD IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9C6zW-b50CdHTOX2d3N2GF6u3zpcScM8vrbrlov_75OminqFo_hn6I9oNyh3D9Wqcw-l7-xXB1sANfStrA12jA40c8M9AnAI4By6G5ZajaxlW-lX2TTdJcbMAKrNKkEc4goJEQaABiOk/s1600/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9C6zW-b50CdHTOX2d3N2GF6u3zpcScM8vrbrlov_75OminqFo_hn6I9oNyh3D9Wqcw-l7-xXB1sANfStrA12jA40c8M9AnAI4By6G5ZajaxlW-lX2TTdJcbMAKrNKkEc4goJEQaABiOk/s320/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" width="188" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b style="color: blue;">KITAB TAUHID IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI</b></span></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Walaupun beliau hidup sezaman dengan mazhab <b style="color: #38761d;">Imam Abu Hasan al-Asy’ ari</b>, namun beliau mempunyai teknik berhujah dan huraian yang berbeza. Para sarjana Islam menyatakan, Imam Abu Mansur Maturidi lebih cenderung kepada pendapat <b style="color: purple;">Imam Abu Hanifah</b> dalam perkara akidah. Ini kerana beliau merujuk risalah-risalah dan buku-buku yang ditulis oleh Imam Abu Hanifah seperti <i style="color: #b45f06;"><b>Fikh Akbar, Fikh Absat, Kitab Ilm</b></i> dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dalam isu sifat-sifat Allah, Abu Mansur menambah dengan sifat-sifat maknawiyah iaitu sifat yang menjadi penguat kepada sifat Ma’ani beserta sifat-sifat Madani.Jika mengikut method Imam Abu Hassan Al-Asy'ari ianya 13 sifat, tetapi jika mengikut method Imam Abu Mansur pula, maka jadilah ia <b style="color: red;">20 sifat</b>. Atas dasar untuk meraikan kedua-dua ulama ini, maka pakailah kita kedua-duanya dan inilah dia 7 sifat maknawiyah yang ditambah Imam Abu Mansur Al-Maturidi :-</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b>BIL : 14<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">QOODIRUN</span><br />
MAKNA : Maha Kuasa<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah atau tidak berkuasa.<br />
<br />
BIL : 15<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">MURIIDUN</span><br />
MAKNA : Menentukan<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya terpaksa atau dipaksa.<br />
<br />
BIL : 16<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">AALIMUN</span><br />
MAKNA : Maha Mengetahui<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil atau tidak mengetahui.<br />
<br />
BIL : 17<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">HAYUUN</span><br />
MAKNA : Hidup<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil pula Allah itu mati.<br />
<br />
BIL : 18<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">SAMI'UN</span><br />
MAKNA : Mendengar<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.<br />
<br />
BIL : 19<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">BASIIRUN</span><br />
MAKNA : Melihat<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu tidak melihat atau buta.<br />
<br />
BIL : 20<br />
SIFAT WAJIB : <span style="color: blue;">MUTAKALLIMUN</span><br />
MAKNA : Maha Berkata-kata<br />
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Taala bisu atau tidak boleh berkata-kata.</b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
<span style="font-size: small;">Abu Mansur Maturidi meninggalkan pusaka ilmu yang banyak selain membela fahaman Ahli Sunnah bagi menghadapi pelbagai fahaman yang menyeleweng. Pusaka ilmunya adalah murid-murid yang ramai dan pengikut-pengikut yang meneruskan ajarannya. Antara murid-muridnya adalah Abu Ahmad Iyad, Abu Qasim Hakim Samarkandi, Abu Hussin Wastaqfani, Abdul Karim bin Musa Inbazadari, Abu Asyimah Abi Lais Bakhari dan lain-lain. Antara pengikut-pengikut yang meneruskan alirannya adalah Sadar Islam Abu Yasir Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim Bazadui, Maimun bin Muhammad Nasfi yang dianggap tokoh sarjana terbesar dalam fahaman ini selepas Abu Mansur. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Adakala sebahagian menganggap mereka adalah kumpulan kecil seperti Syaharsatani dalam fahaman Asya’irah, Najmuddin Abu Hafiz Samarqandi Nasqi, Nuruddin Ahmad bin Muhammad Syobuni, Bukamal bin Yam iaitu sarjana terbilang dalam fahaman Hanafi dan lain-lain lagi.<br />
<br />
Abu Mansur Maturidi juga seperti Abu Hassan Asy’ari yang membawa pembaharuan dalam pengajian akidah. Beliau memasukkan hujah-hujah logik akal semasa menghadapi perkembangan fahaman baru yang timbul pada zamannya. Pada zaman para sahabat dan generasi awal kalangan tabi” in termasuk imam-imam mujtahidin yang pertama lebih bergantung kepada hujah-hujah teks daripada al-Quran dan hadis Nabi Muhammad sahaja.<br />
<br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Diantara Al Maturidy dan Al Asy’ari terdapat beberapa kesamaan dalam hal method dan ushul madzhab. Dalam ushul madzhab terdapat kesamaan antara keduanya dalam masalah sifat-sifat Allah, Kalam, Ru’yatullah, Arsyi, Isytiwa, Af’alul ‘ibad, Murtakibul Kabiroh dan Syafa’at Rasulullah yang semuanya itu merupakan masalah khilafiah diantara firqah-firqah dalam Islam. Bahkan hal itu merupakan tema yang peling penting dalam pembahasan ilmu kalam.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian dalam kancah sejarah Abu Hasan Al-Asy’ari lebih dikenal daripada Abu Mansur Al Maturidy. Padahal hakikatnya baik Al-Asy’ari mahupun Al-Maturidy merupakan dua pembesar Ahli Sunnah Wal Jamaah. Bahkan Al-Maturidy lebih dulu dalam membela aliran Ahli Sunnah Wal Jamaah dibanding dengan Al-Asy’ari. Hal ini berlandaskan Al Maturidy hidup dikalangan Ahlu Al Sunnah dan wafat disana, sedangkan Al Asy’ari baru keluar dari Mu’tazilah berusia 40 tahun. Ketidak terkenalan Al Maturidy dibanding dengan Al Asy’ari dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">• Para Sejarawan tidak mencantumkan pada tarajum-tarajum karangannya. Diantaranya yaitu Ibnu Al Nadim (379 H/987M) yang wafat 50 tahun setelah wafatnya Al Maturidy. Padahal ia mencantum Imam Attahawi dan Imam Al Asy’ari. Demikian pula sejarawan yang lain seperti Ibnu Kholkan, Ibnu Al ‘Amad, Assyafadi, Ibnu Khaldun pun tidak mencantumkannya dalam muqoddimahnya dalam ilmu kalam. Begitu pula Jalaludin Assuyuti tidak mencantumkanya dalam tobaqot al mufassirin, padahal Al Maturidy disamping seorang mutakalim dia juga seorang mufasir.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">• Faktor geografi. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Al Maturidy hidup di Samarkan yang jauh dari Irak yang saat itu merupakan pusat perkembangan Islam dan disaat yang sama Al Asy’ari mulai memperkenalkan ajaran-ajarannya disana.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Asya’irah dan Maturidiyah merupakan dua fahaman Islam yang masih dipegang hingga saat ini, yang kita kenal dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Aliran Maturidyah banyak dianut umat Islam yang bermadzhab Hanafi sedangkan Asy’ariyah banyak dipakai oleh umat Islam Sunni lainnya. </span><br />
<br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-74368463472692302622011-01-23T11:26:00.001+08:002011-01-23T11:31:25.634+08:00MAULIDUR RASUL DI YAYASAN AL-JENDERAMI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8jsb2smGSgTOfykoAOZTpdetfpP1VDFAeLp7uDesLiFpC5DiFoVcPO8jkhRffzUGbP04loWhtDdhgmAK9TB3PaoizlivAaIUpYQ7PwjBW1P385KYzgGlzhagCl_C0s14B-MZHh98RTJQ/s1600/al-jenderami.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8jsb2smGSgTOfykoAOZTpdetfpP1VDFAeLp7uDesLiFpC5DiFoVcPO8jkhRffzUGbP04loWhtDdhgmAK9TB3PaoizlivAaIUpYQ7PwjBW1P385KYzgGlzhagCl_C0s14B-MZHh98RTJQ/s1600/al-jenderami.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">POSTER MAULIDUR RASUL AL-JENDERAMI </b></td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhohDKliN5j0Xp0cI_6lBQsQbZfZXPizFSr2BRv-HzWgrFj-xG5ICIb5M7PiOJZQ8Nn7a3ieGTM22TPiJPDrYX41CeVjBLtZak-M7TFuEYoJTKdtqfNxbyiJF8XwfL2CofyNP7BzK0PFRA/s1600/al-jenderami-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhohDKliN5j0Xp0cI_6lBQsQbZfZXPizFSr2BRv-HzWgrFj-xG5ICIb5M7PiOJZQ8Nn7a3ieGTM22TPiJPDrYX41CeVjBLtZak-M7TFuEYoJTKdtqfNxbyiJF8XwfL2CofyNP7BzK0PFRA/s1600/al-jenderami-2.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">TENTATIF MAULIDUR RASUL AL-JENDERAMI</b></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>Untuk maklumat lanjut, sila hubungi:</b></span></div><div style="color: #38761d; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>Yayasan Al-Jenderami</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><b>Email</b>:</b></span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b> <span style="color: blue;"> info@aljenderami.com.my</span></b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><b> </b><b>Tel</b>: +603-87680200</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><b> Fax</b>: +603-87680201</b></span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><a href="http://www.aljenderami.com.my/aljenderami/"><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;"><b>http://www.aljenderami.com.my/aljenderami/</b></span></a><br />
<br />
<br />
</div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-70874473279107960452011-01-22T10:09:00.000+08:002011-01-22T10:09:25.819+08:00GURU SHEIKH MUHAMMAD FUAD KAMALUDDIN AL-MALIKI AL-AHMADI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGoomAEOkm_CFzJJ-X8szYKrxxEhn0zkEP5oOh9ez5OThgAgarQzL2_Bnp3JLvbAA8uLZ9SNPlcVypMIbSeivQVQ6T6MWKKihBBoMySjlcXnha8WK4SbuccO1xU3Qnmf7FZCUlGcaaI28/s1600/syfuad.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGoomAEOkm_CFzJJ-X8szYKrxxEhn0zkEP5oOh9ez5OThgAgarQzL2_Bnp3JLvbAA8uLZ9SNPlcVypMIbSeivQVQ6T6MWKKihBBoMySjlcXnha8WK4SbuccO1xU3Qnmf7FZCUlGcaaI28/s1600/syfuad.jpg" /></a></b></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><span style="color: blue;">SYEIKH MUHAMMAD FUAD KAMALUDDIN AL-MALIKI AL-AHMADI</span></b></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Syeikh Muhammad Fuad al Maliki juga memilik keistimewaan yang tidak dikongsi oleh kebanyakan insan yang lain. Beliau amat dikasihi oleh para gurunya dan perkara ini dibuktikan dengan perhatian khusus yang diberikan oleh para masyayikh terhadapnya. Nikmat ini adalah sebesar-besar nikmat yang tidak dikongsi oleh beliau dengan rakan-rakannya yang lain. Kasih para masyayikhnya yang mendalam ini telah banyak memberikan kekuatan serta memandu kehidupan beliau.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Setiap ulama’ dari serata dunia Islam sama ada yang ditemuinya di luar negara mahupun yang datang menziarahinya di Malaysia, akan menyatakan hasrat mereka untuk mengambil beliau sebagai muridnya. Begitu juga mereka berharap agar anak-anak murid beliau dapat melanjutkan pengajian di madrasah-madrasah yang diasaskan oleh mereka sama ada Makkah, Syria, Yaman dan lain-lain lagi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara para masyayikh yang telah banyak mencurahkan ilmu, nasihat, sanad dan ijazah kepada beliau ialah:</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DARI MESIR</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ABDULLAH AL SYURA. Di antara kitab yang dipelajari daripadanya ialah Tuhfah al Murid ‘ala Jauharah al Tauhid, Syarah Ibni ‘Aqil dan Kifayah al Akhyar di rumahnya pada setiap pukul enam pagi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH MAHMUD AL ADAWI, Imam Besar Masjid Syeikhah Sobah di Tanta, Mesir – Iqaz al Himam fi Syarh al Hikam, Qalyubi wa ‘Umairah, al Hawi li al Fatawi, Qatr al Nada wa Bal al Soda dan Syuzur al Zahab di Pejabat Masjid Syeikhah Sobah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH HUSAIN AL DARWISYI– Syeikh Muhammad Fuad al Maliki belajar kitab Kifayah al Akhyar di Pejabat Fatwa Masjid Sayyid Ahmad al Badawi. Di sinilah, Syeikh Muhammad Fuad al Maliki bergaul dengan ulama’ al Azhar dan mengetahui selok belok mengeluarkan fatwa. Jika Syeikh Husain mempunyai suatu urusan dan tidak dapat mengajar, maka beliau akan menyuruh rakan-rakannya dari kalangan syeikh-syeikh yang lain supaya mengajar Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau amat menyayangi Syeikh Muhammad Fuad al Maliki. Setelah selesai belajar, Syeikh Muhammad Fuad al Maliki menghadiahkan kepadanya sagu hati dan manis-manisan sebagai tanda terima kasih seorang murid. Namun, beliau tidak menerimanya dan mengembalikan semula pemberian tersebut. Beliau hanya menerimanya setelah didesak oleh Syeikh Muhammad Fuad al Maliki tetapi diserahkannya semula kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dan kemudian mengucup dahi Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sebagai tanda kasihnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH WAJIHUDDIN AL TURKI. Beliau berasal dari Turki tetapi keluarganya berpindah ke Tonto, Mesir selepas kejatuhan Empayar Uthmaniah. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki mempelajari kitab Tuhfah al Murid ’ala Jauharah al Tauhid dengannya di rumah yang disewa oleh Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH MUHAMMAD IBRAHIM AL ASYMAWI. Beliau belajar kitab al Tuhfah al Saniyyah fi Syarh Matan al Ajrumiah dan mempelajari ilmu I’rab di Masjid Sayyid Ahmad al Badawi dan Masjid Syeikhah al Sobah dengannya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. ALI JUMA’AH, Mufti Kerajaan Mesir – Sohih Muslim dan Jam’u al Jawami’ di Masjid al Azhar.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ABDUL GHANI IBN SOLEH AL JA’FARI. Beliau mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki Tariqat al Ja’fariah al Ahmadiah al Muhammadiah dan sanad ayahandanya, Imam Besar Masjid al Azhar, Syeikh Soleh ibn Muhammad al Ja’fari. Beliau juga telah menghadiahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki tasbih, sajadah dan kopiah ayahandanya, Syeikh Soleh al Ja’fari.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. JUDAH AL MAHDI AL HUSAINI. Beliau merupakan Naib Rektor al Azhar. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki belajar daripadanya secebis daripada Tafsir Fakhruddin al Razi dan ilmu Tasawwuf. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki juga telah diijazahkan dengan sanad-sanad ilmu dan mengambil ba’iah Tariqat al Naqsyabandiah daripadanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ABDUL SALAM ABU AL FADHL AL HASANI– Beliau telah mentalqinkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki zikir Tariqat al Syazuliyyah dan Hizib al Bahr.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau merupakan seorang auliya’ Allah yang hebat dan mempunyai kasyaf yang tajam pada ketika itu. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki menceritakan, semasa pergi mengerjakan solat Jumaat bersama rakan-rakannya, salah seorang daripada mereka tidak mengerjakan solat Subuh. Dengan ketajaman kasyaf yang dimilikinya, beliau tiba-tiba memotong tajuk asal khutbahnya dan masuk kepada tajuk Kepentingan Solat Subuh.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. AHMAD UMAR HASYIM, Mantan Rektor al Azhar. Beliau telah mentalqinkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki tiga buah hadith berkaitan rahmah dan belas kasihan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau juga mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad sanad-sanad ilmu yang beliau terima daripada Syeikh Muhammad Yasiin ibn Isa al Fadani, Sayyid Muhammad ibn Alawi al Maliki, Imam al Akbar Dr. Abdul Halim Mahmud dan lain-lain. Beliau juga tidak ketinggalan mengijazahkan Syeikh Muhamad Fuad al Maliki segala kitab karangannya terutama syarah Sahih al Bukhari yang bertajuk Faidh al Bari sebanyak 15 jilid.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL MUHADDITH DR. MAHMUD SA’ID MAMDUH, Penyelidik di Pusat Penyelidikan Islam Dubai. Beliau telah menulis ijazah untuk Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dan telah memunawalahkan kitabnya yang bertajuk al Ta’rif sebanyak 6 jilid, al Bayan yang mensyarahkan al Muhazzab karangan Imam al Syairazi dan kitab-kitab lain. Beliau juga telah menasihati Syeikh Muhammad Fuad al Maliki supaya menguasai bahasa Arab dengan sedalam-dalamnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID MUSTAFA IBN AHMAD AL SYARIF AL HASANI. Beliau ialah Syeikh Tariqat al Ahmadiah al Idrisiyyah di Mesir. Menetap di Darau Aswan, Selatan Mesir. Penduduk di sana memanggil beliau dengan gelaran Abu Hasyim yang bermaksud ayah yang suka menjamu makanan kerana beliau bersifat sangat pemurah kepada faqir miskin dan sentiasa membantu kehidupan mereka. Beliau telah memakaikan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dengan Khirqah Sufi, dengan sanadnya daripada ayahandanya Sayyid Ahmad al Syariif, daripada Sayyid Muhammad al Syariif, daripada Sayyid Abdul ‘Ali daripada Sayyid Ahmad ibn Idris al Hasani. Beliau juga mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki segala karangan murid-murid Sayyid Ahmad ibn Idris terutamanya karya-karya Sayyid Uthman al Mirghani.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID MA’MUN IBN SAYYID ABDUL QADIR AL HASANI. Beliau ialah Syeikh Tariqat al Ahmadiah di Kaherah dan beliau sentiasa mengadakan majlis Hadharah di Masjid Sayyiduna Husain.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID IDRIS IBN SAYYID MUSTAFA AL HASANI. Beliau telah memakaikan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki Khirqah Sufi dan menggelarkannya dengan al Ahmadi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID IDRIS IBN ABDUL RAHIM AL IDRISI, Khadam Masjid Sayyid Ahmad di Zainiyyah, Luxor, iaitu tempat Sayyid Ahmad ibn Idris pernah menerima Tahlil Khusus daripada Rasulullah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL MUHADDITH SYEIKH MUHAMMAD IBN IBRAHIM AL KATTANI. Beliau merupakan seorang muhaddith di negara Mesir. Dr. Umar Abdullah Kamil berkata mengenainya, “Saya tidak pernah bertemu dengan orang yang sealim beliau di dunia ini. Kebanyakan kandungan syarahannya tidak terdapat di dalam kitab-kitab kerana ilmunya diambil terus daripada Allah.” Beliau pernah menyatakan, bahawa beliau menjadi sedemikian setelah bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah memberikannya kitab karangan Syeikh Yusuf ibn Ismail al Nabhani yang bertajuk Hujjah Allah ‘ala al ‘Alamin. Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Semoga Allah membuka ke atas kamu segala sesuatu.”</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau mempunyai ramai guru; di antaranya ialah ayahandanya sendiri, Syeikh Ibrahim ibn Abdul Ba’ith. Beliau mengambil Tariqat al Syazuliyyah daripada ayahandanya ini. Di antara gurunya yang lain ialah Syeikh Soleh ibn Muhammad al Ja’fari, Imam Masjid al Azhar. Daripada Syeikh Soleh beliau mengambil Tariqat al Ahmadiah al Idrisiah. Beliau pernah menceritakan pengalaman dengan gurunya ini kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dengan menyatakan bahawa beliau pernah pergi ke majlis pengajian Syeikh Soleh untuk meminta ijazah Hizib al Saifi. Namun, beliau merasa rendah diri untuk memintanya. Tetapi, tiba-tiba Syeikh Soleh berkata kepada ahli majlis pengajiannya bahawa Hizib Saifi ini telah diijazahkan kepada semua keturunan Sayyiduna Ali t. Dengan perkataan Syeikh Soleh itu, bererti beliau telah mendapat ijazah tersebut kerana beliau adalah dari keturunan Sayyiduna Husain.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara gurunya juga ialah Abu al Faidh al Kattani. Daripada gurunya ini, beliau mengambil Tariqat al Kattaniah yang dengannya beliau dinisbahkan dengan gelaran al Kattani.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara gurunya juga ialah al Muhaddith Syeikh Abdullah Siddiq al Ghumari. Pada suatu ketika dulu, beliau pernah belajar bersama-sama Dr. Ali Jum’ah yang merupakan Mufti Mesir sekarang ini, dengan Syeikh Abdullah al Ghumari. Semasa belajar, beliau sering membetulkan bacaan Dr. Ali Jum’ah yang salah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara gurunya lagi, iaitu sanad beliau yang tertinggi ialah al Musnid Syeikh Abdul Hayy al Kattani. Daripada gurunya ini, beliau meriwayatkan kitab sanadnya yang bertajuk Fahras al Faharis yang di dalamnya mengandungi senarai 700 orang gurunya. Beliau adalah antara guru yang amat dikasihi oleh Syeikh Muhammad Fuad al Maliki, begitu jugalah beliau. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki telah membaca kesemua kandungan kitab Jiyad al Musalsalaat karangan Imam Sayuti, al Iqd al Thamin karangan Imam al Ajluni t, Manzumah Aqidah Awam karangan Imam al Marzuqi, Matan Mustalah hadith al Imam al Baiquni dan sebahagian daripada Syamail al Muhammadiyyah Imam al Tirmizi dan Hikam Ibni Ata’illah al Sakandari dengannya. Beliau telah menulis ijazah khusus untuk Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sebanyak dua kali.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH USAMAH SA’ID. Beliau telah meriwayatkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki Hadith Musalsal bi al Awwaliyyah dan Membaca surah al Saf.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">PROF. DR. SA’AD JAWISH. Beliau ialah seorang profesor hadith di Universiti al Azhar dan telah menulis ijazah khusus kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL ALLAMAH SYEIKH ISMAIL IBN SODIQ AL ‘ADAWI, Imam Jami’ al Azhar. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki amat terkesan dengan ilmu-ilmu dan khutbah Jumaat yang disampaikan oleh beliau di Masjid al Azhar dan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sentiasa melaziminya. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah menegaskan, beliau merasakan zauq dan wujdan apabila mendengar khutbahnya kerana khutbahnya adalah ilham daripada Allah. Kenapa tidak beliau dianugerahkan nikmat sedemikian kerana beliau merupakan cucu kepada Abi al Barakat al Dardir. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki juga pernah mendengar pengajaran kitab al Syamail al Muhammadiah daripadanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL MUHADDITH AL MU’AMMAR SYEIKH SA’AD BADRAN. Beliau telah meriwayatkan Hadith Musalsal bi al Awwaliyyah kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dan mengijazahkan sanadnya yang tinggi di rumahnya di Dumyat Mesir. Beliau meriwayatkannya daripada syeikhnya, Abi al Nasr al Qauqaji, daripada ayahandanya Abi al Mahasin al Qauqaji, daripada al Sayyid ‘Abid al Sindi dengan sanadnya yang sampai hingga kepada Rasulullah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Begitu juga Syeikh Abi al Nasr al Qauqaji meriwayatkan daripada al Syeikh Muhammad ibn Ahmad Yusuf al Bahi al Misri al Maliki al Azhari, daripada al Hafiz al Sayyid Abi al Fadhl Muhammad Murtadha al Zabidi dengan sanadnya yang sampai kepada Rasulullah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL MUHADDITH AL SUFI SYEIKH AHMAD IBN DARWISH. Beliau merupakan anak angkat kepada al Muhaddith Sayyid Abdullah al Ghumari t. Beliau telah digelar dengan al Sufi oleh Syeikhnya. Setengah dari kalangan ahli sufi mengatakan bahawa beliau adalah di antara abdal pada zaman ini. Beliau telah diijazahkan oleh Syeikh Abdullah Siddiq al Ghumari, mantan Mufti Mesir Syeikh Hasanain Makhluf, Muhaddith negara India Syeikh Habib al Rahman al A’zami dan lain-lain lagi. Beliau telah meriwayatkan Hadith Musalsal bi al Awwaliyyah dan mengijazahkan segala ijazah dan sanadnya kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki. Beliau juga telah mengijazahkan Tariqat al Syazuliyyah al Siddiqiyyah dan Salawat Dalail al Khairaat dan meminta Syeikh Muhammad Fuad al Maliki mengadakan majlis bacaan salawat tersebut di madrasahnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">MAKKAH AL MUKARRAMAH</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. SAYYID MUHAMMAD IBN ‘ALAWI AL MALIKI. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah belajar dengannya kitab Nasaih al Diniyyah, Sahih al Bukhari, Sunan Abi Daud, Fath al Mughith, Tafsir Ibnu Kathir, al Fawaid al Jalilah fi Musalsalat dan meriwayatkan daripadanya semua hadith Musalsal yang terdapat di dunia dan lain-lain. Beliau juga telah mengijazahkan Tariqat al Ahmadiah al Idrisiah kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki, memakaikannya Khirqah Sufi dan memberikannya bai’ah yang tidak diberikan kepada semua orang melainkan hanya kepada segelintir daripada murid-muridnya dan mengamanahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki supaya menjadi khalifahnya. Beliau juga memberikan kepercayaan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki untuk menterjemah dan menerbitkan kitab-kitab karangannya. Bahkan, beliau juga telah memberikan bantuan moral dan material kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki untuk membangunkan madrasahnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID AHMAD IBN MUHAMMAD AL MALIKI. Beliau merupakan khalifah ayahandanya yang telah membai’ah dan memakaikan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dengan Khirqah Sufi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR.UMAR ABDULLAH KAMIL. Beliau telah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki segala kitab karangannya dan juga kitab sanadnya yang bertajuk al I’lam bi Ijazah al A’lam. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki mempunyai hubungan yang rapat dengan beliau sehingga ke hari ini mereka sering berhubungan bagi mengadakan muzakarah ilmu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Syeikh Ali Qaddur al Madani. Beliau berketurunan Sayyid Ahmad al Rifa’i dari sebelah ayahandanya dan Sayyid Abdul Qadir al Jailani dari sebelah bondanya. Beliau telah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki segala ilmu zahir dan batin termasuk Tariqat al Rifa’iyyah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Al Habib Umar Hamid al Jailani. Beliau ialah keturunan Sayyid Abdul Qadir al Jailani. Beliau telah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki Hadith Musalsal bi al Awwaliyyah dan kitab sanad Mufti Johor al Habib Alawi Tahir.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DUBAI</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. ISA IBN ABDULLAH IBN MANI’ AL HIMYARI, Menteri Waqaf Dubai. Beliau menegaskan bahawa Syeikh Muhammad Fuad al Maliki merupakan orang pertama yang diijazahkan olehnya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL ALLAMAH DR. AHMAD MUHAMMAD NUR SAIF, Pengerusi Pusat Penyelidikan Islam Dubai. Beliau pernah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki hadith Musalsal bi al Awwaliyah.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYRIA</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. MUHAMMAD MUTI’ IBN MUHAMMAD WASIL AL HAFIZ AL DIMASYQI, Pentashih al Quran di Kementerian Waqaf, Dubai. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah menerima hadith Musalsal bi al Awwaliyah, Musafahah dan Munawalah Subhah dan lain-lain daripadanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. KHALAF MUHAMMAD AL MUHAMMAD AL HALABI. Beliau mengijazahkan sanad yang diterimanya daripada Syeikh Muhammad Yaasiin al Fadani kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH HUSAIN SO’BIYYAH. Beliau adalah syeikh di Dar al Hadith al Asyrafiyyah, Damsyiq, tempat di mana Imam Nawawi pernah menjadi syeikh. Beliau telah meriwayatkan hadith Musalsal bi al Awwaliyyah dan mengijazahkan ijazah-ijazah yang diterima daripada guru-gurunya kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">YAMAN</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ALI HAMID AHMAD ABDUH HASAN QASIM AL SO’FANI AL MAKKI AL YAMANI, Ahli Majlis Fatwa Kementerian Waqaf Dubai. Beliau telah menggelarkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dengan al Ariif billah (orang yang kenal Allah). Beliau pernah mengatakan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki, “Apabila guru-guru kamu telah mengasihi kamu, maka akan dibukakan segala kefahaman ilmu ke dalam dada kamu.”</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">HABIB UMAR IBN MUHAMMAD IBN SALIM IBN HAFIZ, Mudir Dar al Mustafa. Beliau telah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sebanyak tiga kali dan juga meriwayatkan hadith Musalsal bi al Awwaliyyah, Musafah dan Musyabakah kepadanya. Beliau juga mengijazahkan kepadanya secara khusus kitab Iqaz al Himam fi Syarh al Hikam, Syarah Hikam Syeikh Zarruq dan Syarah Hikam Syeikh Abdul Majid al Syurbuni supaya Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dapat mengambil faedah daripadanya dalam urusan dakwah. Beliau juga mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki untuk keluar berdakwah dan mengajar umat.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">HABIB ALI AL JUFRI, Naib Mudir Dar al Mustafa. Beliau telah meriwayatkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki Musalsal bi al Awwaliyyah dan Talqim serta mengijazahkannya</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SUDAN</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID MUSTAFA IBN IDRIS AL HASANI</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID IBNU IDRIS AL HASSAN AL IDRISI</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">PROF. DR. SAYYID ABDUL WAHHAB AL TAZI AL IDRISI, Pensyarah di Universiti Islam Madinah al Munawwarah. Beliau telah memakaikan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki al Khirqah al Sufiyyah</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID AHMAD IBN IDRIS AL HASANI. Beliau menetap di Dunqala Sudan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID MUHAMMAD IBN IDRIS AL HASANI. Beliau ialah Syeikh Tariqat Idrisiyyah al Ahmadiyyah dan menetap di Khartum sebagai khalifah ayahandanya Sayyid Idris al Idrisi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID MUJADDIDI AL HASAN AL IDRISI. Beliau menetap di Khartum sebagai khadam di Masjid ayahandanya Sayyid Hasan al Idrisi.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">MOROCCO</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">PROF. DR. FAROUQ HAMADAH. Beliau telah meriwayatkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki hadith Musalsal bi al Awwaliyyah</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">DR. MUHAMMAD IBN KIRAN. Beliau telah meriwayatkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki hadith Musalsal bil Awwaliyyah dan telah menulis ijazah khusus untuknya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUNISIA</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL ‘ALLAMAH SYEIKH MUKHTAR AL SALAMI. Beliau pernah menjawat jawatan sebagai Mufti Tunisia selama 13 tahun. Beliau telah meriwayatkan hadith Musalsal bil Awwaliyyah dan mengijazahkan segala kitab karangan dan amalannya kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">MALAYSIA</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU HAJI IBRAHIM BIN DAHAN– Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah belajar dengannya kitab Matla’ al Badrain, Hikam Ibni `Atoillah, Dur al Nafis, Minhaj al Abidin, Furu’ al Masail, Aqidah al Najiin, Sair al Salikin, Ahzab dan Aurad Sayyid Ahmad ibn Idris al Hasani dan lain-lain lagi. Beliau merupakan ‘Guru Saka’ di daerah Rembau yang banyak mendukung Syeikh Muhammad Fuad al Maliki. Beliau pernah mengambil cuti mengajar untuk menghadiri ceramah pertama Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sempena sambutan Maulid Nabi di Masjid Nerasau, Rembau dan menjemput Syeikh Muhammad Fuad al Maliki menyampaikan syarahan Maulid Nabi di madrasahnya, Madrasah al Islamiah Haji Ibrahim, Kampung Bongek Acheh, Rembau.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau belajar ilmu Falak daripada Tuan Guru Haji Wan Sulaiman bin Wan Sidiq (Syeikh al Islam Kedah) dan pernah berguru dengan Allahyarham Tok Kenali. Di antara kitabnya yang terkenal ialah Kitab Nur al Aulad dan beliau bertanggungjawab menyusun Taqwim Solat yang digunapakai di Negeri Sembilan, Melaka dan Selangor serta beberapa negeri lain sehingga ke hari ini. Beliau telah mengamanahkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki menyambung kuliah hari Rabu selepas pemergiannya pada 3 Ogos 1997.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU HAJI ABDUL WAHID BIN UTHMAN– Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah belajar dengannya kitab Riyadh al Solihin, Tahzib Atraf al Hadith, Hikam Ibni Ato’illah, Tafsir al Quran dan lain-lain.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU MURSYID DIRAJA DATO’ HAJI TAJUDDIN IBN ABDUL RAHMAN– Beliau berasal dari Hadhramaut dan menjadi Pengerusi Majlis Fatwa Kebangsaan sebelum kewafatannya. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah belajar daripadanya ilmu Tauhid, Feqah, Usul Feqh dan ilmu Tasawwuf iaitu kitab Minhaj al Abidin. Beliau pernah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dengan ijazah yang tidak pernah diijazahkannya kepada muridnya sebelum itu.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beliau sangat mengasihi Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dan banyak memberikan galakan kepadanya. Beliau mengiktiraf keilmuan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki dan memberitahu kepada orang ramai bahawa Syeikh Muhammad Fuad al Maliki adalah seorang ulama’ besar.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU DATO’ ABDULLAH BIN SIJANG, bekas Qadhi Daerah Port Dickson. Beliau pernah mengijazahkan Tariqat Ahmadiah yang diterimanya daripada Tok Syafi’i dan sanad hadith yang diterimanya daripada Syeikh Hasan Masysyat di Makkah al Mukarramah kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki. Sebelum kewafatannya, beliau pernah mentalqinkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki beberapa ilmu hikmah, kaifiat muraqabah dan fidyah orang mati.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU DATO’ HJ. NAWAWI BIN HASAN- Beliau pernah mengajar Syeikh Muhammad Fuad al Maliki ilmu Nahu; Nahu Wadhih dan Matan al Fiyyah di Ma’had Ahmadi Gemencheh</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAHIBUS SAMAHAH DATO’ HASAN BIN SAIL, bekas Mufti Kerajaan N.Sembilan. Beliau pernah mengajar Syeikh Muhammad Fuad al Maliki kitab Hidayah al Sibyan di Surau Kg. Tengah, Rembau, N. Sembilan.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU SYEIKH ABDULLAH BIN ABDUR RAHMAN, Mudir Pondok Lubuk Tapah, Kelantan. Beliau pernah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sanad yang diterimanya daripada Syeikh Yasin ibn Isa al Fadani al Hasani, Syeikh Abdul Qadir al Mandili, Sayyid Alawi ibn Abbas al Maliki dan mengijazahkan Tariqat Ahmadiah kepadanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU HAJI AHMAD BIN MUHAMMAD AJI. Beliau merupakan murid kepada Syeikh Ahmad, Mufti Kerajaan Negeri Sembilan dan Tuan Guru Haji Husin Langgar Kedah. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pernah belajar beberapa buah kitab karangan al Marhum Syeikh Ahmad t daripadanya di Masjid Semerbok Rembau, N.Sembilan. Tetapi, apabila Syeikh Muhammad Fuad al Maliki pulang dari al Azhar, beliau pula datang belajar dengannya kitab Syarah Hikam karangan Syeikh Ibnu ‘Ubbad dan kitab hadith Zad al Muslim karangan Syeikh Habib Allah al Syanqiti. Beliau menegaskan bahawa tiada lagi orang alim di Rembau kecuali Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">INDONESIA</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ABDUL HAMID AL MAKKI. Beliau telah mengijazahkan dan meriwayatkan hadith Musalsal bi al Awwaliyyah kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH ABDUL KARIM AL BANJARI AL MAKKI. Syeikh Muhammad Fuad al Maliki kerap menghadiri majlis pengajiannya yang terletak di Masjid al Haram. Di antara kitab yang pernah dipelajari daripadanya ialah Kitab Dalil al Falihin dan beliau telah mengijazahkan secara khusus kitab sanad al Maslak al Jali kepadanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">AL HABIB SOLEH AL ‘AIDARUS. Beliau ialah murid Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi al Maliki.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SINGAPURA</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">TUAN GURU HAJI ABDUL RASHID BIN SYEIKH HAJI MUHAMMAD SA’ID – Matla’ al Badrain dan Sair al Salikin. Orang pertama yang mengijazahkan Tariqat Ahmadiah kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki sewaktu berusia 8 tahun.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SYEIKH AHMAD SONHAJI. Beliau telah mengijazahkan Syeikh Muhammad Fuad al Maliki kitab tafsirnya yang masyhur, ‘Ibra al Athir di Majlis Agama Islam Singapura ketika beliau menghadiri majlis ceramah Syeikh Muhammad Fuad al Maliki di sana.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">SAYYID AHMAD SEMAIT. Beliau telah mengijazahkan kepada Syeikh Muhammad Fuad al Maliki semua kitab karangan dan terjemahannya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>Sumber : http://pondokhabib.wordpress.com</b></span></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-39574667095206530092011-01-22T09:43:00.003+08:002011-01-22T10:15:28.911+08:00SHEIKH MUHAMMAD FUAD KAMALUDDIN AL-MALIKI AL-AHMADI<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmx6wMSO3_zFPuiJzzqLXrutGcJMy53MlQd5GoZjgwpMlFI9g4lmxbA5VgYUlP8NU5dHAHDqhL7AMiaoDy439NiwFIUazZq01u5nIxoXVaPZZx2CJmBK_y80KL9mbzvkelNHfMqp5wuE1A/s1600-h/syfuad.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334735988444067522" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmx6wMSO3_zFPuiJzzqLXrutGcJMy53MlQd5GoZjgwpMlFI9g4lmxbA5VgYUlP8NU5dHAHDqhL7AMiaoDy439NiwFIUazZq01u5nIxoXVaPZZx2CJmBK_y80KL9mbzvkelNHfMqp5wuE1A/s320/syfuad.jpg" style="display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 220px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">SHEIKH MUHAMMAD FUAD KAMALUDDIN AL-MALIKI AL-AHMADI</b></td></tr>
</tbody></table><span style="font-weight: bold;"></span>Beliau merupakan anak jati Negeri Sembilan yang berasal dari Kampung Chenong Chengkau Rembau Negeri Sembilan Darul Khusus. Dilahirkan pada 16 September 1974 dan merupakan anak kelahiran pertama di kampungnya. Oleh itu, gelaran al Rembawi dinisbahkan kepada daerah kampungnya Rembau. Gelaran Ahmadi pula dianugerahkan oleh gurunya Sayyid Idris ibn Sayyid Mustafa al Hasani. Manakala gelaran al Maliki pula dianugerahkan oleh gurunya Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi al Maliki al Hasani RA yang menisbahkan beliau kepada nama keluarganya al Maliki setelah menganggap beliau sebagai anaknya.<br />
<br />
Di dalam bidang feqah, beliau bermazhab Syafi'i. Manakala di dalam bidang tauhid beliau berpegang dengan methodologi Imam Abu Hasan al Asy’ari RA dan Imam Abu Mansur al Maturidi RA. Manakala di dalam bidang tasawwuf beliau berpegang dengan manhaj tasawwuf Imam Junaid al Baghdadi RA.<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">SIFAT-SIFATNYA</span></div><br />
Beliau paling sukar menolak permintaan atau pertolongan yang diadukan kepadanya. Semasa masih menuntut, beliau sering memberikan pinjaman wang kepada sahabat-sahabatnya yang memerlukan dan menyara perbelanjaan harian rakan serumahnya.<br />
<br />
Begitu juga sekiranya diundang untuk mengajar atau mengadakan ceramah di mana-mana, beliau merasa bersalah sekiranya menolak permintaan jemputan ahli jawatan kuasa surau atau masjid atau pihak tertentu yang mengundangnya. Justeru, sekiranya terdapat halangan yang tidak dapat dielakkan yang menyebabkan beliau terpaksa menolak sesuatu undangan, beliau hanya menyuruh wakilnya sahaja memberitahu hal tersebut.<br />
<br />
Seorang yang berjiwa lemah lembut. Beliau tidak suka berdebat sekiranya ada orang yang mempertikainya atau mengada-ngadakan cerita di belakangnya. Malah beliau lebih suka mengambil sikap berdiam diri sehingga orang tersebut berhenti daripada perbuatannya.<br />
<br />
Atas rasa tanggungjawab, beliau banyak menghabiskan masanya untuk mengisi dada anak-anak muridnya dengan ilmu dan kekuatan rohani. Seringkali beliau mengorbankan masa bersama isteri dan anak-anak untuk bersama-sama anak-anak muridnya mencurahkan ilmu dan berbincang tentang permasalahan mereka. Beliau juga sering mengorbankan masa rehatnya demi manfaat orang-orang yang memerlukan untuk berjalan menuju kepada Allah.<br />
<br />
Beliau tidak akan menyembunyikan kebenaran tentang sesuatu ilmu sekalipun kebenaran itu tidak secocok dengan kehendak nafsunya kerana amanah ilmu yang wajib dijaga sebagaimana yang sering diwasiatkan oleh guru-gurunya.<br />
<br />
Sering merendahkan diri dan tidak suka menonjolkan diri dan diberikan jawatan. Oleh itu, beliau menolak jawatan dan kedudukan yang diberikan kepadanya kerana menganggap dirinya tidak layak.<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">PENDIDIKAN AWAL DAN KETOKOHANNYA SEMENJAK KECIL</span></div><br />
Beliau mendapat pendidikan awal di Sekolah Rendah Kebangsaan Penajis, Rembau hingga darjah enam dan kemudian menyambung pengajiannya di peringkat Menengah di Sekolah Menengah Agama Persekutuan Labu Negeri Sembilan.<br />
<br />
Semenjak kecil beliau gemar menghadiri majlis-majlis zikir dan sering menghadiri majlis tersebut yang dipimpin oleh Tuan Haji Rasyid bin Syeikh Haji Muhammad Sa’id di kampungnya. Dengan bimbingannya, beliau telah mengambil ijazah daripada gurunya itu semasa berumur 8 tahun hingga pentarbiahan tasawwuf telah sebati dalam darah dagingnya. Oleh itu, tidak hairanlah beliau begitu kuat menjaga dan mempertahankan kesucian ilmu tasawwuf dan mengenengahkan ia dalam pengajarannya.<br />
<br />
Kegemarannya semasa kecil ialah mendengar sesi pengajaran dan ceramah agama, bertemu dengan ulama’ dan menghidupkan Sunnah Rasulullah SAW. Beliau begitu gemar memakai serban dan akan menangis jika bapanya tidak membawanya bersembahyang jemaah di masjid. Sebelum baligh lagi, beliau telah mula menjadi imam solat Tarawih di kampungnya. Tidak hairanlah masyarakat sering mengatakan bahawa keilmuan dan keperibadiannya tidak sebanding dengan usianya.<br />
<br />
Semasa berusia 8 tahun, beliau telah meminta bapanya menghantar beliau belajar di pondok-pondok pada musim cuti sekolah. Oleh itu, pada musim cuti sekolah, beliau telah dihantar oleh bapanya ke pondok al Nuriyyah Sungai Udang, Melaka untuk belajar agama dan Bahasa Arab. Sekalipun ketika itu usia beliau masih terlalu muda, beliau telah menunjukkan contoh yang baik sama ada dari aspek kelimuan mahupun akhlak kepada murid-murid lain yang kebanyakannya lebih tua daripadanya.<br />
<br />
Beliau belajar dengan cemerlang dan amat memuliakan guru sehingga menjadi murid kesayangan gurunya dan diberi kepercayaan menjadi salah seorang ketua pelajar.<br />
Memandang minat dan kebolehannya yang mendalam dalam pengajian agama dan Bahasa Arab, beliau bercita-cita menyambung pengajiannya di Universiti al Azhar. Selepas menduduki peperiksaan Sijil Rendah Pelajaran (SRP), beliau berpindah ke Maahad Ahmadi satu-satunya sekolah Negeri Sembilan yang menyediakan pengajian Thanawi. Semasa di sana, beliau begitu cemerlang dalam pelajaran Thanawi hinggakan tiada pelajar yang dapat menyainginya. Malah, beliau meminta kepada tenaga pengajar di situ supaya mengadakan kelas pengajian ilmu Nahu di luar waktu sekolah bagi memantapkan lagi penguasaan Bahasa Arabnya. Sebaliknya guru itu sendiri meminta beliau mengajar rakan-rakannya yang lain kerana menaruh kepercayaan yang tinggi kepadanya.<br />
<br />
Namun, setelah dua tahun menuntut ilmu di sana, ilmu yang diperolehinya dirasakan masih terlalu cetek. Selepas menduduki peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM), beliau berpindah ke Madrasah al Nahdah al Hasanah Kedah untuk lebih mendalami pengajian Agama dan Bahasa Arab dengan guru-guru pondok di sana. Di sana, beliau berkesempatan belajar dengan al Marhum Dato’ Mursyid Diraja al ‘Allamah Syeikh Hj. Tajuddin yang merupakan bekas Pengerusi Ahli Majlis Fatwa Malaysia. Sekalipun tidak lama belajar di sana, beliau menjadi murid kebanggaan gurunya dan memperolehi kejayaan yang cemerlang. Ketika berada di Mesir, beliau telah mengutus sepucuk surat kepada Syeikh Tajuddin di dalam Bahasa Arab. Nama dan suratnya disebut dan dibaca oleh Tuan Guru Syeikh Tajuddin dalam perhimpunan sekolah dan menjadi murid contoh kepada pelajar-pelajar yang lain.<br />
<br />
Semasa menziarahi Syeikh Tajuddin setelah tamat pengajian di al Azhar dan membuka sekolah pondok di kampungnya, Syeikh Tajuddin menyatakan perasaan bangganya di atas kejayaan beliau dan jejak langkahnya yang diikuti oleh beliau. Malah Syeikh Tajuddin berpesan kepada beliau supaya mengajar kitab Hikam dan cara-cara amalan seseorang itu diterima Allah dan bukan sekadar mengajar hukum sah dan batal.<br />
<br />
Syeikh Tajuddin juga sempat memberikan kata-kata perangsang kepada beliau agar menguatkan semangat meneruskan usahanya dan memahami segala mehnah yang dihadapinya. Pesannya lagi supaya pengarang berpegang dengan aurad dan ahzab auliya’ serta pergi bertemu dengan para wali Allah. Di atas kepercayaannya, Syeikh Hj. Tajuddin membenarkan pelajar maahad sekolah beliau mengambil peperiksaan bersama dengan sekolahnya.<br />
<br />
Selepas menduduki peperiksaan Sijil Tinggi Agama (STA), beliau menyambung pengajiannya di Mesir ketika berusia 19 tahun. Semasa berada di sana, beliau belajar di Maahad selama setahun dan menyambung pengajiannya di Universiti al Azhar dalam bidang Syariah dan Undang-undang sehingga mencapai kejayaan yang cemerlang dengan keputusan Jayyid Jiddan.<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">KEAZAMAN DAN KERJAYA DAKWAHNYA</span></div><br />
Semenjak masih kecil lagi, beliau telah menanam keazaman untuk menyuburkan dan memeriahkan kampungnya dengan pengajian ilmu dan penghayatan agama. Malah perpecahan dan pertelingkahan yang berlaku di kalangan orang-orang Islam disebabkan perkara-perkara yang remeh temeh, telah banyak memberikan kesedaran dan perangsang kepada beliau untuk bersungguh-sungguh memenuhi dadanya dengan ilmu yang mantap. Apatah lagi, di kampungnya memang telah hidup suasana dan kemeriahan belajar daripada tuan-tuan guru yang mengajar di madrasah dan masjid.<br />
<br />
Setelah pulang ke tanah air, beliau memulakan langkahnya dalam arena dakwah dengan mendirikan madrasah di kawasan tanah milik ibunya di Kampung Chenong dengan modalnya sendiri, sumbangan daripada anggota keluarga dan masyarakat setempat. Bermula dari sini, beliau mengadakan pengajian ilmu agama dan menghidupkan kitab-kitab turath untuk memekarkan lagi aqidah Muslim yang sejati, menyucikan jiwa dari sifat mazmumah dan menghiasi diri dengan sifat mahmudah. Beliau mengadakan pengajian pada setiap hari yang diselangi dengan pengajian dan ceramah di madrasah dan masjid-masjid yang berada di luar qaryahnya.<br />
<br />
Di antara kitab-kitab pengajiannya yang terawal ialah Kitab Tafsir Jalalain, Tafsir Nurul Ihsan, Sohih Bukhari, Mukhtasar Ibnu Abi Jamrah, Syifa’ bi T’rif Huquq al Mustofa, Syamail al Muhammadiah, Riyadh al Solihin, al Azkar Imam Nawawi, Nasoih al Diniyyah wal Wasoya al Imaniyyah, Sair al Salikin, Minhaj al Abidin, Munyah al Musolli, Hidayah al Salikin dan lain-lain lagi.<br />
<br />
Sekalipun banyak rintangan dan halangan yang dihadapi dalam medan dakwahnya, semangatnya tidak pernah luntur berkhidmat untuk agama, bangsa dan negara. Setahun selepas itu, atas permintaan masyarakat setempat, beliau mengorak selangkah lagi membentuk kader-kader yang bakal meneruskan perjuangannya mempertahankan kesucian agama dan aqidah yang sejajar dengan prinsip Ahli Sunnah wal Jama’ah.<br />
<br />
Maka pada bulan April 1998, dengan dibantu oleh rakan-rakan seperjuangan dan penduduk setempat, beliau telah mengasaskan sekolah Menengah Agama Rakyat yang dinamakan Maahad At Taufiqi Dato’ Abdullah. Memandangkan, dana yang tidak mencukupi, maka pengajian sekolah tersebut beroperasi di madrasah dan seramai 16 orang perintis ditempatkan di asrama yang terletak di tingkat bawah madrasah dan di rumah sewa. Selepas hampir 5 tahun sekolah tersebut beroperasi di sekolah tumpangan sementara, bilangan pelajar bertambah menjadi 105 orang di bawah bimbingan 10 orang tenaga pengajar yang terdiri dari mahasiswa lepasan al Azhar, universiti tempatan dan guru-guru yang berpengalaman.<br />
<br />
Sekalipun belum memiliki bangunan sendiri, Maahad ini telah mencapai kejayaan yang boleh dibanggakan dengan menghantar seramai 16 orang pelajar keluarannya ke Universiti al Azhar.<br />
<br />
<br />
Sekalipun tidak terkenal dengan bangunannya yang indah dan luas, Surau al Taufiqi al Husaini cukup dikenali oleh insan-insan yang dahagakan ilmu dan pentarbiahan. Malah, madrasah ini sering dikunjungi oleh ulama’ yang terkenal. Semenjak penubuhannya, lebih 10 orang ulama’ dari dalam dan luar negeri telah berkunjung ke madrasah ini untuk bersama-sama menyampaikan ilmu dan berbincang tentang dunia Islam semasa.<br />
<br />
Selain berdakwah melalui lisan dan mengadakan pengajian untuk bentuk kader Islam, beliau juga bergiat aktif berdakwah melalui penulisan. Beliau telah menulis lebih daripada 150 buah buku di dalam pelbagai bidang ilmu Islam.<br />
<br />
Beliau akur, untuk menegakkan kebenaran pada zaman yang penuh dengan cabaran dan kebendaan ini, rintangan dan halangan tidak akan pernah berakhir. Apatah lagi faktor usianya yang masih dipandang terlalu muda. Namun begitu, alhamdulillah dengan pertolongan Allah dan dokongan yang kuat, sehingga ke hari ini madrasah yang diasaskannya masih berjalan lancar dan meriah dengan pelbagai program dan majlis-majlis ilmu yang dihadiri oleh ramai ahli masyarakat yang datang dari merata tempat. Selain itu, beliau juga aktif memberikan ceramah dan membentangkan kertas kerja seminar-seminar di merata tempat. Di antaranya di sekitar N.Sembilan, Melaka, Johor, Kuala Lumpur, Selangor, Temerloh, Kuantan, Pekan Pahang, Kedah, Terengganu (atas undangan Sultan Terengganu), Singapura, Mesir dan lain-lain lagi.<br />
<br />
Melihat kepada ketokohan dan komitmennya yang tinggi dalam mempertahankan perkara yang hak dan menegah kebatilan, maka pada awal tahun 2003, beliau telah diberi kepercayaan oleh Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan memegang amanah sebagai Ahli Jawatankuasa Fatwa Negeri Sembilan. Pada peringkat awalnya beliau menolak untuk menerima jawatan tersebut. Akan tetapi disebabkan rasa kasih, adab dan hormat terhadap gurunya iaitu Mufti Kerajaan Negeri Sembilan, beliau akhirnya menerimanya. Beliau juga telah dilantik menjadi ahli Panel Temuduga Tauliah Mengajar Agama di N egeri Sembilan. Semoga Allah membantu usaha beliau dalam mempertahankan agama yang suci ini.<br />
<br />
Atas kata sepakat dan paduan tenaga AJK Madrasah dan ahli pengajian, pengurusan kerja dikemaskinikan lagi di bawah sebuah badan kebajikan yang ditubuhkan dengan nama Yayasan Sofa Negeri Sembilan. Melalui biro-biro yang terdapat di bawahnya, yayasan ini makin berkembang dari hari ke hari. Bermula tahun 2005, di bawah Biro Pendidikan memulakan langkah awal dengan menubuhkan Rumah Anak-anak Yatim dan seterusnya sehinggalah tertubuhnya Sekolah Tinggi Islam As-Sofa yang telah didaftarkan secara rasmi pada tahun 2009 di bawah Kementerian Pelajaran Malaysia (Bahagian Swasta).<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"> <span style="color: blue;">KARYA-KARYANYA</span></span></div>Beliau amat gigih dalam arena penulisan serta menekankan disiplin yang tinggi mengenainya. Setiap waktu dimanfaatkan dengan sepenuhnya. Meskipun usianya baru mencecah 35 tahun, beliau kini telah menghasilkan hampir 150 karya berbentuk penulisan, penterjemahan, adaptasi dan sebagainya. Disenaraikan di sini sejumlah besar dari karya-karya agung tersebut.<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Rasulullah SAW dan Sirah</span><br />
§ Rasulullah SAW dari Perspektif Imam Syafi’i RA<br />
§ Maulid Nabi SAW dalam Necara Nabawi<br />
§ Pohon Nabawiyyah<br />
§ Kewajipan Mencintai dan Memuliakan Nabi (Terjemahan)<br />
§ Hukum Menghina Nabi SAW<br />
§ Hidupnya Para Nabi di Dalam Kubur<br />
§ Keunggulan Rasulullah SAW<br />
§ Ringkasan Sirah Nabawiyyah (Terjemahan)<br />
§ Al Anwar al Nabawiyyah (Terjemahan)<br />
§ Keistimewaan Rasulullah SAW<br />
§ Mukhtasar Syamail Muhammadiah (Terjemahan)<br />
§ Mu’jizat Isra’ dan Mi’raj<br />
§ Isra’ dan Mi’raj (Cetakan Semula karya al ‘Allamah Sheikh Daud ibn Abdullah al Fathoni RA)<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;"><br />
* Manaqib dan Biografi</span><br />
§ Sayyid Ahmad ibn Idris RA<br />
§ Al Maliki: Ulama’ Rabbani Kurun ke-21<br />
§ Hujjah al Islam Imam al Ghazali RA<br />
§ Mendekati Sayyid Ja’afar al Barzanji RA<br />
§ Al Imam Abu Hasan al ‘Asy’ari RA<br />
§ Al Imam al Hafiz Jalaluddin al Suyuti RA<br />
§ Biografi Syeikh Muhammad Harith RA<br />
§ Manaqib Sayyidah Khadijah al Kubra (Terjemahan)<br />
§ Sayyid Ibrahim al Rasyid RA<br />
§ Imam al Syatibi RA<br />
§ Manaqib 3 Permata Masjidil Haram<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;"><br />
* Tasawwuf</span><br />
§ Hubungan Tasawuf Dengan Sunnah<br />
§ Kewajipan Bertasawwuf (Terjemahan)<br />
§ Seruan Tasawwuf (Adaptasi)<br />
§ Qatr al Ghaithiyyah (Semakan dan Cetakan semula)<br />
§ Syarah Hikam Abi Madyan RA<br />
§ Latho’if al Minan fi Syarh Hikam Abi Madyan RA (Kehalusan Anugerah Syarah Hikam Abi Madyan RA)<br />
§ Hikam Syeikh Raslan RA (Terjemahan)<br />
§ Anwar al Sabil al Aqwam fi Syarh al Hikam<br />
§ Kekasih-kekasih Allah (Perbincangan Mengenai Rijal al Ghaib)<br />
§ Hadith: Sesiapa Mengenali Dirinya, Maka Dia Mengenali Tuhannya<br />
§ Akhlak Salafussoleh: Peringatan Bagi Manusia Yang Tertipu<br />
§ Penenang Bagi Hati<br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Zikir dan Amalan</span><br />
§ Pancaran Nur Doa dan Zikir Ahli Akhyar (Terjemahan Syawariq al Anwar)<br />
§ Lautan Zikir Ahli Arifin<br />
§ Perisai Tiga Kekasih Allah<br />
§ Kanz al Sa’adah (Tahqiq dan Terjemahan)<br />
§ Ahzab wa Aurad Manhaj al Ahmadi al Idrisi (Tahqiq)<br />
§ Doa Majlis Sayyid Ahmad ibn Idris RA<br />
§ Aurad Ahmadiah dan Ratib Haddad<br />
§ Hizib al Bahr<br />
§ Hizib al Imam Ghazali RA<br />
§ Hizib Imam Nawawi RA<br />
§ Salawat 40 (Terjemahan)<br />
§ Manzumah Tawassul Asma’ al Husna (Terjemahan)<br />
§ Amalan Bulan Rejab<br />
§ Doa Malam Nisfu Sya’ban<br />
§ Kelebihan Nisfu Sya’ban<br />
§ Tazkirah Ramadhan<br />
§ Amalan Bulan Zulhijjah<br />
§ Doa Untuk Ibu bapa dan Anak-anak<br />
§ Duru’ al Wiqayah bi Ahzab al Himayah (Cetakan semula)<br />
§ Surah Yaasin Kaifiat dan Doanya<br />
§ Doa Sayyid Ibrahim al Rasyid RA<br />
§ Wasilah Para ‘Abid<br />
§ Doa Angin Ahmar<br />
§ Amalan Memudahkan Rezeki<br />
§ Amalan Menguatkan Ingatan dan Menghindari Was-was<br />
§ Himpunan Ayat-ayat Penjaga<br />
§ Solat Sunat Sayyid Ahmad ibn Idris RA<br />
§ 40 Salawat Pilihan Ke atas Nabi SAW<br />
§ Jampi Penawar Dari al Quran (Terjemahan)<br />
§ Ratib Hari Jumaat<br />
§ Pendinding Diri<br />
§ Amalan Menolak Wabak dan Bala<br />
§ Pintu-pintu Pelepasan Bab 1<br />
§ Pintu-Pintu Pelepasan Bab 2<br />
§ Fadhilat Salawat<br />
§ Istighfar Imam Hasan al Basri RA<br />
§ Munajat Uwais al Qarni RA<br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Aqidah dan Tauhid</span><br />
§ I’tiqad Ahli Sunnah wal Jama’ah<br />
§ Qawa’id al ‘Aqaid (Terjemahan)<br />
§ Wahhabisme Dari Neraca Syara’<br />
§ Kerapuhan Tauhid Uluhiyyah dan Rububiyyah (Adaptasi)<br />
§ Penjelasan Tauhid Uluhiyyah dan Rububiyyah (Terjemahan)<br />
§ Agamamu Dalam Bahaya (Terjemahan)<br />
§ Aqidah Awam (Terjemahan)<br />
§ Pendapat Ahli Sunnah Yang Bertentangan Dengan Pendapat Wahhabi (Terjemahan)<br />
§ Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW (Adaptasi)<br />
§ Aqidah Islam (Adaptasi dan Terjemahan)<br />
§ Keislaman Ayahanda dan Bonda Rasulullah SAW (Semakan dan Cetakan)<br />
§ Fitnah Syi’ah (Terjemahan)<br />
§ Fitnah Wahhabi (Terjemahan)<br />
§ Nikmat Yang Tidak Terungkap (Terjemahan)</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Tafsir</span><br />
§ Tafsir Surah al Fatihah (Tahqiq)<br />
§ Tafsir Surah Dhuha<br />
§ Tafsir Surah al Insyirah<br />
§ Tafsir Surah al Kauthar<br />
§ Tafsir Surah Yaasiin<br />
§ Pengantar Ilmu Tafsir (Terjemahan)<br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Hadith</span><br />
§ Musyahadah Ruh Insan Bertaqwa (Terjemahan)<br />
§ Hadith 60: Kelebihan Ahli Bait (Terjemahan)<br />
§ Kelebihan Memelihara dan Membiaya Anak Yatim<br />
§ Kelebihan al Quran (Terjemahan)<br />
§ Mutiara Nabawi (Terjemahan)<br />
§ Mutiara Sa’adah (Terjemahan)<br />
§ Hidayah al Mukhtar (Terjemahan)<br />
§ Galakan Melakukan Amal Kebaikan (Terjemahan)<br />
§ 40 Mutiara Nabawi: Fadhilat al Quran al Karim<br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Feqah</span><br />
§ Munyah al Musolli (Tahqiq)<br />
§ Safinah al Naja (Terjemahan)<br />
§ Hukum Membaca Basmalah<br />
§ Hukum Mengikut Imam Yang Menyalahi Mazhab Makmum<br />
§ Posisi Imam Ketika Solat Jenazah<br />
§ Pendapat Ulama’ Hukum Mencium Tangan<br />
§ Hukum Menghina Nabi SAW<br />
§ Fatwa Ulama’ Ahli Sunnah Hukum Melihat Nabi SAW<br />
§ Sayyidina dan Perbincangannya<br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Sanad dan Ijazah (Athbat)</span><br />
§ Al Musalsalat al ‘Asyarah<br />
§ Al Toli’ al Sa’id (Bahasa Arab)<br />
§ Kunuz al Anwar al Muntakhab min Asanid al Akhyar (Bahasa Arab)<br />
§ Al Jawahir al Ghawali min Asanid al Imam al Azhari (Bahasa Arab)<br />
§ Musalsal Orang-orang Mulia<br />
§ Al Yaqut al Nafis min Asanid al Muhaddith Sayyid Ahmad ibn Idris RA (Bahasa Arab)<br />
§ Fath al Rahman bi Asaniid Mufti Nejri Sembilan (Bahasa Arab)<br />
§ Al Bahjah al Mardiyyah fi Musalsalat al Rembawiyyah (Bahasa Arab)<br />
§ Bulugh al Amani al Muntakhab min al Musalsalat al Maliki (Bahasa Arab)<br />
§ Sanad al Aurad al Qusyasyiah.<br />
§ Al Manhal al Karim fi Asaniid al Quran al ‘Azim (Bahasa Arab) <br />
<br />
<span style="color: #38761d; font-size: large;">* Lain-lain</span><br />
§ Kefahaman Yang Wajib diperbetulkan (Terjemahan Mafahim Yajibu an Tusohhah)<br />
§ Silaturrahim<br />
§ Jaliah al Kadr fi Zikr Asma’ Ahl al Badr<br />
§ Dialog Sayyid Ahmad dengan Fuqaha’ Najd (Terjemahan)<br />
§ Qudwah Hasanah Dalam Manhaj Dakwah (Terjemahan).</span><br />
<div style="color: blue;"><span style="font-weight: bold;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: large;"><span style="color: blue;">UNTUK SAMBUNGAN KISAH SHEIKH FUAD</span></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: large;"><span style="color: blue;"> </span><a href="http://jamaluddinab.blogspot.com/2011/01/guru-sheikh-muhammad-fuad-kamaluddin-al.html"><span style="color: red;">click sini</span></a></span></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: small;"><span style="color: red;"><span style="color: black;">Sumber : http://peminggirkota.blogspot.com/</span> </span></span><br />
</span></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-79515242854435526902011-01-21T08:35:00.006+08:002011-01-21T14:46:03.658+08:00PEWARIS PEMIKIRAN IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJxEhxTl1EePeQwzC8x5pgPGK1UWeiaz1B0X7LVahLcJUYx7nBeYYodQg7vN83vcz-2UCITdwf3JPXaFA7f0X82x95v5CUQkAFJ2n-SzVtzohjkCScORO-u1FVFMF4Idcj1PIX2VOnypU/s1600/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJxEhxTl1EePeQwzC8x5pgPGK1UWeiaz1B0X7LVahLcJUYx7nBeYYodQg7vN83vcz-2UCITdwf3JPXaFA7f0X82x95v5CUQkAFJ2n-SzVtzohjkCScORO-u1FVFMF4Idcj1PIX2VOnypU/s400/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" width="235" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="color: blue;">KITAB TAUHID IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI</b></td></tr>
</tbody></table><br />
<span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Setelah Abu Mansur wafat, pemikiran-pemikirannya diwarisi dan diperjuangkan oleh murid-muridnya, di tangan mereka ini <i><b style="color: #38761d;">Maturidiyah</b></i> membentuk diri sabagai aliran kalamiyah yang muncul pertama kali di <i><b style="color: purple;">Samarkand</b></i>. <br />
<br />
Salah satu murid Abu Mansur adalah <i style="color: red;"><b>Abul Qasim Ishaq bin Muhammad bin Ismail al-Hakim al-Samarqandi</b></i>, wafat tahun 342 H, dia dikenal dengan <i style="color: blue;"><b>al-Hakim</b></i> karena hikmahnya yang banyak dan nasihat-nasihatnya. Ada seorang murid lagi yaitu <i style="color: #38761d;"><b>Abu Muhammad Abdul Karim bin Musa bin Isa al-Bazdawi</b></i>, wafat tahun 390 H, selanjutnya orang ini memiliki seorang cucu yang menjadi salah satu pembawa pemikiran-pemikiran Maturidiyah, dia adalah <i style="color: #783f04;"><b>Abul Yasar al-Bazdawi Muhammad bin Muhammad bin al-Husain bin Abdul Karim</b></i> yang berjuluk <i style="color: blue;"><b>al-Qadhi ash-Shadr</b></i>, Syaikh madzhab Hanafi di Bazdawah pada masanya. <br />
<br />
Abul Yasar ini belajar dari bapaknya yang belajar dari datuknya Abdul Karim salah seorang murid Abu Mansur, di samping dia membaca kitab-kitab ahli filsafat seperti al-Kindi dan lainnya. Dia juga mempelajari buku-buku <i style="color: red;"><b>Abu Musa al-Asy’ari</b></i> dan buku-buku Abu Mansur seperti <b><i>at-Ta’wilat</i></b> dan <b><i>at-Tauhid</i></b>. Untuk buku yang terakhir ini dia memandang pembahasannya dan mengulang penyusunan dan pemaparannya agar lebih muda untuk dikaji, hal ini dia tuliskan dalam bukunya <b><i>Ushuluddin</i></b> dengan beberapa penambahan darinya. Abul Yasar wafat di Bukhara tahun 493 H dengan meninggalkan banyak murid, salah satunya adalah Najmuddin Umar bin Muhammad an-Nasafi, pengarang sebuah buku dalam akidah yang terkenal dengan <b><i>al-Aqidah an-Nasafiyah</i></b>. <br />
<br />
<i style="color: #38761d;"><b>Najmuddin Umar an-Nasafi</b></i>, bisa dikatakan, dia adalah pelopor Maturidiyah dalam bidang karya tulis karena dia banyak menuangkan dasar-dasar akidah Maturidiyah dalam buku-bukunya yang berjumlah besar, dia adalah <i style="color: blue;"><b>Abu Hafsh Najmuddin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Ismail al-Hanafi an-Nasafi</b></i>, nisbat kepada Nasaf, sebuah kota di antara Jaihun dan Samarkand. Najmuddin adalah julukannya. <br />
<br />
Najmuddin Umar an-Nasafi lahir di Nasaf pada tahun 462 H, dia terkenal dengan syaikh-syaikhnya yang berjumlah besar mencapai lima ratus orang, di antara mereka adalah <i style="color: #38761d;"><b>Abul Yasar al-Bazdawi dan Abdullah bin Ali bin Isa an-Nasafi</b></i>, sebagaimana dia memiliki murid dalam jumlah besar pula, tidak hanya itu dia juga memiliki karya tulis juga dalam jumlah besar yang menjadi buku induk dalam menetapkan pemikiran-pemikiran Maturidiyah. Di antara buku-bukunya adalah <b><i>Majma’ al-Ulum, at-Taisir fi Tafsir al-Qur`an, an-Najah fi Syarh Kitab Akhbar ash-Shihah</i></b>, buku ini adalah syarah dari shahih al-Bukhari, dan sebuah buku dalam akidah yaitu <b><i>al-Aqidah an-Nasafiyah</i></b>, buku ini adalah ringkasan dari buku <b><i>at-Tabshirah</i></b> karya Abu Muin an-Nasafi, buku ini adalah salah satu buku terpenting dalam akidah Maturidiyah. Najmuddin Umar an-Nasafi wafat di Samarkand pada malam Kamis, 12 Jumadil Ula 537 H. <br />
<br />
Setelah masa Najmuddin Umar an-Nasafi, Maturidiyah mengalami kemajuan dan perkembangan yang berarti, hal ini karena mereka mampu mendapat sokongan para Sultan Daulah Utsmaniyah yang berpusat di <b style="color: red;">Turki</b>, dan akhirnya para sultan tersebut menjadi pendukung Maturidiyah sehingga pengaruh Maturidiyah menyebar ke negeri-negeri yang dijangkau oleh kekuasaan <b style="color: blue;">Daulah Utsmaniyah</b>. Di masa ini muncul <i style="color: #38761d;"><b>al-Kamal bin al-Hammam</b></i> penulis <b><i>al-Muyasarah fi al-Aqa’id al-Munjiyah fi al-Akhirah</i> </b>yang pada saat ini masih dijadikan sebagai buku wajib di sebahagian universiti. <br />
<br />
Di masa kini pemikiran Maturidiyah banyak dianut di beberapa negeri kaum muslimin khususnya di <b style="color: purple;">Turki, Afghanistan</b> dan sekitarnya, <b><span style="color: purple;">Pakistan</span></b> dan <b style="color: purple;">India</b>. </span></span></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-83038778116343233242011-01-20T12:54:00.001+08:002011-01-20T13:08:30.158+08:00HIZIB SAIFI<div style="color: black; font-family: Verdana,sans-serif; text-align: left;"><span style="font-size: small;">Salah satu hizib yang menjadi amalan bacaan para masyaikh ialah <b style="color: blue;">hizib saifi</b>. Hizib itu dinamakan sedemikian kerana <b style="color: red;">“ketajaman”</b> hizib ini seumpama pedang. Hizib ini sangat mujarab kepada si pengamalnya. Bagaimanapun disebabkan ‘‘ketajamannya’’ itu maka ia <b style="color: purple;">tidak boleh diamalkan sebelum mendapat keizinan dari para masyaikh</b> yang mengamalkannya. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Dalam hizib yang disusun oleh <i><b style="color: #38761d;">Saiyidina Ali bin Abi Talib</b></i> ini, beliau berkata, <b style="color: blue;">“Aku bebaskan diriku dari keupayaanku dan memohon kekuatan dengan kemuliaan Engkau, kerana tidak ada kekuatan melainkan Engkau, Ya Allah.” </b> </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Kata Syeikh, hizib ini adalah asas pertama bagi orang yang suluk yakni berjalan kepada Allah Ta’ala. Wali Allah, <i><b style="color: #b45f06;">Syeikh Soleh al-Ja’fari yang merupakan Imam masjid Al-azhar</b></i> adalah merupakan seorang ahli kasyaf. Beliau mengamalkan hizib ini. Pada satu hari seorang masyaikh Syeikh bernama <i style="color: #38761d;"><b>Syeikh Muhammad Ibrahim al-Kattani</b></i> berhajat hendak bertemu dengan Syeikh Soleh untuk meminta amalan hizib itu. Tetapi dalam hatinya beliau berkata,<i><b> “Aku berasa sungguh malu hendak memintanya kerana malu aku hendak meminta dari seorang wali Allah”</b></i>.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Syeikh Soleh yang dikurniakan <b style="color: blue;">ilmu kasyaf</b> dapat membaca isi hati Syeikh Muhammad Ibrahim. Katanya, <i><b>“Sesungguhnya Saiyidina Ali telah mewasiatkan amalan ini kepada ali keluarganya”</b></i>. Syeikh Ibrahim apabila mendengar kata-kata Syeikh Soleh berasa sangat lega kerana beliau berketurunan Saiyidina Ali menerusi jalur Saiyidina Hussain. </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Tentang hizib ini, <i style="color: red;"><b>Imam Abu Hasan asy-Syazuli</b></i> menganjurkan kita beramal dengannya kerana terlalu banyak khasiat yang terkandung didalamnya.</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;"><span style="color: #38761d; font-size: x-large;"><b><span style="font-size: small;">http://ikantongkol09-mengaji.blogspot.com/ </span></b></span><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: red; font-size: large;"><b style="font-family: Verdana,sans-serif;"><u>HIZIB SAIFI</u></b></span></span></div></div><div style="color: black; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;"><b><span style="color: blue;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<br />
اللهم أنت الله الملك الحق المبين القديم المتعزز بالعظمة والكبرياء المتفرد بالبقاء الحي القيوم القادر المقتدر الجبار القهار الذي لا إله إلا أنت ، أنت ربى وأنا عبدك عملت سوءا وظلمت نفسي واعترفت بذنبي فأغفر لي ذنوبي كلها فأنه لا يغفر الذنب إلا أنت يا غفور يا شكور يا حليم يا كريم يا صبور يا رحيم * اللهم إنى أحمدك وأنت المحمود وأنت للحمد أهل واشكرك وأنت المشكور وأنت للشكر أهل على ما خصصتني به من مواهب الرغائب و أوصلت الى من فضائل الصنائع و أوليتني به من إحسانك و بوأتني به من مظنة الصدق عندك وأنلتني به من مننك الواصلة إلى و أحسنت به إلى كل1 وقت ودفع البلية2 عنى والتوفيق لى والإجابة لدعائي حين أناديك داعيا و أناجيك راغبا و أدعوك متضرعا مصافيا ضارعا وحين أرجوك راجيا فاجدك كافيا و ألوذ بك فى المواطن كلها فكن لى جارا حاضرا حفيا بارا وليا فى الأمور كلها ناظرا وعلى الأعداء كلهم ناصرا وللخطايا والذنوب كلها ساترا لم أعدم عونك وبرك وخيرك وعزك وإحسانك طرفة عين منذ انزلتنى دار الاختبار والفكر والاعتبار لتنظر ما اقدم لدار الخلود والقرار والمقامة مع الأخيار فأنا عبدك فاجعلني يا رب عتيقك يا إلهي ومولاي خلصني من النار ومن جميع المضار والمضال المصائب والمعائب والنوائب واللوازم والهموم التي قد ساورتني فيها الغموم بمعارض أصناف البلاء وضروب جهد القضاء إلهى لا اذكر منك إلا الجميل ولم أر منك إلا التفضيل خيرك لي شامل وصنعك لي كامل ولطفك لى كافل وبرك لي غامر وفضلك على دائم متواتر ونعمك عندي متصلة لم تخفر لى جوارى وامنت خوفى وصدقت رجائي وحققت آمالي وصاحبتني فى أسفاري وأكرمتنى في إحضاري وعافيت أمراضي وشفيت اوصابى واحسنت منقلبى ومثواي ولم تشمت بي أعدائي وحسادي *ورميت من رماني بسوء * وكفيتني شر من عاداني فأنا اسالك يا الله الآن.ان تدفع عنى كيد الحاسدين و ظلم الظالمين وشر المعاندين واحمني تحت سرادقات عزك يااكرم الاكرمين وباعد بينى وبين اعدائى كما باعدت بين المشرق و المغرب واخطف أبصارهم عنى بنور قدسك واضرب رقابهم بجلال مجدك واقطع أعناقهم بسطوات قهرك أهلكهم ودمرهم تدميرا. كما دفعت كيد الحساد عن أنبيائك وضربت رقاب الجبابرة لأصفيائك وخطفت أبصار الأعداء عن اؤليائك وقطعت أعناق ألا كاسرة لأتقيائك وأهلكت الفراعنة ودمرت الدجاجلة لخواصك المقربين وعبادك الصالحين ياغيّاث المستغثيين أغثني على جميع أعدائك: فحمدي لك يا إلهي واجب* وثنائى عليك متواتر دائباً دائماً من الدهرالى الدهر بالوان التسبيح والتقديس وصنوف اللغات المادحة واصناف التنزيه خالصاً لذكرك ومرضياً لك بناصع التحميد والتمجيد وخالص التوحيد واخلاص التقرب و التقريب و التفريد وامحاض التمجيد بطول التعبد و التعديد لم تعن فى قدرتك ولم تشارك فى الوهيتك ولم تعلم لك ماهيه فتكون للأشياء المختلفة مجانساً ولم تعاين اذا حبست الأشياء على العزائم المختلفات ولا خرقت الاوهام حجب الغيوب اليك فاعتقد منك محدودا فى مجد عظمتك لا يبلغك بعد الهمم ولا ينالك غوص الفطن ولا ينتهى اليك بصر ناظر فى مجد جبروتك ارتفت عن صفات المخلوقين صفات قدرتك وعلا عن ذكر الذاكرين كبرياء عظمتك فلا ينتقص ما اردت ان يزداد ولا يزداد ما اردت ان ينتقص لا احد شهدك حين فطرت الخلق ولا ند ولا ضد حضرك حين بدأت النفوس، كلت الالسن عن تفسير صفاتك وانحسرت العقول عن كنه معرفتك وصفتك وكيف يوصف كنه صفتك يا رب وانت الله الملك الجبار القدوس الأزلى الذى لم يزل ولا يزال ازليا باقيا ابديا سرمديا دائما فى الغيوب وحدك لا شريك لك * ليس فيها احد غيرك ولم يكن اله سواك * حارت فى بحار بها ملكوتك عميقات مذاهب التفكر وتواضعت الملوك لهيبتك وعنت الوجوه بذلة الاستكانة لعزتك وانقاد كل شىء لعظمتك واستسلم كل شىء لقدرتك وخضعت لك الرقاب وكل دون ذلك تحبير اللغات وضل لك هنالك التدبير فىتصاريف الصفات فمن تفكر فى انشائك البديع وثنائك الرفيع وتمعن فى ذلك رجع طرفه اليه خاسئا حسيرا وعقله مبهوتا وتفكره متحيرا اسيرا* اللهم لك الحمد حمدا كثيرا دائما متواليا متواترا متضاعفا متسعا متسقا يدوم ويتضاعف لا يبيد غير مفقود فى الملكوت ولا مطموس فى المعالم ولا منتقص فى العرفان فلك الحمد على مكارمك التى لا تحصى ونعمتك التى لا تستقصي فى الليل اذا ادبر والصبح اذا اسفر وفى البر وفى البحار و الغدو والآصال والعشى والابكار و الظهيرة و الاسحار وفى كل جزء من أجزاء الليل و النهار. اللهم لك الحمد بتوفيقك قد احضرتنى النجاة وجعلتنى منك فى ولاية العصمة فلم ابرح فى سبوغ نعمائك وتتابع آلائك محروسا بك فى الرد و الامتناع ومحفوظا بك فى المنعة والدفاع عنى .اللهم انى احمدك اذا لم تكلفنى فوق طاقتى ولم ترضى منى الا طاعتى ورضيت منى من طاعتك وعبادتك دون استطاعتى واقل من وسعى ومقدرتى فانك انت الله الذى لا اله الا انت لم تغب ولا تغيب عنك غائبة ولا تخفى عليك خافية ولن تضل عنك فى ظلم الخفيان ضالة “انما امرك اذا اردت شيئا ان تقول له كن فيكون" اللهم لك الحمد مثل ما حمدت به نفسك و اضعاف ما حمدك به الحامدون وسبحك به المسبحون وكبرك به المكبرون ومجدك به الممجدون وهللك به المهللون و قدسك به المقدسون ووحدك به الموحدون وعظمك به المعظمون واستغفرك به المستغفرون حتى يكون لك منى وحدى فى كل طرفة عين واقل من ذلك مثل حمد جميع الحامدين وتوحيد اصناف الموحدين والمخلصين وتقديس اجناس العارفين وثناء جميع المهللين و المصلين و المسبحين ومثل ما انت به عالم وانت محمود ومحبوب ومحجوب من خلقك كلهم و من الحيوانات و البرايا و الانام إلهي اسلك بمسائلك وارغب بك اليك فى بركة ما انطقتنى به من حمدك و وفقتنى له من شكرك وتمجيدى لك فما ايسر ما كلفتنى به من حقك واعظم ما وعدتنى به من نعمائك و مزيد الخير على شكرك ابتداتنى بالنعم فضلا و طولا وامرتنى بالشكر حقا وعدلا و وعدتنى عليه اضعافا ومزيدا واعطيتنى من رزقك رزقا واسعا كثيرا اختيارا و رضا وسالتنى عنه شكرا يسيرا* لك الحمد اللهم على اذ نجيتنى وعافيتنى برحمتك من جهد البلاء و درك الشقاء ولم تسلمنى لسوء قضائك و بلائك وجعلت ملبسىالعافية واوليتنى البسطة و الرخاء وشرعت لى ايسر القصد واعفت لى اشرف الفضل مع ما عبدتنى به من المحجة الشريفة وبشرتنى به من الدرجة العالية الرفيعة واصفيتنى باعظم النبيين دعوة و افضلهم شفاعة و ارفهم درجة واقربهم منزلة واوضحهم حجة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آله وعلى جميع الانبياء و المرسلين* واصحابه الطيبين الطاهرين اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد واغفر لى ما لا يسعه الا مغفرتك * ولا يمحقه الا عفوك و لا يكفره الا تجاوزك وفضلك وهب لى فى يومى هذا وليلتى هذه وساعتى هذه وشهرى هذا وسنتى هذه يقينا صادقا يهون على مصائب الدنيا و الآخرة و احزا;نهما ويشوقنى اليك و يرعبنى فيما عندك و اكتب لى عندك المغفرة وبلغنى الكرامة من عندك و اوزعنى ان اشكر ما انعمت به على فانك انت الله الذى لا اله الا انت الواحد الاحد الرفيع البديع المبدىء المعيد السميع العليم الذى ليس لامرك مدفع ولا عن قضائك ممتنع واشهد انك ربى ورب كل شيء فاطر السموات و الارض علم الغيب و الشهادة العلى الكبير المتعال اللهم انى اسالك الثبات فى الأمر و العزيم على الرشد والشكر على نعمك واسالك حسن عبادتك واسالك من خير كل ما تعلم واعوذ بك من شر كل ما تعلم واستغفرك من شر كل ما تعلم انك انت علام الغيوب و اسالك امنا وعوذ بك من جور كل جائر ومكر كل ماكر وظلم كل ظالم وسحر كل ساحر وبغى كل ناغ وحسد كل حاسد وغدر كل غادر وكيد كل كائد وعداوة كل عدو وطعن كل طاعن وقدح كل قادح وحيل كل متحيل وشماتة كل شامت وكشح كل كاشح , اللهم بك اصول على الاعداء و القرناء واياك ارجو ولاية الاحباء الاولياء والقرباء , فلك الحمد على ما لا استطيع احصاءه و لا تعديده من عوائد فضلك وعوارف رزقك و الوان ما اوليتنى به من ارفادك وكرمك فانك انت الله الذى لا اله الا انت الفاشى فى الخلق حمدك الباسط بالجود يدك لا تضاد فى حكمك ولا تنازع فى امرك وسلطانك وملكك و لا تشارك فى ربويتك ولا تزاحم فى خلقك، تملك من الانام ما تشاء ولا يملكون الا ما تريد اللهم انت المنعم المتفضل القادر المقتدر القاهر المقدس بالمجد فى نور القدس ترديت بالمجد والبهاء وتعاظمت بالعزة و العلاء و تازرت بالعظمة و الكبرياء و تغشيت بالنور والضياء و تجللت بالمهابة و البهاء لك المن القديم والسلطان الشامخ والملك البازخ و الجود الواسع والقدرة الكاملة والحكمة البالغة و العزة الشاملة , فلك الحمد على ان جعلتنى من امة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آله وهو افضل بنى آدم عليه السلام اللذين كرمتهم وحملتهم فى البر و البحر ورزقتهم من الطيبات وفضلتهم على كثير من خلقك تفضيلا و خلقتنى سميعا بصيرا صحيحا سويا سالما معافى ولم تشغلنى بنقصان فى بدنى عن طاعتك ولا آفة فى جوارحى ولا عاهة فى نفسى ولا فى عقلي ولم تمنعنى كرامتك اياى وحسن صنيعك عندى وفضل منائحك لدى ونعمائك على انت الذى اوسعت على فى الدنيا زرقا وفضلتنى على كثير من اهلها تفضيلا فجعلت لى سمعا يسمع آياتك وعقلا يفهم ايمانك وبصرا يرى قدرتك وفؤادا يعرف عظمتك وقلبا يعتقد توحيدك فانى لفضلك على شاهد حامد شاكر ولك نفسى شاكرة وبحقك على شاهدة واشهد انك حى قبل كل حى وبعد كل حى وحى بعد كل ميت وحى لم ترث الحياة من حى ولم تقطع خيرك عنى فى كل وقت ولم تقطع رجائى ولم تنزل بى عقوبات النقم ولم تغير على وثائق النعم ولم تمنع عنى دقائق العصم فلو لم اذكر من احسانك وانعامك على الا عفوك عنى والتوفيق لى و الاستجابة لدعائى حين رفعت صوتى بدعائك وتحميدك وتوحيدك وتمجيدك وتهليلك وتكبيرك وتعظيمك و الا فى تقديرك خلقى حين صورتنى فاحسنت صورتى والا فى قسمة الارزاق حين قدرتها لى لكان فى ذلك ما يشغل فكرى عن جهدى فكيف اذا فكرت فى النعم العظام التى اتقلب فيها ولا ابلغ شكر شىء منها فلك الحمد عدد ما حفظه علمك وجرى به قلمك و نفذ به حكمك فى خلقك وعدد ما وسعته رحمتك رحمتك من جميع خلقك وعدد ما احاطت به قدرتك و اضعاف ما تستوجبه من جميع خلقك اللهم انى مقر بنعمتك على فتمم احسانك الى فيما بقى من عمرى كما احسنت الى فيما مضى منه برحمتك يا ارحم الراحمين* اللهم انى اسالك واتوسل اليك بتوحيدك وتمجيدك وتحميدك وتهليلك وتكبيرك وتسبيحك وكمالك وتدبيرك وتعظيمك وتقديسك ونورك ورافتك و رحمتك وعملك وحلمك وعلوك ووقارك وفضلك وجلالك ومنك وكبريائك وسلطانك وقدرتك واحسانك و امتنانك وجمالك وبهائك وبرهانك وغفرانك ونبيك ووليك وعشيرته الطاهرين ان تصلى على سيدنا محمد وعلى سائر اخوانه الانبياء و المرسلين وان لا تحرمنى رفدك وفضلك وجمالك وجلالك و فوائد كراماتك فانه لا تعتريك لكثرة ما قد نشرت من العطايا عوائق البخل ولا ينقص جودك التقصير فى شكر نعمتك ولا تنفد خزائنك مواهبك المتسعة ولا تؤثر فى جودك العظيم منحك الفائقة الجليلة الجميلة الاصيلة ولا تخاف ضيم املاق فتكدى ولا يلحقك خوف عدم فينقص من جودك فيض فضلك انك على ما تشاء قدير و بالاجابة جدير اللهم ارزقنى قلبا خاشعا خاضعا ضارعا وعين باكية وبدنا صحيحا صابرا ويقينا صادقا بالحق صادعا وتوبة نصوحا ولسانا ذاكرا وحامدا وايمانا صحيحا ورزقا حلالا طيبا واسعا وعلما نافعا وولدا صالحا صاحبا موافقا وسنا طويلا فى الخير مشتغلا بالعبادة الخالصة وخلقا حسنا وعملا صالحا متقبلا وتوبة مقبولة ودرجة رفيع و إمرأة مؤمنة طائعة* اللهم لا تنسنى ذكرك و لا تولنى غيرك و لا تؤمنى مكرك ولا تكشف عنى سترك و لا تقنطنى من رحمتك و لا تبعدنى عن كنفك وجوارك واعذنى من سخطك وغضبك ولا تؤسينى من رحمتك و روحك وكن لى انيسا من كل روعة وخوف وخشية ووحشة وغربة واعصمنى من كل هلكة ونجنى من كل بلية وآفة و عاهة و غصة ومحنة وزلزلة وشدة واهانة وذلة وغلبة وقلة وجوع وعطش وفقر وفاقة وضيق وفتنة ووباء وبلاء وغرق و حرق وبرق وسرق وحر وبرد ونهب و غى وضلال وضالة وعاهة وزلل وخطايا وهم وغم ومسخ وخسف وقذف وخلة وعلة ومرض وجنون وجذام وبرص ونقص وهلكة وفضيحة وقبيحة فى الدارين انك لا تخلف الميعاد*اللهم ارفعنى ولا تضعنى وادفع عنى و تدفعنى واعطنى ولا تحرمنى وزدنى ولا تنقصنى و ارحمنى ولا تعذبنى وفرج همى واكشف غمى واهلك عدوى وانصرنى ولاتخذلنى واكرمنى ولا تهنى واسترنى ولا تفضحنى وآثرنى و لا تؤثر على واحفظنى ولا تضيعنى فانك على كل شىء قدير يا اقدر القادرين ويا اسرع الحاسبين* وصلى الله على سيدنا محمد و على آله وسلم اجمعين يا ذا الجلال و الاكرام اللهم انت امرتنا بدعائك ووعدتنا باجابتك وقد دعوناك كما امرتنا فاجبنا كما وعدتنا يا ذا الجلال و الاكرام انك لا تخلف الميعاد اللهم ماقدرت لى من خير وشرعت فيه بتوفيقك وتيسيرك فتممه باحسن الوجوه كلها واصوبها و اصفاها فانك على ما تشاء قدير وبالإجابة جدير نعم المولى ونعم النصير و ما قدرت لى من شر وتحذرنى منه فاصرفه عنى ياحى يا قيوم يا من قامت السموات و الارضون بأمره يا من يمسك السماء ان تقع على الأرض الا باذنه يا من امره اذا اراد شيئا ان يقول له كن فيكون* فسبحان بيده ملكوت كل شىء واليه ترحعون* سبحان الله القادر القاهر القوى العزيز الجبار الحى القيوم بلا معين ولا ظهير برحمتك استغيث اللهم هذا الدعاء ومنك الاجابة وهذا الجهد منى منى وعليك التكلان ولا حول ولا فوة الا بالله العظيم.والحمد لله اولا و اخرا وظاهرا و باطنا وصلى الله على سيدنا محمد وآله الطيبين الطاهرين وسلم تسليما كثيرا اثيرا دائما ابدا الى يوم الدين وحسبنا الله ونعم الوكيل والحمد لله رب العالمين</b></span></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5909474108223951600.post-14524068942749882122011-01-19T13:45:00.008+08:002011-01-21T08:47:39.796+08:00IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI<div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKlm4uKaBeT1OBiU3H5zJ2Q8C9gYmfM-PEbWjd66hqbTaOLx_pQx-DQQ6u_DOgt0vTf15IkFV81lQ3e92K0tVcK5hATBK_OofhMYbhFhhwd5lFXN3LH6TpWplrdmd7pKN-E0pAtSY_HWM/s1600/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKlm4uKaBeT1OBiU3H5zJ2Q8C9gYmfM-PEbWjd66hqbTaOLx_pQx-DQQ6u_DOgt0vTf15IkFV81lQ3e92K0tVcK5hATBK_OofhMYbhFhhwd5lFXN3LH6TpWplrdmd7pKN-E0pAtSY_HWM/s400/kitab-tawhid-maturidi-cover.JPG" width="235" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><b style="color: #38761d;">KITAB TAUHID IMAM ABU MANSUR AL-MATURIDI</b></span></td></tr>
</tbody></table><span style="font-size: small;">Nama sebenar beliau ialah <i style="color: blue;"><b>Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al Maturidi</b></i>. Al Maturidi dinisbahkan kepada tempat kelahirannya yang bertempat di Sungai Jihun, kampung Maturid <b style="color: #38761d;">Samarqandi</b> di Basrah. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Berkenaan tanggal kelahiran beliau, tidak adA satu rujukanpun yang mengungkapkan hal ini. Dr. Ayub Ali dalam <b style="color: #b45f06;">kitab Al-Bayadhi</b> menyebutkan, bahwa Al-Maturidi Lahir sekitar tahun <b style="color: red;">238 H/ 852 M.</b> kerana salah satu gurunya yaitu Muhammad bin Muqotil Arrozi wafat pada tahun 348 H/ 862 M. dan para sejarawan sepakat bahwa beliau wafat pada tahun 333 H/ 944 M dan dikebumikan di Samarqand. Sepuluh tahun setelah meninggalnya <b style="color: purple;">Imam Abu Hasan al-Asy'ari.</b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sejarawan tidak menyebutkan secara jelas tentang silsilah keluarganya namun ada yang menyebutkan, bahawa Al-Maturidi dinisbatkan kepada <i style="color: #38761d;"><b>Abi Ayub Kholid bin Zaid bin kulaib Al-Anshory</b></i>, yaitu salah seorang sahabat yang menyambut <b style="color: red;">Nabi SAW</b> ketika hijrah ke Madinah. Dengan penisbatan ini Al-Imam Bayadhi menyandangkan nama Al-Anshori pada namanya.</span></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Imam Abu Mansur al-Maturidi radiyallahu 'anhu juga dianggap sebagal pengasas usulud-din di kalangan <b style="color: blue;">Ahli-Sunnah wal-Jama'ah</b>, dan namanya biasa disebut-sebut bersama dengan nama Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari. Beliau membawa aliran tauhid akidah dalam fahaman Ahli Sunnah wal Jamaah bagi menghadapi beberapa penyelewengan pada zamannya. Beliau adalah sarjana Islam dalam <b style="color: #38761d;">mazhab Hanafi</b>.<br />
<br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Beliau mempertahankan pegangan Ahli-Sunnah dalam menghadapi pelbagai fahaman yang batil pada zamannya sebagaimana juga keadaannya dengan Imam Abul Hasan al-Asy'ari. Oleh kerana jasanya dalam mengemukakan pandangan Ahli-Sunnah wal-Jama'ah sebagaimana yang disebutkan dalam <i style="color: blue;"><b>Syarah Ihya' oleh Murtada az-Zabidi</b></i>,</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;"> <i><span style="color: red;"> </span></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><span style="line-height: 115%;"><i><span style="color: red;">bila dikatakan Ahli-Sunnah wal-Jama'ah, maka yang dimaksudkan ialah aliran yan diajarkan oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al Maturidi</span></i></span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Abu Mansur memiliki kedudukan tinggi di kalangan para pengikut Maturidiyah sehingga mereka menjulukinya dengan <i style="color: #783f04;"><b>“Imam al-Huda dan Imam al-Mutakallimin”.</b></i></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Abu Mansur hidup sezaman dengan Abu Hasan al-Asy’ari meskipun tidak ada keterangan sejarah bahwa keduanya pernah bertemu atau saling membaca buku yang lain, hanya dalam beberapa hasil pemikiran kedua orang ini bertemu, tentu dengan pemikiran Abu Musa yang lama sebelum dia rujuk kepada pemikiran salaf shalih. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">Beliau muncul di Asia Tengah pada waktu masyarakat Islam dilanda aliran ideologi yang menyeleweng daripada akidah yang sebenar. Antaranya mazhab <b style="color: blue;">Muktazilah, <span style="color: red;">Mujasimah</span>, Muhammad bin Karam Sajassatani iaitu pemimpin fahaman <span style="color: #38761d;">Karamiah</span>, <span style="color: purple;">Qaramitah yang dipimpin oleh Hamdan As’ ad, Jaham bin Safuan iaitu pemimpin fahaman Jahamiah</span>, dan ahli tasauf Husin bin Mansur al-Halaj</b>. Imam Abu Mansur Maturidi membawa peranan yang besar bagi menghadapi penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh mereka.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="color: blue; font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b><u>PENDIDIKAN</u></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Beliau mula-mula menuntut ilmu daripada <i style="color: #38761d;"><b>Abu Nasr al Iadhi</b></i>, dan pernah berguru dengan silsilah ulama’ yang bersambung sehingga <i style="color: #990000;"><b>Imam Abu Hanifah RA</b></i>. Selain itu beliau pernah belajar dengan <i style="color: purple;"><b>Muhammad bin Maqatil ar Razi</b></i> dan <i style="color: #990000;"><b>Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani</b></i>. Bapanya juga seorang ulama yang pernah berguru dengan <i style="color: #0b5394;"><b>Abu Ahmad al Iadhi, dan Abu Bakar al Iadhi.</b></i></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Dalam kitab <i><b>Miftah Assa`adah Wa Mishbah Assiyadah</b></i><span style="line-height: 115%;"><i><b>, Syeikh Tasy Kauthari Zadah</b></i> berkata :<br />
<br />
</span></span><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-large;"><b><span style="color: blue; line-height: 115%;">اعْلَمْ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَنَّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">رَئِيْسَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَهْلِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">السُّنَّةِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَالْجَمَاعَةِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">فِى</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">عِلْمِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْكَلاَمِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">رَجُلاَنِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> : </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَحَدُهُمَا</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">حَنَفِيٌّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَالآخَرُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">شَافِعِيٌّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">،</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَمَّا</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْحَنَفِيُّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">فَهُوَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَبُو</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">مَنْصُورِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">مُحَمَّدُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">بْنُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">مُحَمَّدِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">بْنِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">مَحْمُودِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْمَاتُرِيْدِيُّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">،</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">إِمَامُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْهُدَى</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> ... </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَأَمَّا</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الآَخَرُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الشَّافِعِيُّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">فَهُوَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">شَيْخُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">السُّنَّةِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَرَئِيْسُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْجَمَاعَةِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">إِمَامُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْمُتَكَلِّمِيْنَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَنَاصِرُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">سُنَّةِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">سَيِّدِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْمُرْسَلِيْنَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَالذَّابُ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">عَنْ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الدِّيْنَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">وَالسَّاعِي</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">فِي</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">حِفْظِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">عَقَائِدِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْمُسْلِمِيْنَ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">أَبُو</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الْحَسَنِ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">الأَشْعَرِيُّ</span><span style="color: blue; line-height: 115%;"> </span><span style="color: blue; line-height: 115%;">البَصْرِيُّ</span></b></span></div><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;"> <br />
Ketahuilah bahawa <b style="color: red;">ketua Ahlus Sunnah Wal Jamaah</b> dalam bidang Ilmu Kalam ialah dua orang : <b style="color: #38761d;">Seorang daripadanya ialah bermazhab Hanafi</b>, dan seorang lagi bermazhab Syafie. Orang yang bermazhab Hanafi itu ialah <b>Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al Maturidi</b>, penghulu bagi petunjuk. Manakala seorang lagi yang <b><span style="color: #38761d;">bermazhab Syafie</span></b> ialah Syeikh as Sunnah, dan ketua al Jamaah, Imam bagi ulama Ilmu Kalam, pendokong sunnah Penghulu bagi rasul-rasul (Nabi Muhammad SAW), pengukuh Agama, dan penyelusur di dunia memelihara Akidah Muslim, dia ialah <b>Abu Hassan al Asy’ari.</b></span></span><br />
<span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span><br />
<div class="MsoNormal" style="color: blue; line-height: normal; text-align: center;"><span style="font-size: large;"><u><b>Karya</b></u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Dia meninggalkan beberapa karya tulis diantarnya, <b style="color: blue;"><i>Ta’wilat Ahlus Sunnah atau Ta’wilat al-Qur`an</i></b>, dalam bukunya ini Abu Mansur mengangkat ayat-ayat al-Qur`an khususnya ayat-ayat sifat dan mentakwilkannya dengan takwil Jahmiyah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Di antara bukunya yang lain adalah <b style="color: red;"><i>Kitab Tauhid</i></b>, kitab ini tentang ilmu kalam, di dalamnya dia menetapkan pendapat-pendapatnya yang berkaitan dengan masalah-masalah <b style="color: #38761d;"><i>i’tiqadiyah</i></b>, dan yang dia maksud dengan tauhid dalam kitabnya ini adalah tauhid <b style="color: purple;"><i>Khaliqiyah dan Rububiyah</i> ditambah dengan sedikit tauhid <i>Asma’ wa Sifat</i></b> akan tetapi dengan manhaj Jahmiyah dengan mengingkari banyak sifat-sifat Allah dengan alasan mensucikan dan meniadakan <i>tasybih</i> dari Allah, hal ini tidak sejalan dengan manhaj yang shahih yaitu manhaj salaf shalih. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Abu Mansur Maturidi juga mengarang kitab Jadal dan Ma ‘akhiz Syarai’. Kedua-dua buku ini membincangkan Usul Fikah. Buku-buku dalam ilmu ketuhanan antaranya, Tauhid, Muqalaat, Ra’du Ala Qawashat, Bayan Wahm Muktazilah, Ra ‘du Amamah Libaddu Rawafaz dan banyak lagi. Apa yang mendukacitakan, buku-buku itu hilang begitu sahaja. Buku yang masih tersimpan adalah buku Tauhid dan Maqalaat Selain itu ada buku-buku beliau dalam ilmu yang lain.</span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Kitab Al </i><i>Tawhid</i></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Kitab Radd Awa'il al-Adilla</i></span><span style="font-size: small;">, sanggahan terhadap </span><span style="font-size: small;">Mu'tazilah</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Radd al-Tahdhib fi al-Jadal</i></span><span style="font-size: small;">, sanggahan terhadap </span><span style="font-size: small;">Mu'tazilah</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Kitab Bayan Awham al-Mu'tazila</i></span><span style="font-size: small;"> ('Kitab Pemaparan Kesalahan </span><span style="font-size: small;">Mu'tazilah</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Kitab Ta'wilat al-Qur'an</i></span><span style="font-size: small;">.</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Kitab al-Maqalat</i></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Ma'akhidh al-Shara'i` dalam </i><i>Usul al-Fiqh</i></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Al-Jadal fi Usul al-</i><i>Fiqh</i></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Radd al-Usul al-Khamsa</i></span><span style="font-size: small;">, sanggahan terhadap pemaparan Abu Muhammad al-Bahili' tentang lima prinsip Mu'tazilah</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Radd al-Imama</i></span><span style="font-size: small;">, sanggahan terhadap konsepsi keimaman syiah</span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i>Al-Radd `ala Usul al-Qaramita</i></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-size: small;"><i style="color: black;">Radd Wa`id al-Fussaq</i></span></b></li>
</ul></div>Ir. Jamalhttp://www.blogger.com/profile/13406097029818558552noreply@blogger.com0